Setahun terakhir, warga Kota Pariaman tidak lagi membuang waktu ke Padang dan Bukittinggi, jika ingin membeli keripik balado. Cukup datang ke Kampung Perak, Kota Pariaman, sudah tersedia keripik balado dengan cita rasa tidak kalah gurih. Bagaimana, Marza, memulai usahanya yang kita telah dikenal masyarakat Kota Sala Lauak tersebut?
Setahun lalu, salah seorang kerabat Marza yang akan berangkat ke Jakarta memaksakan diri ke Padang, hanya untuk membeli oleh-oleh keripik balado. Meskipun sang kerabat sudah mengantongi sejumlah makanan khas Pariaman.
Sebenarnya kejadian seperti itu bukan kali pertama. Hampir tiap saat arus balik, kerabatnya yang biasa hidup di rantau mengunjungi Kota Padang, hanya untuk membeli keripik balado. Hal itu dilihat bapak dua anak ini sebagai peluang cukup menjanjikan. Sehingga kemudian dia mulai terpikir untuk memulai usaha pembuatan keripik balado.
”Apalagi sebelumnya saya juga sudah tahu, kalau pengusaha keripik balado ternyata membeli bahan bakunya di daerah Padangpariaman. Jadi saya pikir lebih dekat dan peluang bisnis ini cukup menjanjikan jika dikembangkan di Pariaman,” ujar pria yang tinggal di Jalan SM Abidin 54, Kampung Perak, Kota Pariaman.
Maka sekitar Juni 2010 lalu, mulailah dia merintis jalan membuka usaha keripik balado. Ia menemui seorang temannya yang telah memang memiliki pengalaman membuat keripik yang diolah dari bahan dasar singkong itu. Atas kebaikan hati sang teman, dia diajari mulai dari memilih singkong yang bagus untuk keripik hingga cara membuat lado keripik.
Tahap awal, ia membeli dua karung singkong lengkap dengan bumbu-bumbunya. Setelah diolah, jadilah 80 bungkus keripik balado buatan perdananya yang diberi merek ”Keripik Balado Ane.” Ane diambil dari nama putri pertamanya. Keripik yang dikemas dalam kemasan 250 gram, dan dijual Rp9.000 per bungkus.
Diluar dugaan, keripik yang ia titip di tempat usaha kipang milik kakaknya dan dijual di rumahnya sendiri itu, laris manis. Awalnya pengunjung yang membeli kipang, iseng-iseng mencoba satu atau dua bungkus. Ternyata mereka ketagihan dan membeli hingga 10 bungkus.
Marza merupakan pria yang lama hidup di rantau, Jakarta. Dalam perjalanan hidupnya, dia sudah menggeluti beragam usaha, seperti supplier ayam kampung, grosir rempah-rempah dan usaha lain.
Memanfaatkan peluang yang belum tergarap, dia sekarang menyeriusi usaha keripik balado. Setahap demi setahap, usahanya kini terus berkembang. Keripik balado produksinya meningkat menjadi 3 karung ubi, dengan hasil olahan sebanyak 100 bungkus per hari. Untuk keripik balado saja, omzet yang diperoleh mencapai Rp 900 ribu per hari. ”Itu belum termasuk jika ada order (pesanan) dari Jakarta dan penjualan ladu arai pinang yang juga saya produksi,” katanya seperti dilansir Padang Ekspres.
Jika dulu, hanya ia dan istri yang mengerjakan pesanan, saat ini sudah ada dua karyawan yang direkrutnya untuk membantu meringankan beban pekerjaannya. Mereka bertanggung jawab memarut ubi dan menggoreng, sedangkan dirinya membuat lado keripik. Urusan urusan mengemas, dilakukan bersama-sama.
Lazim dalam sebuah usaha, Marza bukannya tidak mengalami kendala dalam pengembangan bisnis yang baru berusia setahun ini. Salah satunya soal pasokan bahan baku. Awalnya mudah didapatkan, sekarang mulai sulit. Begitu pula dengan kemasan kardus yang digunakan untuk minimal pemesanannya 1.000 eksemplar, belum sanggup ia penuhi.
Sedangkan untuk menghadapi bank sebagai mitra dalam meminjamkan modal, Marza masih menunda keinginan untuk mengaksesnya. ”Biarlah dari keuntungan ini saja saya tabung dulu, untuk menambahkan modal. Sehingga saya merasa nyaman menjalani usaha, tanpa ada ketakutan karena memikirkan utang. Saya yakin dengan menjaga kualitas, konsumen bakal tetap mengonsumsi produk saya,” tukasnya.
sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/kuliner/13640-marza-juragan-keripik-balado-dari-pariaman.html
1 comment:
bisa minta alamat dan contact personnya?
Post a Comment