Dulu, pizza masih jadi kudapan kalangan berduit. Namun, Muhammad Fathoni (47) pemilik Doremi Pizza mengubah makanan sehari-hari orang Italia itu bukan lagi makanan elite. Ragam pizza murah mulai Rp 13 ribu-Rp 25 ribu seperti Meat Lover, Vista, American Favourite, Chicken Mushrom, Chicken Baberque, Beef Baberque, Beluxe, Subrime makin mudah ditemukan di berbagai resto atau kedai di Jatim dan Jateng.
Begitu pizza jadi makanan populis, kedai-kedai pizza murah mulai menjamur di sudut-sudut kota. Kenyataan, pembelinya memang tak pernah menyurut. Dengan laris manisnya makanan ini, tentunya menjadikan Muhammad Fathoni menjadi salah satu pengusaha pizza yang terbilang sukses. Sampai saat ini, sudah ada 20 outlet dan 10 mini resto yang tersebar di beberapa kota.
‘’Kesuksesan yang saat ini saya raih berawal dari ketekunan dan kerja keras. Perjuangan saya merintis usaha ini tentunya tidaklah mudah,’’ ungkapnya saat ditemui seusai pembukan restonya di ruko Ngaliyan, baru-baru ini.
Toni biasa ia disapa menceritakan pengalamannya merintis usaha pizza murahnya. Selepas tamat dari FISIP Universitas Jember, suami dari Yuliani Wulan itu bekerja di sebuah perusahaan es krim ternama di Surabaya. Namun pekerjaan itu cuma bertahan setahun.
Selanjutnya dia pindah ke rumah makan cepat saji. Di rumah makan cepat saji waralaba dari Amerika itu, ia menduduki berbagai jabatan dan terakhir sebagai instruktur training. Kebetulan, di restoran tempatnya bekerja tersebut, juga menyajikan menu pizza.
“Itulah awalnya saya tahu bagaimana teknik membuat pizza, mulai bahan sampai bumbu-bumbunya,” papar pria kelahiran Lumajang 24 Desember 1963 ini.
Setelah 12 tahun bekerja sebagai karyawan, Toni keluar dan mencoba berwiraswasta sendiri. Kemudian, dia mengembangkan kemampuan bisnisnya meracik makanan pizza pada 2004. Ayah dari Fani Oktavian ini lantas memulai rencana bisnisnya. Mulai dari membuat adonan di rumah kemudian mendirikan gerobak yang ditempatkan di halaman sebuah mini market di kawasan tempat tinggalnya di perumahan Wisma Tropodo Surabaya.
Awalnya, bisnisnya tak berjalan mulus. Pria yang hobi membaca itu justru makin terpacu terus bereksperimen membuka outlet baru.
Lambat laun, usahanya makin berkembang berkat ketekunannya. Toni semakin semangat membuka lagi di beberapa cabang lain. Bahkan bukan hanya gerobak tapi sudah membuat beberapa mini resto di beberapa tempat.
Jenis produk yang dijual mulai bervariasi. Konsentrasi usahanya pun mulai melebar, yang semula hanya berkutat di Surabaya, sekarang merambah ke Jateng termasuk di Semarang.
Walhasil, omzet yang diperolehnya per bulan sangat fantastis. Dalam sebulan, dia bisa mengantongi Rp 100 juta hanya untuk satu outlet saja. Saking suksesnya, usaha Toni dilirik investor untuk berbisnis waralaba.
Untuk mengembangkan usahanya, dia juga menjual franchise usahanya ke investor sebesar Rp 25 juta untuk jenis gerobak, sedang Rp 60 juta untuk jenis mini resto. (*/SM)
sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/kuliner/10811-menjadikan-pizza-bukan-lagi-makanan-elite.html
No comments:
Post a Comment