Naluri kuat untuk menjadi seorang entrepreneur, sering kali menjadi alasan utama bagi seorang untuk mulai menekuni sebuah usaha. Bahkan, banyak juga entrepreneur yang mendulang sukses dari bisnis yang berawal dari hobi, bukan berasal dari latar belakang pendidikannya. Salah satunya adalah Hefni Tri Sriyanto, seorang mantan karyawan bank yang mencoba mencari peruntungan sebagai entreprepreneur di bisnis kuliner khas Turki, dengan mengusung merek Zahfy Kebab.
Sejak berdiri tahun 2009, Zahfy Kebab telah memiliki 25 gerai yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Kalimantan, bahkan hingga Singapura. Pria yang berlatar belakang pendidikan hukum itu sedari awal menyadari betul, pangsa pasar kebab adalah masyarakat perkotaan. Kalangan ini membutuhkan perlakuan khusus dalam hal selera kuliner. Maka gerobak Zahfy Kebab harus tampil beda. Desain booth yang modern menjadi pilihan untuk menarik minat pembeli.
“Saya memang hobi kuliner. Dan saya lihat, potensi bisnis kebab saat ini sangat menjanjikan. Memang, saat ini sudah banyak bisnis serupa, namun kami yakin produk kami memiliki ciri khas yang berbeda, terutama dalah hal pemilihan bumbu dan racikan yang kami buat selokal mungkin. Jadi akrab dengan lidah orang Indonesia,” jelas Hefni saat dihubungi oleh Ciputraentrepreneurship.com, Kamis (27/10).
Dengan menawarkan konsep jajanan sehat serta menjamin rasa serta kualitas bahan baku, Hafni yakin produknya akan mudah diterima oleh konsumennya. Hal itu dianggap penting, mengingat warga perkotaan banyak yang mulai paham dengan aspek kesehatan dalam menikmati kuliner. "Untuk menambah kekuatan rasa, kami menggunakan mayones alami, hasil kombinasi racikan sendiri," kata Hefni, menjelaskan produknya.
Dalam memasarkan usahanya, Hefhi pun menggunakan sistem bisnis modern. Dia melakukan promosi melalui brosur dan voucher. Namun efek paling dominan yang membuat dagangannya laris manis ialah sistem promosi yang paling konvensional, yakni dari mulut ke mulut. Promosi dari mulut ke mulut ini diembuskan oleh para pembelinya yang kemudian menjadi pelanggan yang merasa puas atas produk dan layanannya. Ditambah banyaknya pesanan untuk acara ulang tahun sekolah-sekolah di sekitar Jalan Raya Hankam, Pondokgede, Bekasi.
Selain citarasa, Hefni juga berusaha memperkaya menu dengan beragam jenis makanan seperti burger, hotdog, syawarma dan roti maryam aneka rasa. Tak berhenti di sana, rencananya masih akan ada menu lain yang akan menjadi bagian dari inovasi produk Hefni. Efek penambahan menu terhadap perkembangan usahanya temyata sangat terasa, khususnya dalam mendongkrak omzet penjualan. Terbukti setelah penambahan menu dilakukan, omzetnya meningkat. Dengan harga makanan Rp 7.000-Rp 12.000 per porsi, omzet Zahfy Kebab yang semula Rp 200.000-250.000 per hari menjadi Rp 350.000-450.00 per hari. Naik sekitar 80 persen.
“Melakukan inovasi rasa, harga, maupun menu varian sesuai dengan perkembangan segmen pasar dan permintaan selera pelanggan, jelas akan memberikan merek kami sebuah perbedaan dari produk-produk sejenis. Jadi inovasi jelas merupakan sebuah cara agar tetap bertahan di bisnis ini,” imbuh Hefni.
Setelah usaha Zahfy Kebab berjalan enam bulan dan omzetnya mulai stabil Hefni mulai berpikir untuk mengembangkan usahanya. Maka, berdirilah dua gerai secara berurutan di kawasan Jatirahayu dan Kampung Sasak Jatimurni, keduanya masih di kawasan Pondok Gede, Bekasi. Dua gerai tambahan itu pun berjalan sukses, berkat pemilihan lokasi dan persiapan yang matang. Omzet yang didapatkan dari kedua gerai barunya itu tak Jauh dari gerai pertama yaitu berkisar pada angka Rp 350.000-Rp 450.000. Keuntungan bersih yang didapatkan dari masing-masing gerai kebab itu 40 persen dari omzet.
Berbagai terobosan coba dilakukan untuk mengembangkan jaringan bisnisnya. Dia pun menyusun standar operasional untuk usaha yang dijalaninya. Hefni juga rajin mengikuti kursus dan pelatihan usaha yang diselenggarakan berbagai lembaga kewirausahaan. Dari sanalah, dia mulai melirik pola waralaba atau kemitraan untuk memperluas jaringan bisnisnya.
“Saya melihat pasar konsumen kebab masih sangat luas. Jadi artinya peluang untuk berjualan kebab juga sama luasnya. Oleh karena itu saya mencoba mewaralabakan bisnis ini agar tiap kota bisa menjadi mitra bisnis kami, dan makin memperluas kesempatan kami untuk berinovasi dengan produk kami. Hal itu karena tiap pelanggan memiliki selera yang berbeda dan keinginan yang terus berkembang,“ ujar Hefni.
Hefni mengaku yakin bahwa mereknya akan berkembang dan mampu bersaing dengan merek-merek yang sudah lebih dulu ada. Alasannya nilai investasi yang ditawarkan jauh lebih murah, yakni 50 persen di bawah merek-merek yang sudah ada sebelumnya. Saat ini Hefhi telah dikembangkan secara kemitraan dengan royalty fee hanya 3,5 persen, pembelian bahan baku murah, serta support system yang memadai dan dapat diandalkan, yaitu paket gerobak dengan investasi Rp 30 juta, paket booth outdoor dengan investasi Rp 50 Juta, dan paket booth indoor dengan investasi Rp 60 Juta.
Sebagai seorang entrepreneur, Hefni yakin kewiraswastaan akan menjadi jawaban untuk memajukan perekonomian secara keseluruhan. Apalagi mengingat kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah, dan tinggal menunggu tangan-tangan kreatif, cerdas, dan bermental kuat untuk dijadikan sebuah karya yang bernilai jual tinggi. (*/Gentur)
sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/kuliner/12312-zahfy-kebab-andalkan-kebab-dengan-bumbu-lokal.html
No comments:
Post a Comment