Berkunjung ke Pulau Dewata tak lengkap kalau tak mampir ke Restoran Cak Asmo. Tempat itu menjadi salah satu favorit masyarakat dan pendatang. Lebih dari 100 hidangan lezat ditawarkan dan siap disantap oleh pengunjung.
Menu-menu bercita rasa tinggi menggoda selera. Apalagi harganya sangat terjangkau. Bermotto ’’Cita Rasa Bos, Kantong Anak Kos’’ sang empunya ingin memanjakan para pecinta kuliner dari kelas manapun untuk mencicipi masakannya sepuas hati.
Tak mengherankan kalau restoran itu selalu ramai dipadati pengunjung dan menjadi tempat tujuan wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri. Lalu, siapa di balik kesuksesan restoran tersebut? Sesuai dengan namanya, sang pemilik Cak Asmo awalnya penjual nasi goreng dan mi tektek keliling.
Pada 1992 ia merantau ke Bali dan membantu sang kakak berjualan makanan tersebut. Tak ada bekal apapun. Ia hanya lulusan SMA. Namun Asmo memiliki tekad tinggi untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih maju.
Tak lama, berkat keuletan dan kegigihannya Asmo bisa berjualan sendiri. Oleh sang kakak ia diberi modal sebuah gerobak. Asmo terus menekuni profesinya. Semula mangkal di kampus-kampus dan konsumennya kebanyakan mahasiswa.
Setelah memiliki banyak pelanggan, Asmo berniat mengepakkan sayap usahanya. Lalu beralih berjualan di emperan toko. Usahanya berjalan mulus. Sayang, saat sedang menggapai secercah sinar cobaan datang. Ia harus digusur. Pemilik toko tidak memperbolehkan berjualan lagi di depan tokonya.
Asmo tak putus asa. Berbagai usaha dilakukan agar bisa mendapatkan tempat untuk berjualan kembali. Tak lupa terus berdoa, karena baginya doa adalah sumber kekuatan hidupnya. Ia meminta kepada Tuhan agar memberi jalan rezekinya.
Doanya terjawab. Pada tahun 1997 seorang ibu yang juga teman satu gereja Cak Asmo menawarkan sebuah tempat untuk berjualan secara cuma-cuma. Di tempat berukuran 12 x 8 m2 itu ia membuka kembali usaha makanannya dengan mempekerjakan empat karyawan.
Cak Asmo tinggal di situ bersama isteri dan anaknya. Berbekal ilmu memasak sebelumnya, ia mencoba membuat menu-menu baru. Di luar dugaan, sesuatu terjadi pada usahanya. Berkat kreativitasnya, menu restorannya kian beragam. Ada kekhasan dan keunggulan tersendiri yang dimiliki sehingga restorannya makin ramai dipadati para penikmat makanan. Asmo pun berhasil melewati titik tersulitnya. Berkat keuletannya akhirnya ia memiliki restoran besar.
Untuk memperluas bisnis makanannya, Cak Asmo membuka cabang baru. Namun mengembangkan usaha tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia mengalami kegagalan. Restoran kedua yang baru dibuka terbakar. Kala itu ia bertanya kepada Tuhan: apa yang salah pada dirinya. ’’Tuhan, ampuni saya karena melangkah tidak berdasarkan tuntunan-Mu,’’ ujarnya.
Dengan keyakinan Tuhan akan selalu membantu, ia bangkit. Cak Asmo mencoba memperbaiki bisnis restorannya. Banyak cara yang dilakukan. Salah satunya berusaha mempertahankan kualitas masakan dengan harga terjangkau.
Ternyata strategi itu berhasil. Perjuangannya tak sia-sia karena setelah itu bisnisnya pulih. Ia membuka kembali restoran keduanya. Saat ini Cak Asmo mempekerjakan sekitar 60 karyawan. Sungguh pencapaian yang luar biasa. Cak Asmo telah menuai kesuksesan. Restorannya makin dipadati pengunjung. (*/SM)
sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/kuliner/8486-jadi-besar-karena-pantang-menyerah.html
No comments:
Post a Comment