Selain dikenal sebagai ilmuwan muda Indonesia, Eko Fajar Nurprasetyo Ph.D juga adalah founding father perusahaan jasa pemasok makanan halal di seluruh wilayah Jepang. Melalui istrinya, Eko Fajar Nurprasetyo mengibarkan bendera Azhar Halal Foods. Kesuksesan Eko Fajar Nurprasetyo dalam membangun bisnis penyediaan makanan halal di seluruh pelosok negara matahari terbit itu berawal dari sebuah ketidaksengajaan. Azahar Halal Foods yang dirintis sejak 1992 tersebut, kini sudah menghasilkan pemasukan puluhan miliar.
Tinggal di Jepang karena memperoleh beasiswa pendidikan S1 dari Pemerintah Jepang, Eko yang tinggal di Osaka, selalu kesusahan mendapatkan daging halal. Kalaupun ada, Eko Fajar yang saat itu masih lajang harus mencari di lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggalnya, yakni di Kobe. Tak hanya Eko yang saat itu berkuliah di Universitas of Kyushu, para pelajar muslim lain di negara itu juga merasakan hal yang sama. Terdesak oleh kebutuhan, Eko menjadi sukarelawan berbelanja daging halal bagi teman-temannya.
Namun, makin lama, cara ini mereka rasa cukup merepotkan. Akan lebih praktis jika dia bisa memastikan ayam hidup dipotong di tempat pemotongan hewan secara halal. Alhasil, Eko mencari tempat pemotongan yang memperbolehkannya memotong sendiri. Tahun 1992, sebuah tempat pemotongan ayam di Fukoka memperbolehkan Eko memotong sendiri ayam hidup. Konsekuensinya, harga daging menjadi lebih mahal 20%–30% atau setara dengan harga toko.
Eko lantas mendistribusikan daging ayam potong pada teman-teman yang sudah pesan. Jika harga beli ayam 800 yen, ia menjual seharga 900 yen, termasuk biaya ganti transportasi. Menjelang akhir 1992, usaha Eko tersebut mulai didengar lebih banyak orang. Jumlah ayam yang dipotong pun kian banyak, sampai 100 ekor seminggu seiring dengan semakin banyaknya pesanan. Pada tahun 1994, jumlahnya sudah menjadi 400 ekor per minggu. Kala itu ia sudah tidak sendiri. Dia lantas menggandeng adik tingkat pelajar dari Indonesia yang sekolah di sana. Eko pun dibantu oleh sang istri, Safitri yang hingga kini menjabat sebagai direktur utama perusahaan tersebut.
Semakin banyaknya pesanan yang lokasinya berjauhan membuat Eko dan pemilik tempat pemotongan kerepotan, akhirnya Eko terpaksa pindah ke tempat pemotongan yang kapasitasnya lebih besar. Tahun 1995, jumlah ayam yang dipotong per minggu mencapai 4.000 ekor. Jangkauan wilayah distribusi Eko meliputi seluruh Pulau Kyushu yang besarnya separuh Pulau Jawa.
Pada tahun tersebut, sebagai istri Eko, Safitri mulai turun tangan sebab Eko harus lebih konsentrasi menyelesaikan kuliah. “Tahun 1995, kami mulai serius berbisnis. Kami menata sistem pembukuan dan manajemen,” kata Safitri. Pembenahan itu mulai dengan pengadaan mobil dan kulkas jumbo yang nilainya sekitar Rp50 juta. Demi mempermudah pemesanan dan pemasaran, Eko dan Safitri juga membuka website resmi. Ia tidak menggunakan cara pemasaran lain. Selebihnya hanya dari mulut ke mulut. Safitri sendiri mengatakan omzet perusahaannya hingga kini sudah mencapai Rp 10 miliar dalam satu tahun.
Pada tahun 2006, Azhar Halal mulai menjual daging wagyu halal. Daging sapi berkualitas itu mereka ekspor ke Kuwait dan Qatar. Meski permintaannya tidak rutin, sekali pesan bisa sampai 300 kilogram. Tiga tahun terakhir, Safitri dan suami sudah pulang ke Indonesia. Roda bisnis di Jepang dijalankan oleh orang kepercayaan mereka. Kini mereka hanya memantau dari jauh. (*/surabayapost)
sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/kuliner/9291-sukses-berbisnis-makanan-halal-di-jepang.html
No comments:
Post a Comment