Jika kita berbicara masalah kekayaan kuliner unik, Indonesia adalah referensi yang tepat bagi Anda. Sebut saja Mih Nyere alias Mie Lidi, bagi beberapa orang mungkin asing mendengarnya. Jajanan khas anak-anak di daerah Jawa Barat ini ternyata cukup digemari, dan menjadi salah satu ranah bisnis kuliner unik untuk digeluti. Dengan menawarkan dua rasa, yakni asin dan pedas, Mie Lidi ternyata mampu menawarkan peluang bisnis yang cukup menarik.
Mengajak bernostalgia akan jajanan jadul ini, sebuah usaha kecil menengah (UKM) di Bandung, kembali mengangkat camilan tradisional ini dengan suguhan yang lebih menarik dan elegan. Baik secara rasa maupun kemasan. Adalah Riza Rizki Adhiyaksa, pria kelahiran 4 November 1982 tersebut tak sengaja mengangkat camilan jadul ini agar diakui sebagai salah satu camilan nusantara. Ia terinspirasi dari keponakan-keponakannya yang kerap membawa mih nyere ini saat pulang sekolah.
“Di sini kan kebetulan kawasan padat penduduk, ada sekolah juga. Nah keponakan saya kalau pulang sekolah bawa mih lidi. Dari situ kepikiran, bagaimana kalau kita kemas. Kenapa kita enggak coba buat mengingatkan kembali akan jajanan tradisional ini. Mungkin dulu yang pernah makan mih nyere ini sekarang sudah jadi orang, atau jadi pejabat, dan segan untuk jajan langsung ke pasar” turur pria yang akrab disapa Ikhie, seperti dikutip detik.com.
Tidak main-main, Ikhie membuat sendiri mih nyere-nya. Di lantai dua sebuah rumah sederhana di Jalan Babakan Ciparay No 247, Ikhie bersama kedelapan pegawainya yang didukung oleh keluarganya membuat pabrik kecil-kecilan untuk memproduksi mih nyere sendiri.
Ikhie mengakui, meski ia menjual jajanan tradisional, namun kualitas bahan yang dipakai tetap diperhitungkan. Jangan samakan mih nyere Ikhie serupa dengan yang ada di pasaran. Mih nyere ala Nanutz Mania, merek yang diusung Ikhie ini tidak mengandung bahan pengawet dan MSG.
Mih nyere buatan Nanutz ini dibuat dari terigu protein tinggi yang dicampur tepung maizena dengan perbandingan tertentu. Untuk menambah rasa, adonan diberi garam terlebih dahulu dan kemudian diuleni. Adonan yang sudah jadi kemudian dicetak memakai mesin khusus pencetak mi dengan panjang 15cm dan ketebalan 0,3mm.
Mi mentah tersebut kemudian di goreng memakai katel besar. Sepuluh kilogram mi, menghabiskan sekitar empat liter minyak. Setelah mi sudah tidak berminyak lagi, baru dicampur dengan bumbu khusus sesuai rasa yang akan disajikan. Sebagai penambah rasa gurih, Ikhie tidak memasukan MSG pada makanannya.
“Proses penggorengannya kurang lebih selama lima menit hingga mi bewarna kecoklatan. Lalu, saya juga pakai ebi, jadi rasa gurihnya berbeda,” tegas Ikhie.
Ada 12 varian rasa mih nyere yang diproduksi oleh Nanutz Mania. Terdiri dari rasa original, pedas, keju dan rasa manis.
“Yang suka pedas ada super pedas, sedang pedas, lada hitam. Yang original rasanya asin dengan aroma daun jeruk. Kalau yang manis ada rasa strawberry, melon, anggur, dan lainnya,” pungkasnya. (*/Gentur)
sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/kuliner/13108-riza-rizki-adhiyaksa-lirik-potensi-bisnis-camilan-anak.html
No comments:
Post a Comment