
Roni mengaku, karena proses pembakaran lemang yang dilakoninya sendiri itu, ia hampir tak pulang seharian. Maklum, proses pembuatan lemang tergolong lama. Sebelum dibakar selama empat jam, pulut putih atau beras ketan yang dipakai sebagai bahan lemang harus direndam terlebih dahulu selama tiga jam. Jadi, agar bisa dijual pagi hari, Roni sudah mulai memproduksinya pada dini hari.
Proses produksi yang cukup unik yakni berkonsep “open kitchen” ini juga turut membantu pemasaran lemang Roni. Warga yang lalu lalang di sepanjang jalan tergiur dengan aroma lemang legit serta aksi Roni dalam membakar. Wajar saja. Di zaman yang telah modern ini, keberadaan lemang hangat yang bisa langsung dibeli dari bambu memang sudah tergolong langka. Karena itu tak jarang yang lantas tergoda untuk membelinya.
Dengan peminat banyak serta ditunjang oleh lokasi yang sangat strategis, dalam sehari Roni bisa menjual 100 batang lemang dengan harga Rp15 ribu/batang. Modal yang dipakai untuk bahan sebesar Rp500 ribu, jadi bila dihitung-hitung, dalam sehari Roni bisa meraup laba bersih sekitar Rp1 juta/hari. Benar-benar berkah besar di bulan Ramadan.
sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/kuliner/10424-di-balik-kehangatan-lemang-bakar-ala-roni.html
No comments:
Post a Comment