Sering kali beragamnya selera makanan akan menyulitkan orang, terlebih ketika harus memilih restoran atau tempat makan apa yang akan dikunjungi bersama-sama. Karena itu, banyak orang yang akhirnya “mengorbankan” menu kegemarannya, demi bisa makan bersama rekan-rekannya di satu tempat. Hal itu ternyata memunculkan sebuah ide bisnis baru pada diri Fajar Handika. Dengan mengusung sebuah konsep foodcourt yang ia namakan FoodFezt, Andi, begitu ia biasa disapa, kini telah mengembangkan usahanya menjadi suatu bisnis potensial dengan omzet ratusan juta.
Awalnya, Mahasiswa Magister Manajemen UGM ini tergelitik untuk menjalankan sebuah usaha yang bisa mengakomodir keinginan semua orang ke dalam sebuah wadah. Andi pun melihat bisnis makanan sebagai sebagai bisnis yang potensial namun penerapannya masih tradisional. Melihat celah tersebut, dia mencoba untuk melakukan inovasi pelayanan dengan melibatkan unsur teknologi, khususnya dengan penerapan sistem terpadu menggunakan sentuhan teknologi informasi.
Sistem yang disebut dengan FIKS atau FoodFezt Integrated Kitchen System ini dipercaya akan memudahkan proses pemesanan oleh pelanggan, lebih praktis, dan dapat menekan biaya SDM dan biaya kertas (less paper). Selain itu, secara fungsi manajemen, sistem ini juga memudahkan pemantauan transaksi.
"Dengan menggunakan teknologi nirkabel, jumlah pengunjung, makanan apa yang dipesan, dan berapa lama pesanan itu sampai secara real time dari mana pun terpantau selama terkoneksi dengan internet," tutur Fajar Handika, seperti dikutip dari situs Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (10/11).
Sistem tersebut terbukti mampu memantau dengan baik usaha makanan yang dirintis pemenang wirausaha Mandiri 2010 kategori Boga untuk Kelompok Pascasarjana. Tiap hari, tak kurang 400-500 orang mengunjungi restorannya. Sebagian besar pengunjung berasal dari kalangan menengah dengan rentang usia di bawah 30 tahun. Seperti konsep foodcourt pada umumnya, FoodFezt juga mengumpulkan beberapa pengusaha makanan dalam satu tempat. FoodFezt di Pandega Karya, Jalan Kaliurang km 5,5 Yogyakarta ini ada 11 dapur atau tenant. Tiap tenant diisi oleh satu pengusaha makanan dengan pekerja hingga tiga orang. Konsep ini mampu menampung hingga 80 orang karyawan, sehingga merupakan usaha yang membuka lapangan pekerjaan.
Dari tiap tenant, Andi hanya mengambil 20 persen keuntungan. Namun, omzetnya mampu mencapai hingga Rp400 juta tiap bulan. Untuk mengembangkan usahanya, Andi rajin mengevaluasi dan membuat variasi menu makanan. Kini, FoodFezt menyajikan lebih dari 100 menu. Variasi makanannya mencakup makanan khas India, Timur Tengah, Eropa, Jawa, menu vegetarian, mi hitam, nasi kebuli, sate kambing buntel, dan sebagainya.
Tidak hanya itu, dia juga membuka layanan pesan antar via telepon dan Yahoo Messenger/GTalk dengan id: foodfezt. Dalam pelayanannya, FoodFezt juga mengedepankan teknologi ramah lingkungan. Mereka mengurangi penggunaan kertas, serta tidak menggunakan plastik ataupun styrofoam. Untuk bahan pembungkus, FoodFezt memakai biodegradable packaging yaitu kantong kertas yang dapat terurai secara natural.
Berangkat dari gairah yang kuat untuk menjadi seorang entrepreneur, Andi mengaku sempat jatuh bangun dalam mengejar bisnisnya menjadi seorang enterepreneur yang sukses. Beragam bisnispun pernah dirintis Andi, seperti bekerja di warung internet (warnet), membuka kafe, dan mencoba bisnis angkringan. Namun, meski semua usahanya belum berhasil, Andi tidak patah arang. Berbekal hobi makan bersama teman-temannya, Andi pun merintis FoodFezt.
Dalam mengembangkan bisnisnya, Andi memiliki jurus tersendiri. Pertama adalah visi yang jelas dan segera diterapkan dalam bentuk rencana yang terstruktur. Kedua adalah selalu kretif dalam mengembangkan prodak dan pelayanan. Setiap masukan dari pelanggan selalu mendapatkan perhatian khusus yang digunakan untuk perkembangan produk. Contohnya adalah penggunaan biodegradable packaging, menggantikan styrofoam.
Tidak puas dengan kesuksesan FoodFezt-nya, Andi kini mulai melirik berbagai jenis usaha seperti fisheries (udang dan nila), dan sektor argo. Dengan menspesifikan di sisi pengolahan (value adding) dan penjualan hasil penen, Andi memasang target pada tahun 2011, ia bisa meluncurkan brand makanan berbasis ikan dan udang. Sedangkan secara keuntungan usaha, Andi berani menargetkan kenaikan omzet hingga tiga kali lipat dari pendapatan tahun kemarin.
Tak berhenti disana, Andi pun coba merambah bisnis minuman, dengan menggandeng brand besar seperti Nestle, dan bekerja sama dengan seorang pengamat kuliner terkenal, Bondan Winarno, untuk membangun kedai Kopi Tiam “Oey” di Yogyakarta. Nantinya, kedai Kedai Kopi Tiam “Oey” bisa dijumpai di semua cabang FoodFezt. (*/Gentur)
sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/kuliner/11831-fajar-handika-pencipta-foodfezt-yang-menyatukan-selera-makanan.html
No comments:
Post a Comment