Friday, May 6, 2011

Wahyu Hanggono, Mantan Plasma yang Tembus Pasar Lima Benua

oleh : Dede Suryadi
Berbekal modal Rp 10 juta, Wahyu Hanggono mampu membesut ekspor mebelnya hingga ke lima benua dengan omset US$ 6 juta per tahun. Bagaimana perjalanan eksportir kelahiran Sukoharjo 23 Juli 1975 ini?

Tak terbayangkan sebelumnya oleh Wahyu Hanggono, bisnis mebel yang dirintisnya bisa sebesar sekarang, dan mampu menembus pasar luar negeri di lima benua: Amerika Serikat, Eropa, Afrika, Australia dan Asia. Di bawah bendera PT Aqsa International sebagai induk perusahaan, Wahyu mempekerjakan ribuan pekerja dengan konsep inti plasma. Bahkan, Aqsa menjadi salah satu perusahaan yang memiliki pekerja plasma terbesar di Solo dan Sukoharjo, Jawa Tengah. Kini, Aqsa akan membangun pabrik barunya seluas 4,7 hektare di kawasan Kalijambe, Sragen, Jawa Tengah dengan konsep ramah lingkungan (green).

Tahun 1999 merupakan awal ia membangun bisnisnya. Berbekal modal Rp 10 juta hasil pinjaman orang tuanya, Wahyu mencoba peruntungan dengan membuat bisnis mebel di rumah orang tuanya. Ditemani dua pekerjanya, ia mulai mendesain produk mebel untuk memasok perusahaan inti plasma. “Saat itu, saya adalah plasmanya Pak Joko Widodo, Wali Kota Solo saat ini,” katanya mengenang.

Ketertarikan berbisnis furnitur timbul semasa ia masih mahasiswa di Jurusan Ekonomi Manajemen Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. “Saya melihat teman yang berbinis furnitur. Kayaknya enak dapat penghasilan,” ungkapnya. Dari situ, ia pun tertantang untuk meniru temannya. Berbekal kemampuan mendesain, Wahyu mulai merintis bisnisnya dari nol.

Kendati hanya seorang plasma kecil, tak menyurutkannya untuk mencari peluang bisnis. Maka, ia pun mulai ikut sejumlah pameran yang diselenggarakan Departemen Perdagangan di daerahnya. Nah, tahun 2000 ia memberanikan diri mengekspor produknya ke luar negeri. Produk mebel yang diekspor adalah mebel tradisional nan antik. Makanya, saat itu ia membuat perusahaan bernama Indonesia Antique yang hingga sekarang masih eksis.

Jumlah ekspor pertamanya satu-dua kontainer. Keuntungan pun mulai dipetik Wahyu, apalagi ketika itu nilai dolar sedang tinggi. Sejak itulah perusahaannya makin rajin menggelar pameran dan selalu diikutsertakan oleh Departemen Perdagangan. Wahyu pun memindahkan pabriknya ke daerah Luwang Sukoharjo yang berdiri di atas lahan 1.500 m2.

Mencicipi manisnya keuntungan saat baru lulus kuliah membuat Wahyu terlena dan merasa puas. Efeknya, kontrol kualitas terhadap pekerja plasmanya makin kendur, dan jadwal ekspor pun tak bisa tepat waktu. Para pelanggan di luar negeri komplain, sehingga membuat bisnis Wahyu limbung. “Perusahaan saya saat itu hampir bangkrut karena saya sudah mulai nyaman,” katanya sambil menceritakan kala itu banyak karyawannya yang di-PHK-kan dan bisnisnya mulai kedodoran. “Rasa nyaman harus saya waspadai sekarang karena akan menghancurkan bisnis,” ujarnya seperti menasihati dirinya sendiri.

Untunglah, tahun 2004 ketika dirinya menikah, bisnisnya mulai bangkit lagi. “Kata orang, menikah bisa memberi keberuntungan,” ucapnya sambil terbahak. Memang, sejak dirinya menikah, bisnisnya tertata kembali. Pelanggannya di luar negeri makin bertambah. “Tahun 2004, kami mampu mengekspor 25 kontainer per bulan. Saat itu bisnis kami mengalami booming,” ujarnya bersyukur.

Pabriknya yang ditempati di Sukoharjo juga semakin luas, dari awalnya 1.500 m2 kini mencapai 1,4 ha. Pabrik ini sekaligus menjadi kantor Grup Aqsa. Di pabariknya ini, pihaknya menampung 50 kelompok plasma yang memiliki sejumlah pekerja yang kalau ditotal mencapai ribuan. Ini belum termasuk 100 karyawan kantornya dan 400 pekerja di bagian finishing.

Andi Kurniyawan, Analis Finansial PT Aqsa International, mengatakan, Wahyu sangat gigih membangun bisnisnya dari bawah. Bosnya itu bukan keturunan pengusaha karena ayahnya, Djowo Semitoatmodjo, adalah pegawai negeri. “Berkat kegigihan Pak Wahyu, Aqsa bisa sebesar sekarang dan pasar produknya ada di lima benua,” katanya memuji.

Memang, jumlah ekspor Aqsa terus meningkat dan sekarang menjadi 25 kontainer per bulan atau senilai US$ 6 juta per tahun. Merek produknya, Aqsa Living, juga makin berkibar di lima benua: AS, Eropa (Prancis, Polandia, Italia, Belanda, Jerman), Asia (Korea), Australia dan Afrika. “Ekspor paling banyak ke AS dan Eropa, masing-masing 35% dari total ekspor Aqsa,” Wahyu menjelaskan.

Menurutnya, ada tiga jenis pelanggannya di luar negeri. Pertama, pasar proyek. Di segmen ini, Wahyu membidik pengembang properti, seperti hotel, apartemen dengan pesanan yang customized. Kedua, chain store seperti Tier 1, hypermarket di AS yang memiliki jariangan 1.200 toko. Ketiga, wholeseller yang membeli mebel dari Aqsa untuk dijual kembali ke pelanggan di negara masing-masing.

Agar produknya terus diminati pasar di setiap negara tujuan ekspor, Wahyu sangat menekankan sisi desain produk. Soal desain, Wahyu memang sangat serius. Bahkan, untuk memperoleh desain yang bagus, perusahaannya setiap tahun membuat sayembara desain mebel dengan hadiah ribuan dolar. Menurutnya, kondisi bisnis mebel di Indonesia menurun karena salah satunya masalah desain yang tidak mengikuti tren pasar. “Soal desain memang kelemahan produk mebel di negeri ini,” katanya. Padahal, dari pengalamannya menyelenggarakan sayembara desain, lanjut Wahyu, sejatinya sangat banyak desainer lokal yang karyanya mampu bersaing dan digemari pasar ekspor.

Selain sering menyelenggarakan sayembara desain, survei pasar pun sering dilakukan. Salah satu caranya dengan rajin mengunjungi pameran furnitur tingkat internasional. “Minimum setahun dua kali kami melakukan survei pasar,” ujarnya. Dengan cara itulah, produk Aqsa tetap digemari dan laku di pasar luar negeri. Apalagi, pasar luar negeri merupakan satu-satunya bidikan produknya karena ia belum memasarkan produknya di dalam negeri.

Saat ini, Aqsa berencana mengembangkan pasar yang lebih besar, terutama pasar AS yang ekonominya mulai tumbuh. Wahyu tengah mempersiapkan untuk membangun pabriknya yang lebih luas, modern dan terpadu di Kalijambe, Sragen, Ja-Teng seluas 4,7 ha. Pabrik baru berwawasan ramah lingkungan itu dibangun di kawasan sentra industri mebel Kalijambe yang total luasnya 24 ha. “Akhir tahun ini atau paling lambat awal 2011 pabrik tersebut akan dibangun,” kata Wahyu memberi bocoran. Modal yang digelontorkan untuk membangun pabrik barunya itu sekitar Rp 80 miliar.

Lagi-lagi, untuk membangun pabriknya di Kalijambe dengan konsep green itu, ia menyelenggarakan sayembara desain. “Pemenangnya adalah konsultan dari Bandung yang pemiliknya lama bekerja di Jepang,” ia menginformasikan.

Tujuan dibangunnya pabrik Kalijambe untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi mebelnya. Dengan adanya pabrik baru itu kualitas produk dan kualitas kerja para plasmanya akan lebih terukur. “Di pabrik baru ini akan dipekerjakan 25 kelompok plasma,” ujarnya. Memang, kendala lainnya dari para perajin mebel atau kelompok plasma di daerahnya adalah masalah perilaku, yaitu waktu bekerja tak terarah, kualitas dan keterampilan tak berkembang. Kadang pula membuat mebel semaunya sendiri tanpa terukur waktu dan kualitas produknya.

Maka, di pabrik Kalijambe itu hendak disediakan tempat bekerja yang memadai bagi para plasma: mulai dari kenyamanan tempat bekerja, permesinan yang modern dan pelatihan cara membuat mebel yang standar ekspor. Selain itu, dengan ditempatkan dalam satu lokasi yang terpadu, masalah jarak para plasma akan teratasi sehingga pengiriman produk ke luar negeri bisa lebih tepat waktu. “Problem-problem yang selama ini kami alami akan teratasi dengan adanya pabrik baru kami di Kalijambe,” kata wahyu berharap. Nilai ekspor pun ditargetkan meningkat menjadi 50 kontainer per bulan.

Pabrik di Kalijambe, selain untuk mengatasi masalah kerja plasma selama ini, digunakan pula sebagai tempat magang siswa di sekitar lokasi pabrik. Juga akan dibangun tempat berkumpul para desainer mebel agar makin kreatif.

Nantinya, diharapkan para plasma binaan Aqsa yang sudah mapan, bisa membangun sendiri bisnisnya dan menjadi usaha inti untuk menampung para plasma lainnya. “Mereka bisa mandiri dengan keterampilan yang sudah standar ekspor. Itu harapan saya ke depan,” katanya serius.

Wali Kota Solo, Joko Widodo, menyambut baik rencana Wahyu membangun pabrik di Kalijambe dengan konsep green dan sejumlah rencana ke depan. “Ia punya visi ke depan dengan pabrik barunya itu,” ujar Joko. Dan bagi Joko pun, Wahyu adalah mantan plasmanya dulu. “Pengusaha seperti Wahyu ini haruslah didukung agar makin berkembang dan mampu menyerap banyak tenaga kerja,” katanya memberi semangat.

Dengan bisnisnya semakin berkembang, Wahyu yang membuat induk perusahaannya PT Aqsa International sejak 2009 ini hendak melakukan ekstensifikasi bisnis dengan membidik pasar dalam negeri melalui anak perusahaan bernama Qabana. “Sementara Indonesia Antique tetap berjalan dan sekarang di bawah PT Aqsa International,” katanya.

Di bawah Qabana, Wahyu akan membangun toko mebel one stop shopping. Nantinya, setiap pelanggan yang datang ke tokonya bisa membeli segala kebutuhan mebel rumahnya. “Pelanggan tinggal membawa desain rumahnya, kami akan memberi masukan tentang furnitur yang sesuai dengan desain rumah pelanggan,” ujarnya sambil memimpikan tokonya bisa seperti jaringan Index yang berada di beberapa tempat. “Pasar dalam negeri sangat menarik digarap karena selama ini produk kami 100% diekspor.”

Tak hanya itu, Wahyu juga punya obesi dalam lima tahun ke depan, perusahaannya bisa go public dan listing di bursa supaya bisnisnya makin berkembang.


BOKS:Liku-liku Wahyu Hanggono Membangun Bisnis


= Tahun 1999 mulai membangun bisnis dengan modal Rp 10 juta hasil pinjaman orang tuanya. Ia memasok ke perusahaan furnitur milik Joko Widodo (sekarang Wali Kota Solo).

= Tahun 2000, mulai mengekspor produknya ke luar negeri. Pabrik dipindahkan ke daerah Luwang Sukoharjo, di atas lahan 1.500 m2.

= Tahun 2002-2003, perusahaan hampir bangkrut karena sudah merasa nyaman.

= Tahun 2004, bisnisnya bangkit lagi.
= Tahun 2010 akan membangun pabrik baru di Kalijambe Sragen seluas 4,7 ha dengan investasi Rp 80 miliar.

= Ke depan, akan membangun toko mebel seperti Index untuk membidik pasar dalam negeri dan berencana go public. (sumber swa online)

1 comment:

master togel said...

SALAM KENAL SEMUA,…!!! SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!

Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual AKI…Angka AKI KANJENG Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu alamat KI KANJENG..Saya coba beli Paket 2D ternyata Tembus…dan akhirnya saya pun membeli Paket 4D…Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib KI KANJENG…Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib anda seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer KI KANJENG DI 085-320-279-333.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))

…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG GAIB
3.JUAL TUYUL MEMEK
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

…=>AKI KANJENG<=…
>>>085-320-279-333<<<