Bermodal awal dua ekor sapi perah, Sayfudin Zuhri berhasil menjadi peternak sukses di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Kuncinya, jangan cepat puas diri.
Sayfudin adalah contoh peternak sapi perah yang berhasil mengembangkan usaha. Setelah 13 tahun berkutat di usaha ini, kini pria yang biasa dipanggil Sutrikno ini bisa berbangga lantaran usaha yang dilakoninya dengan tekun ini berhasil.
Dari modal dua ekor, kini jumlah ternaknya telah mencapai 50-an ekor. Berkat usaha ternak sapi perahnya tersebut, Sayfudin pun sukses mengangkat derajat perekonomian keluarga.
Ayah tiga anak ini bisa membeli rumah, kebun, mobil, bahkan mampu menunaikan rukun Islam yang kelima, berhaji. ”Alhamdulillah kehidupan kami sekarang lebih dari cukup,” kata pria yang hanya lulusan SMP tersebut.
Meski telah menuai sukses, Sayfudin mengaku belum sepenuhnya puas. Cita-citanya adalah terus menambah jumlah sapinya agar usahanya semakin maju. Dia berpendapat, usaha ternak sapi perah bakal semakin prospektif lantaran kebutuhan susu murni nasional terus meningkat.
”Kesadaran masyarakat kita meminum susu semakin hari semakin baik. Itu berdampak bagus bagi peternak seperti kami,” tuturnya.
Kendala menjadi peternak sapi perah memang masih ada. Situasi sulit yang dihadapi peternak sapi perah seperti Sayfudin adalah ketika harga jual susu di tingkat koperasi jatuh. Sialnya, tak banyak pilihan bagi para peternak untuk keluar dari situasi ini. ”Lebih repot lagi jika sapi bunting. Produksi susu pasti turun,” aku Sayfudin.
Situasi seperti itu, menurut Sayfudin, membutuhkan kreativitas peternak. Daripada berkutat dengan masalah pelik harga jual susu, Sayfudin memilih mencari pemasukan dari sumber lain atau paling tidak bisa mengurangi biaya perawatan.
Berbekal informasi yang dia dapat, belakangan Sayfudin memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan baku energi biogas. Dengan pemanfaatan kotoran sapi menjadi biogas, Sayfudin mengaku bisa menghemat hingga Rp10 ribu per hari untuk biaya penerangan rumah dan kandang sapi. Limbah bahan baku biogas ini oleh Sayfudin kemudian diolah lagi menjadi pupuk.
Tak hanya itu, kebun seluas empat hektare yang sekaligus menjadi kandang ternaknya juga dimanfaatkan untuk ditanami kopi robusta. Tak heran bila pria kreatif ini menjadi panutan bagi peternak sapi perah di Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
“Kita harus kreatif dengan segala masalah yang ada. Kalau tidak, ya enggak akan maju-maju. Petani atau peternak seperti kebanyakan enggak akan bisa menikmati jerih payahnya,” pesan Sayfudin.
Perjalanan Sayfudin hingga menjadi sekarang cukup panjang. Pada 1987, ketika menginjak usia 22 tahun, dia mulai mengikuti jejak orang tuanya yang juga peternak sapi perah. Keinginan Sayfudin mengikuti jejak orang tua dilatarbelakangi minatnya dengan dunia peternakan. Sayfudin benar-benar total menimba ilmu dari orang tuanya. Semua hal yang berkaitan dengan dunia ternak sapi perah dia pelajari.
Mulai dari pakan, kebersihan kandang, cara memerah susu, dan perawatan sapi agar menghasilkan produk susu berkualitas. Ibarat murid sekolah, Sayfudin juga memegang prinsip bahwa setiap tahun dia harus naik kelas.
Dia berprinsip tak ingin sekadar menjadi peternak sapi perah seperti yang dilakukan orang tuanya atau peternak lainnya di Desa Kalipucung, Pasuruan, tapi juga harus memiliki nilai lebih.
Berkat keuletannya, tak heran Sayfudin mampu menyerap ilmu dari orang tuanya dengan cepat.Pada tahun ketujuh sejak dia masih menjadi “murid” orang tua, Sayfudin telah memiliki tujuh ekor sapi perah dari modal awal yang hanya dua ekor.
Keinginan Sayfudin untuk terus maju tak pernah padam. Meski telah memelihara tujuh sapi perah, dia ingin menambah ternaknya lagi. ”Padahal, dengan dua ekor sapi perah saja sudah cukup untuk mendukung perekonomian keluarga,” katanya.
Keinginan itu akhirnya bisa terwujud ketika BNI Syariah menawarkan pinjaman Rp20 juta. Modal ini dipakai untuk membeli beberapa ekor sapi lagi sehingga jumlahnya menjadi 12 ekor. Cukup? Ternyata belum. Ketika ada kesempatan pengajuan kredit lagi, Sayfudin kembali mengajukan pinjaman sebesar Rp60 juta. Sapi Sayfudin pun bertambah menjadi sekira 25 ekor.
Adapun dari 25 ekor, usaha sapi perah milik Sayfudin terus berkembang. Kini ternak sapi perahnya mencapai 50-an ekor. Namun, tak semua sapi perahnya dia pelihara sendiri di lahan ternaknya yang seluas empat hektare.
Lantaran lahan itu terlalu sempit, Sayfudin hanya mampu memelihara 12 ekor sapi. Selebihnya, sapi-sapi dia titipkan kepada orang lain dengan sistem bagi hasil. Setiap sapi rata-rata dapat menghasilkan 10 liter susu segar per hari.
Dengan harga susu segar Rp3.000 per liter, Sayfudin mampu meraup penghasilan Rp360 ribu per hari atau sekira Rp10,8 juta per bulan, hanya dari 12 ekor sapi yang dia pelihara sendiri. ”Dari usaha tersebut sudah cukup memenuhi kebutuhan keluarga,” ujar pria rendah hati ini.
Sayfudin juga mengaku senang bisa menitipkan sebagian sapisapinya melalui pola kemitraan dengan orang lain. Peternak yang bermitra dengan Sayfudin pun merasa senang karena selain mendapat penghasilan, juga bisa menimba ilmu dari sosok yang dikenal supel ini. (sugeng wahyudi)(Koran SI/Koran SI/ade) (sumbewr okezone.com)
No comments:
Post a Comment