Dari karyawan, dia menjadi pemilik usaha. Dari tersendat, bisnisnya kini bergulir cepat. Apa yang dilakukannya?
Bila dipandang dari luar, bengkel Car Spa tidak ada istimewanya. Bengkel di kawasan Jelambar, Jakarta Barat, ini hanya sebuah bangunan sederhana untuk reparasi dan perawatan mobil. Beberapa mobil diparkir berjajar menunggu giliran diperbaiki.
Namun, jangan keliru. Tidak ada yang mengira bahwa di lokasi itu juga terdapat kantor CV Grokindo yang beromset Rp 2,5-3 miliar tiap bulan atau sekitar Rp 36 miliar per tahun. Ini adalah pemain penting yang memasok automotive consumable products. Contoh produknya: oli mesin, minyak rem, karpet mobil, waterbased pain dan car care. Produk itu dipasok ke sejumlah prinsipal perlengkapan otomotif besar, seperti Sika, Henkel, 3M, BASF, Shell Oil, NPC Grease dan Hazet.
Grokindo juga memasok langsung ke pabrikan agen tunggal pemegang merek. Ia menggaet Mercedes-Benz Indonesia, Astra Daihatsu Motor dan Nissan. Hampir semua merek mobil terkenal menjadi konsumen Grokindo, kecuali Suzuki dan Toyota.
Siapa sosok di balik kesuksesan Grokindo?
Perkenalkan, namanya Sumadi. Kehidupan pria yang hanya lulusan SMA ini sungguh berwarna. Bagaimana tidak, berawal dari seorang karyawan bagian penjualan di Grokindo tahun 1998, enam tahun kemudian nasibnya berbalik 360 derajat: menjadi pemilik. Kok bisa?
Sumadi sejatinya bukanlah orang otomotif. Setamat SMA (1990), dia bekerja di bagian pembelian pabrik mesin jahit merek Butterfly. Tiga tahun lamanya profesi itu dijalani. Setelah sempat bekerja Glodok, kelahiran Jakarta, 7 Juli 1974, ini akhirnya bergabung dengan Grokindo sebagai tenaga penjual door-to-door ke bengkel atau perusahaan.
Nasib orang memang hanya Tuhan yang tahu. Dalam perkembangannya, usaha Grokindo suram, bahkan sempat mati suri. Tahun 1998, melihat peluang untuk perusahaan ini masih terbuka lebar, Sumadi dan tiga mitranya – salah satunya adalah pemilik lama Grokindo – sepakat menghidupkan kembali perusahaan yang lesu darah ini. Modal patungan Rp 350 juta mereka dapat dengan menjual mobil dan mengagunkan surat berharga untuk mendapat pinjaman uang.
Saat itu kondisi pasar dunia otomotif sedang lesu. Maklum, krisis moneter masih terasa dampaknya. Namun, Sumadi dkk. terus bertahan mendatangi para pembeli produk automotive consumable products. Dan kegigihan ini terbayar. Grokindo menggeliat. Omset di kisaran Rp 300-400 juta saban bulan dikantongi. Sumadi dkk. pun tersenyum.
Pada 2000-04, sekalipun kian menggeliat, Grokindo cenderung stagnan. Dan pada kurun ini, tepatnya tahun 2004, Sumadi tergerak mengakuisisi saham rekan-rekannya dan menjadi pemilik tunggal perusahaan. Gayung ini rupanya bersambut. Para mitra tidak keberatan dengan keputusan tersebut.
Lama berkiprah di Grokindo, jejaring Sumadi terhitung luas. Kebetulan, banyak pemasok yang sudah dikenalnya dengan baik. “Produk pertama dan terpenting yang kami pegang adalah 3M. Waktu itu mereka butuh mitra yang menjual produk kimia,” ujar pehobi diving dan fotografi ini mengenang klien perdananya. Diakuinya, merek 3M menjadi pintu gerbang untuk masuk ke dunia bisnis perlengkapan otomotif yang sulit ditembus. Maklum, 100% pabrik mobil menggunakan produk-produk 3M.
Diceritakan Sumadi, produk Grakindo dipakai dari “A” sampai “Z”. Yaitu, sejak proses awal pembuatan mobil hingga mobil sudah terbentuk sempurna dan diparkir di tempat terbuka. Diawali dari proses press start, finishing dengan amplas dan proses pengecatan — saat dicat banyak defect dan debu yang menempel sehingga cat meleleh; dalam proses itulah dibutuhkan produk chemical buatan Grokindo. Setelah itu, masuk ke tahap assembling, seperti pemasangan bangku dan dashboard, hingga mobil itu diparkir di lapangan yang terkena sengatan sinar matahari atau hujan. Pada tahap ini pun, produk-produk Sumadi masih dibutuhkan.
Setelah 3M, Grokindo berhasil menembus Sika dan BASF. Lalu, karena kelengkapan dan kualitas produknya, Grokindo mampu meyakinkan ATPM Mercedes-Benz Indonesia. Awalnya, Mercedes hanya based on purchase order dengan omset Rp 3-4 juta/bulan, dan kini Grokindo ditunjuk sebagai pemasok tunggal semua jenis consumable product otomotif untuk pabrikan mobil buatan Jerman itu. “Sekarang nilai omset untuk Mercedes mencapai miliaran,” ungkap ayah tiga anak ini.
Terkait kerja sama dengan Mercedes tersebut, Grokindo dipercaya sebagai pemasok logistik. Ia diberi ruang seperti gudang di pabrik Mercedes dan menempatkan 7-8 karyawan di sana di bawah supervisi Sumadi langsung. Diibaratkan Sumadi, gudang Mercedes mirip supermarket, karena jika membutuhkan segala kebutuhan otomotifnya, klien tinggal beli di gudang itu.
Bagi Sumadi, Mercedes dianggap sebagai keberhasilan tersendiri. Wajarlah, karena sulit menembus pabrikan mobil Eropa yang bergengsi itu. Contoh, untuk pengadaan karpet mobil saja bahannya diimpor langsung dari Jerman.
Setelah Mercedes, klien berikutnya adalah Daihatsu. Rata-rata volume produksi bulanan mobil Mercy lebih kecil ketimbang Daihatsu, yaitu dengan perbandingan 20:20.000. Alhasil, kebutuhan Daihatsu akan consumable product juga lebih gede.
Tantangan bisnis Grokindo adalah soal jaminan stok produk. “Kalau kehabisan barang, staf kami langsung terbang belanja ke Malaysia atau Singapura, karena jika menunggu kiriman dari mitra di luar negeri, terlalu lama,” Sumadi menjelaskan. Untuk bahan baku, dia mengklaim, 90% impor dan 10% lokal. Produk lokalnya: isolasi atau masking tape, thinner dan beberapa pernik perlengkapan otomotif lainnya.
Tidak hanya soal kualitas produk dan layanan yang dibenahi. Sumadi pun berusaha memodernkan proses kerja Grokindo melalui sistem komputerisasi. Guna menunjang bisnisnya, dia tidak segan merogoh kocek US$ 35 ribu untuk membeli solusi SAP dari Metrodata. Investasi ini dia perkirakan balik setelah tiga tahun. Sistem teknologi informasi ini mampu menghubungkan koneksi kantor Grokindo dengan tiga titik: di tempat Mercedes, kawasan Jelambar dan Slipi.
Sumadi juga tidak lupa memikirkan ekspansi. Karena itu, Grokindo merambah bisnis bengkel dengan membuka Car Spa. “Bengkel ini bisa dijadikan sebagai sarana untuk mengenalkan produk Grokindo lebih jauh,” ujar bos 25 karyawan ini. Diakuinya, melalui Car Spa, Grokindo pun mendapatkan kontrak kerja sama dengan Shell sebagai platinum independent workshop. Predikat ini diklaimnya sebagai satu-satunya untuk bengkel di Jakarta.
Keberhasilan membesarkan Grokindo mendapat acungan jempol dari para mitra bisnisnya. “Sumadi adalah sosok yang gigih,” ujar Budi Prasetyo memuji. Manajer Logistik Mercedes-Benz Indonesia itu berpendapat, berkat kegigihannya, Sumadi mampu meyakinkan pihak Mercedes, sehingga kini menjadi distributor tunggal automotive consumable product. “Sejauh ini kami puas dengan pelayanan Grokindo,” imbuhnya.
Budi menambahkan, komitmen Sumadi terhadap pelanggan patut dicontoh. Pasalnya, dia selalu bertindak cepat bila pihak Mercedes membutuhkan sesuatu. “Apabila ada masalah, Sumadi langsung datang untuk menangani,” ucapnya tandas. Komitmennya juga ditunjukkan dengan memberikan 7-8 anak buah yang standby di pabrik Mercedes untuk membantu.
Pendapat Aldrin Santosa memperkuat opini Budi. “Decision making Pak Sumadi sangat cepat dan mau turun langsung jika klien ada masalah. Beliau mampu memimpin dan memotivasi karyawan dengan baik,” tutur Manajer Penjualan 3M Indonesia itu.
Ke depan, Sumadi masih akan fokus menggarap pasar B2B. Menurutnya, bermain di pasar B2C sangat riskan lantaran besarnya ancaman pembayaran macet. Dia berharap, empat tahun lagi mampu ekspansi ke pasar Asia. Kini Grokindo mulai menjajaki menjadi pemasok untuk
mendukung kebutuhan anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia. Sumadi pun menargetkan kenaikan omset di atas Rp 2,5 miliar per bulan, lima tahun mendatang. “Kami juga mulai masuk untuk menyuplai produk engineering, seperti robot untuk otomatisasi peningkatan kapasitas produksi. Kami yang menawarkan ke pabrik tersebut,” ujarnya. ***
Reportase: Yurivito Kris Nugroho (sumber swa online)
No comments:
Post a Comment