Friday, May 6, 2011

Thamrin Survive Karena Bisnis Mainan Kayu

Nuria - Okezone

Derasnya impor produk mainan tidak menghalangi Thamrin untuk menjalankan usahanya, yakni menjual mainan berbahan baku kayu.

Thamrin memulai usahanya baru lima bulan lalu. Sebelumnya, pria kelahiran Mei 33 tahun silam ini adalah seorang karyawan swasta di perusahaan elektronik. Dia sangat menikmati karirnya ini apalagi ditunjang dengan gaji dan fasilitas memadai.

Karena ada suatu peraturan yang mengharuskannya keluar, terpaksa Thamrin berhenti dari pekerjaannya. Dia mulai berpikir usaha apa yang berpotensi tinggi.

Untunglah, Thamrin memiliki sejumlah teman yang menggeluti profesi perajin mainan kayu. "Saya berpikir usaha mainan kayu bagus jika dikembangkan. Mulailah saya belajar, lalu saya modifikasi produk itu," katanya saat berbincang dengang okezone, Minggu (15/6/2008).

Sekitar dua bulan lalu, dia memasarkan produknya melalui situs www.mainankayu.com. Menurutnya, pemasaran melalui situs relatif mudah. Thamrin juga membuka gerai di pusat perbelanjaan dan penjualan mainan di Jakarta.

Saat ini total nilai penjualan mencapai Rp15 juta per bulan. Di musim liburan sekolah, potensi penjualan akan mencapai Rp20 juta.

Thamrin menilai potensi penjualan produk ini sangat bagus. Dia yakin produknya tidak akan tergerus dengan produk mainan asal China. Pasalnya, konsumen telah mengerti tentang kualitas produk.

"Mainan impor banyak yang masuk. Tapi konsumen semakin pintar. Saat membeli mereka melihat kualitas produk itu, misalnya melalui cat. Selain itu mainan anak-anak apalagi dari China, memiliki zat kimia berbahaya bagi anak-anak. Jadi konsumen lebih memilih buatan lokal," ungkapnya.

Dalam menjalankan usahanya ini, Thamrin dibantu oleh tiga karyawan. Karena jenis usahanya bersifat UMKM, dia masih meminta delapan temannya dalam memproduksi produknya. Sistem yang diterapkan adalah bagi hasil.

Saat ini, Thamrin tengah menciptakan produk yang berkualitas tinggi namun harga jualnya murah. Dia menyadari membeli mainan bukan kebutuhan primer di tengah kondisi perekonomian saat ini. Namun, banyak orangtua yang masih menyisakan uang untuk membeli mainan.

"Sekarang ini dengan modal Rp13 ribu, harga jualnya bisa mencapai Rp25 ribu. Untuk kalangan ekonomi ke bawah akan berat. Saya sedang mencoba membuat mainan yang juga bisa dijangkau masyrakat menengah ke bawah. Misalnya, bahan puzzle bisa dari kertas, yang penting pemilihan warnanya bagus," katanya.

Selain itu, dia berniat membuka workshop. Karena selama ini rumah dan kantornya berada pada lokasi yang sama, yakni di Jalan Batu Ampar VII 005/005 No 30 Condet, Jakarta Timur.(rhs) (sumber okezone.com)

No comments: