Nita Purwita, Modal Rp250 Ribu, Kue Tomat pun Jadi Tumpuan Keluarga
Di balik kesulitan, ada kemudahan. Kira-kira begitulah kisah hidup pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), Nita Purwita, 40 tahun. Setelah mengalami masa-masa sulit, kini perempuan kelahiran Bandung, Jawa Barat, ini sukses berbisnis kue.
Pada akhir 1990-an cobaan berat dialami Nita dan keluarga kecilnya. Berawal dari pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dialami suaminya dari salah satu bank saat krisis moneter melanda Indonesia, berbagai usaha yang dirintis sang suami juga gagal.
“Entahlah, tapi apa yang kami lakukan ketika itu selalu gagal dan kami selalu menemui jalan buntu.Pokoknya setiap kami menjalani hari, itu merupakan hari yang sulit, tidak ada hari yang mudah kala itu,” paparnya.
Hingga pada medio 2007, Nita membulatkan tekad untuk benarbenar menekuni dunia wirausaha. Nita membaca dan mempelajari teori entrepreuneur dan kisah hidup usahawan sukses, mencari ide usaha serta terus berkonsultasi dengan suami dan kerabatnya.
Pada tahun itulah Nita bersama suami mulai menjajaki bisnis kuliner. Dia berniat menekuni kuliner yang belum banyak dikembangkan orang lain. “Lantaran Bandung sudah sangat jenuh dengan kuliner, kita harus mencari inovasi baru,jika itu-itu saja, saingan kita pastinya banyak,” tutur Nita.
Akhirnya, ibu dua orang putra itu mencoba membuat kue kukus menggunakan resep ibundanya. Di masa lalu, kue kukus menjadi makanan favorit ayah dan saudara-saudaranya. “Jadi pada intinya, kesulitan yang menginspirasisaya untuk mencari apa yang harus saya lakukan. Saya menemukan resep cake tomat buatan ibu,” kenangnya.
Ibunda Nita, tidak pernah sekalipun mengomersialkan resep kue tomat buatannya. Tapi, bagi Nita, resep ibundanya merupakan peluang untuk mendulang pundi-pundi rupiah. “Saya mencoba membuat lalu diedarkan ke tetangga-tetangga dan saudara-saudara. Respons positif dan mereka mendukung agar saya membuat bisnis kue kukus rasa tomat ini,” ujar Nita.
Jadilah usaha kue tomat yang diberi nama Karina (Karya Ibu dan Anak). Saat memulai usahanya, Nita kembali mendapat cobaan. Puluhan kilogram tomat yang sudah dibelinya saat akan memulai usaha sebagian besar busuk dan tidak bisa dikonsumsi. Padahal, 50 persen bahan dasar kue buatan Nita berasal dari tomat. Selain itu, kue-kue buatannya sempat tidak laku di pasaran. “Kami lagi-lagi putus asa,” ucapnya.
Namun, suami dan orang tuanya terus mendukung hingga akhirnya Nita kembali bersemangat menjalankan bisnisnya ini. Dengan modal awal Rp250 ribu, Nita kembali membeli tomat.
Kali ini, dia lebih berhati-hati. Kini usaha pembuatan kue yang ditekuninya menjadi andalan hidup keluarga kecilnya. Dalam satu bulan omzet Karina mencapai Rp20,2 juta. Sekira 40 persen dari omzetnya atau sekira Rp8 juta merupakan keuntungan yang diperoleh Nita.
Sisanya digunakan Nita untuk menjalankan usaha dan menambah modal. Dalam satu hari, rata-rata dia mampu menjual 45 dus Karina, yang per dusnya dibanderol Rp15 ribu.
“Sekarang suami juga tidak usaha yang lain tapi membantu memasarkan dan mengantarkan kue-kue ini kepada pemesan atau kepada toko kue yang menjadi langganan kami dalam menjual. Setidaknya kami sudah ada penghasilan yang lumayan dari usaha ini,” paparnya.
Nita memproduksi Karina di tempat tinggalnya di Kompleks Griya Bandung Indah (GBI) Blok F 21 No 12 Kabupaten Bandung.Nita juga mengontrak rumah lain yang berlokasi tepat di sebelah tempat tinggalnya untuk mendukung produksi kuenya. Saat ini Nita memiliki dua orang karyawan tetap yang setiap harinya membantu mengerjakan proses produksi. “Saya sudah bisa menggaji mereka loh, walaupun tidak besar,” kata Nita bangga.
Saat ini Nita menitipkan hasil produksinya di toko-toko kue ternama di Kota Bandung. Di antaranya, Toko Kue Putri Oleh-Oleh Bandung, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung.
Selain itu, hampir setiap bulan Nita mendapatkan pesanan dengan jumlah yang lumayan besar untuk acara-acara tertentu. Bahkan, katanya, kue Karina sudah merambah ke luar negeri. Adapun di Indonesia, kuenya sudah sampai ke kawasan paling timur, Papua.
“Mereka beli di toko-toko yang saya titipi. Mungkin buat mereka sangat aneh ada kue kukus yang terbuat dari tomat. Dan respons mereka juga bagus, dari mulut ke mulut,setiap ada wisatawan asing yang mengunjungi toko kue itu pasti mereka membeli kue saya,” klaim Nita.
Selain rasa dan aroma tomat, Nita juga memproduksi Karina rasa mangga dan terong. Untuk mangga dan terong, Nita mengaku, itu merupakan bagian dari inovasi.
Rasa andalannya tetap di kue bolu rasa tomat. Nita bercerita, modal awal usaha ini selain untuk bahan baku, juga untuk membeli dua oven besar, mixer, dan beberapa buah loyang. Sebagian dari peralatan tersebut sudah dimilikinya sebelum membuka usaha kue Karina.
Dari usahanya, Nita juga memiliki aset sebuah motor yang digunakan suaminya untuk mengantarkan kue ke pelanggan. “Motor sudah kami miliki dalam tiga tahun ini. Usaha kami sudah stabil dan ini berkat kerja keras dan saling mendukung. Kami punya rencana yang lebih besar lagi, seperti membeli atau paling tidak mencicil mobil untuk operasional kami. Usaha kami sedang berlari ke arah yang lebih maju lagi,” tutur istri Darmawan Sabar ini.
Nita tertarik untuk membeli mobil jenis boks atau mobil pengangkut barang seperti Daihatsu Gran Max. Menurutnya, mobil tersebut praktis dan dapat memuat banyak barang sehingga dapat mempermudah pengiriman kue produksinya ke para pelanggan tetap.
Walau begitu, Nita mengakui, dalam menjalankan bisnis ada saja kendala yang dihadapi. Kendala yang paling berat dirasakannya saat ini adalah pemasaran yang masih belum maksimal. Nita hanya mengandalkan obrolan dari mulut ke mulut.
Hingga kini, Nita belum memiliki tempat permanen yang dimilikinya sendiri untuk menjajakan kue-kue produksinya. Seperti halnya sebagian besar wirausaha, Nita juga sempat meminjam kredit usaha perbankan.
Tambahan dana tersebut digunakan sebagai modal usaha.Namun saat ini, Nita sudah berhasil melunasi semua kreditnya. Nita bangga dengan segala daya upayanya. Meski begitu, dia merasa saat ini belum sepenuhnya sukses. “Ke depannya saya ingin bisa mewariskan usaha ini kepada anak-anak saya kelak. Saya ingin usaha saya menjadi besar dan menjadi kue ikon Jawa Barat,” harap Nita.
Selain itu, dia juga bermimpi dapat mendirikan tomato house yang bahkan konsepnya sudah disusunnya. Tomato house itu nantinya menjadi pusat segala sesuatu tentang tomat. “Apakah itu pernak-pernik, makanan, merchandise, dan apapun itu. Saya ingin membuka pusat segala sesuatu tentang tomat dan menjadi tempat wisata tersendiri. Dan Karina menjadi awal mulanya,” papar Nita.
Kendati demikian Nita bersyukur, saat ini dia sudah dapat menjalankan usaha tetap yang dapat menghidupi keluarganya. Menurutnya, keberhasilan usaha ditentukan oleh keuletan, berkelanjutan, dan tidak pernah kenal kata menyerah. (krisiandi sacawisastra)(Koran SI/Koran SI/ade) (sumber okezone.com)
No comments:
Post a Comment