Bagi Ali Utomo, Presiden Direktur (Presdir) PT Arezda Purnama Loka, kemampuan perusahaan untuk maju dan berkembang tak bisa dilepaskan dari peran karyawan dan masyarakat di sekelilingnya.
Mengingat kontribusi besar karyawan dan masyarakat itulah, sebagai balasannya Ali Utomo berusaha memberikan apresiasi sepadan kepada mereka.
Beragam program untuk karyawan dan bantuan sosial kepada masyarakat melalui corporate social responsibility (CSR) dirancang PT Arezda Purnama Loka. Kepada para karyawan yang senantiasa menjadi tulang punggung produksi perusahaannya, Ali beberapa kali menggelar program-program untuk membantu perekonomian mereka.
Di antaranya kredit lunak kepemilikan sepeda motor, bazar murah untuk keluarga karyawan dan memberangkatkan haji setiap tahun bagi karyawan berprestasi.
“Karyawan kami berjumlah 300 orang, dari engineer sampai tukang kebun. Bagi kami mereka adalah aset paling berharga. Jadi, sudah sepantasnya bagi kami memberikan yang terbaik kepada mereka,” terang Ali Utomo yang ditemui belum lama ini.
Selain kepada karyawan, PT Arezda Purnama Loka juga memberikan bantuan kepada masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik melalui program CSR.
Warga yang tinggal di sekitar pabrik di Citeureup, Bogor, Jawa Barat mendapatkan bantuan pendidikan, pembagian sembako, pembangunan jalan dan tempat ibadah,serta pembagian susu bagi balita.
“Kami membangun sekolah, musala, jalan, dan memberikan bantuan makanan bagi warga sekitar pabrik. Semua itu kami lakukan karena mereka adalah bagian tak terpisahkan dari maju mundurnya perusahaan,” tutur Ali.
Untuk semua program sosial bagi karyawan dan warga sekitarnya, Ali mengambil 30 persen dari omzet perusahaan yang bernilai Rp50 miliar-Rp60 miliar per tahun. Pria kelahiran Medan, 2 Desember 1949 ini menceritakan, kemajuan yang ditorehkan perusahaannya juga tak lepas dari peran Mandiri Business Banking.
Pada 1974, Ali menjadi nasabah Bank Bumi Daya, bank yang selanjutnya dimerger menjadi Bank Mandiri. “Saya mungkin salah satu nasabah terlama Mandiri Business Banking. Sejak saya pulang ke Indonesia sekira 1974, saya tidak pernah pindah-pindah bank sampai sekarang,” ujar lulusan metalurgi dari salah satu universitas di Taiwan tersebut.
Ali mengaku tak berpindah ke bank lain karena sudah merasa cocok dengan pelayanan, kontribusi, dan kerja sama yang selama ini terbangun dengan Mandiri Business Banking. Selama puluhan tahun bermitra, Ali menangkap ada perubahan besar pada tubuh bank ini.
Sekarang, kata dia, pimpinan Bank Mandiri tak lagi kaku, mau turun ke lapangan menjemput bola menemui nasabahnya. “Saya pikir ini adalah perkembangan positif dari sebuah bank pelat merah di mana pimpinannya tak lagi seperti birokrat, tapi mau membuka wawasannya terhadap kami para pemain di sektor swasta,” terangnya.
PT Arezda Purnama Loka yang memproduksi di antaranya sealing products, finned tubes, pressure vessels, jointing sheets dan rubber untuk perusahaan-perusahaan perminyakan, kimia energi, dan lainnya, berdiri pada 1982.
Ali Utomo mendirikan perusahaan tersebut setelah sejak 1974 menjadi agen produk sejenis di dalam negeri. Pria yang mengaku gila kerja itu menceritakan, sebelum menjadi agen produk sejenis di dalam negeri.
Selepas menyelesaikan pendidikannya di Taiwan, dia juga sempat bekerja paruh waktu di perusahaan serupa di Amerika Serikat. Dari sanalah, Ali menemukan ide mendirikan pabrik untuk produk serupa di Indonesia.
“Kalau soal penemuan ide dan teknologi orang asing memang jagonya. Tapi untuk penguasaan teknologi, saya pikir bangsa ini mampu melakukannya,” kata Ali mengungkapkan motivasinya ketika mendirikan perusahaan.
Kata-kata Ali bahwa bangsa ini mampu dalam hal penguasaan teknologi terbukti benar. Selang 28 tahun setelah PT Arezda Purnama Loka berdiri, perusahaannya menjadi salah satu yang terbesar di sektor tersebut. Yang lebih membanggakan lagi adalah 70 persen bahan-bahannya telah menggunakan muatan lokal.
PT Arezda Purnama Loka pun mampu meyakinkan dan menggandeng perusahaan-perusahaan besar seperti Pertamina, Pupuk Kujang, Petrokimia, Chevron hingga Conoco untuk menggunakan produk-produknya.
Perkembangan PT Arezda Purnama Loka pun bisa dilihat dari luas areal pabrik yang sekarang dimiliki. Kalau pada awal-awal pendirian hanya seluas 400 meter persegi sekarang telah menjadi enam hektare.
Ali mengakui, ke depan, tantangan yang dihadapi usahanya akan semakin berat. Baik berupa tantangan internal antara lain kebijakan-kebijakan pemerintah yang kontraproduktif seperti perizinan, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan lainnya maupun tantangan eksternal dengan munculnya kompetitor baru.
Menyikapi hal tersebut, pengagum berat almarhum KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tersebut mengaku siap menghadapinya. Bahkan dia tak takut apabila ada karyawannya yang menjadi kompetitor.
“Dulu sebagai seorang engineer saya memang egois. Sulit berbagi ilmu. Tapi, sekarang saya terbuka. Justru kalau ada kompetitor saya semakin tergugah lagi untuk lebih maju,” ujarnya.
Pria yang juga amat terkesan dengan ungkapan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif (yang dalam satu kesempatan pernah mengatakan bahwa manusia juga harus belajar mencintai apa yang tak dicintainya) tersebut juga memiliki obsesi besar dalam kariernya.
Dia ingin mendirikan pabrik pipa tanpa las sebagai yang pertama dan satu-satunya yang pernah ada di Indonesia. (sugeng wahyudi)(Koran SI/Koran SI/ade) (sumber okezone.com)
No comments:
Post a Comment