Nuria - Okezone
Bali terkenal akan hasil kerajinan seni. Bermacam jenis kerajinan bisa ditemui di Pulau Dewata ini. Dahulu kerajinan melukis di permukaan bambu tidak populer. Tapi Di tangan seorang perajin Bali I Nyoman Arnaya, keragaman kesenian Bali semakin kaya.
I Nyoman Arnaya, perajin Bali yang akrab disapa Komang Aya ini, awalnya adalah penjual topeng khas Bali. Menyadari banyaknya perajin di kota ini, Komang Aya memutar otak guna mencari ide jenis kerajinan yang belum ada di tanah kelahirannya itu.
Pada 2003, Komang Aya menemukan ide melukis di bambu. Jenis bambu yang digunakan mudah diperoleh. Asalkan, bambu harus direndam dan dijemur selama dua minggu.
Langkah itu ditempuh sebagai cara agar bambu bisa berwarna putih. Dengan begitu, lukisan bisa terlihat dengan jelas. Lalu bambu dibentuk dan dikreasikan menjadi gantungan kunci dan papan selancar.
Tadinya, lelaki usia 36 tahun ini menggunakan nyala api dari obat nyamuk atau batok kelapa untuk menggores lukisan. Hasilnya, tak sempurna. Lalu, Komang Aya menggunakan solder guna menggores lukisan.
Dia memperoleh motif lukisan baik melalui pesanan maupun idenya sendiri. Jika melalui pesanan, maka perlu menggoreskan sketsa terlebih dahulu di bambu. Namun, jika ide datang darinya, Komang Aya langsung menuangkan kreasinya.
Caranya melukis, sangat dikagumi oleh pelukis lain, terutama pelukis dari Ubud, Bali. Padahal kota Ubud adalah wilayah sentra pelukis. Komang Aya dinilai berani melukis tanpa membentuk sketsa terlebih dahulu.
Komang Aya bisa melukis segala jenis lukisan seperti bunga, hewan, superman, dan lainnya. Terkecuali wajah manusia. "Saya bukan pelukis wajah. Itu bukan bidang saya," paparnya kepada okezone.
Dibantu keluarganya, Komang Aya mampu menghasilkan lebih dari 3.000 produk. Menggunakan label Sunshine Handycraft, harga produknya dibanderol Rp15 ribu hingga Rp35ribu. Bicara soal pemasaran, Komas mengincar segmen tamu hotel di Bali yang selalu ramai.
Banyak pengalaman yang perolehnya saat merintis usaha ini. Awal memulai usaha, Komang Aya sering diejek oleh perajin lain. Saat itu, mereka memandang kerajinan ini tidak akan menghasilkan uang.
"Saya tidak ambil pusing omongan mereka. Menurut saya, jika Tuhan menghendaki usaha ini menjadi rezeki, maka Tuhan akan memberikannya. Ternyata, usaha berhasil menghidupi keluarga saya," ceritanya.
Komang Aya tidak pernah merasakan pendidikan formal melukis. Lulusan SMU di Bali adalah jenjang pendidikan terakhirnya. Sayangnya, kondisi keluarganya yang sederhana tak mampu mengantarkan impiannya untuk bisa mengeyam kuliah jurusan seni rupa.
Namun, siapa yang sangka bakat melukis itu mengantarnya menjadi seorang yang terkenal.
Dia mengaku, sejak kecil teman sekolahnya sering memintanya menyelesaikan PR lukisan mereka. Karena Komang Aya senang melukis, permintaan tersebut bukanlah hak yang sulit. Setelah rampung, teman-temannya pun memberi uang seadanya.
Sebelum melukis di atas bambu, jauh-jauh hari Komang Aya juga seorang pelukis kanvas. Lantaran banyaknya pelukis kanvas, niatnya diurungkan. "Saya tidak memiliki ide baru supaya bisa bersaing dengan pelukis kanvas lain," katanya.
Komang Aya melihat peluang pasar yang besar pada kerajinan melukis di bambu. Maka itu, ia memutuskan untuk mendalami usaha ini. "Di Bali, hanya saya yang bergerak di kerajinan ini. Produk ini masih langka di pasar," ujarnya.
Saat ini memang tidak ada perajin Bali yang bergerak di kerajinan jenis ini. Namun, tidak menutup jika sewaktu-waktu ada perajin yang mencontoh produknya.
Menhindari hal ini, Komang Aya mendaftarkan uji paten produknya. "Daftar uji paten produk, untuk berjaga-jaga jika ada yang menyamakan produk saya," ungkapnya.
I Nyoman Arnaya, perajin Bali yang akrab disapa Komang Aya ini, awalnya adalah penjual topeng khas Bali. Menyadari banyaknya perajin di kota ini, Komang Aya memutar otak guna mencari ide jenis kerajinan yang belum ada di tanah kelahirannya itu.
Pada 2003, Komang Aya menemukan ide melukis di bambu. Jenis bambu yang digunakan mudah diperoleh. Asalkan, bambu harus direndam dan dijemur selama dua minggu.
Langkah itu ditempuh sebagai cara agar bambu bisa berwarna putih. Dengan begitu, lukisan bisa terlihat dengan jelas. Lalu bambu dibentuk dan dikreasikan menjadi gantungan kunci dan papan selancar.
Tadinya, lelaki usia 36 tahun ini menggunakan nyala api dari obat nyamuk atau batok kelapa untuk menggores lukisan. Hasilnya, tak sempurna. Lalu, Komang Aya menggunakan solder guna menggores lukisan.
Dia memperoleh motif lukisan baik melalui pesanan maupun idenya sendiri. Jika melalui pesanan, maka perlu menggoreskan sketsa terlebih dahulu di bambu. Namun, jika ide datang darinya, Komang Aya langsung menuangkan kreasinya.
Caranya melukis, sangat dikagumi oleh pelukis lain, terutama pelukis dari Ubud, Bali. Padahal kota Ubud adalah wilayah sentra pelukis. Komang Aya dinilai berani melukis tanpa membentuk sketsa terlebih dahulu.
Komang Aya bisa melukis segala jenis lukisan seperti bunga, hewan, superman, dan lainnya. Terkecuali wajah manusia. "Saya bukan pelukis wajah. Itu bukan bidang saya," paparnya kepada okezone.
Dibantu keluarganya, Komang Aya mampu menghasilkan lebih dari 3.000 produk. Menggunakan label Sunshine Handycraft, harga produknya dibanderol Rp15 ribu hingga Rp35ribu. Bicara soal pemasaran, Komas mengincar segmen tamu hotel di Bali yang selalu ramai.
Banyak pengalaman yang perolehnya saat merintis usaha ini. Awal memulai usaha, Komang Aya sering diejek oleh perajin lain. Saat itu, mereka memandang kerajinan ini tidak akan menghasilkan uang.
"Saya tidak ambil pusing omongan mereka. Menurut saya, jika Tuhan menghendaki usaha ini menjadi rezeki, maka Tuhan akan memberikannya. Ternyata, usaha berhasil menghidupi keluarga saya," ceritanya.
Komang Aya tidak pernah merasakan pendidikan formal melukis. Lulusan SMU di Bali adalah jenjang pendidikan terakhirnya. Sayangnya, kondisi keluarganya yang sederhana tak mampu mengantarkan impiannya untuk bisa mengeyam kuliah jurusan seni rupa.
Namun, siapa yang sangka bakat melukis itu mengantarnya menjadi seorang yang terkenal.
Dia mengaku, sejak kecil teman sekolahnya sering memintanya menyelesaikan PR lukisan mereka. Karena Komang Aya senang melukis, permintaan tersebut bukanlah hak yang sulit. Setelah rampung, teman-temannya pun memberi uang seadanya.
Sebelum melukis di atas bambu, jauh-jauh hari Komang Aya juga seorang pelukis kanvas. Lantaran banyaknya pelukis kanvas, niatnya diurungkan. "Saya tidak memiliki ide baru supaya bisa bersaing dengan pelukis kanvas lain," katanya.
Komang Aya melihat peluang pasar yang besar pada kerajinan melukis di bambu. Maka itu, ia memutuskan untuk mendalami usaha ini. "Di Bali, hanya saya yang bergerak di kerajinan ini. Produk ini masih langka di pasar," ujarnya.
Saat ini memang tidak ada perajin Bali yang bergerak di kerajinan jenis ini. Namun, tidak menutup jika sewaktu-waktu ada perajin yang mencontoh produknya.
Menhindari hal ini, Komang Aya mendaftarkan uji paten produknya. "Daftar uji paten produk, untuk berjaga-jaga jika ada yang menyamakan produk saya," ungkapnya.
1 comment:
Bisa minta kontaknya pak Nyoman Arnaya/Komang Aya (si pelukis) ; email/phone/alamatnya. Terimakasih
Post a Comment