BERAWAL dari kecintaannya mengoleksi barang-barang zaman dulu yang penuh dengan sejarah dan bernilai seni tinggi, Sinta Dewi Nugraheni kini sukses mendirikan bisnis Galeri Siwil Art di Bawen, Semarang,Jawa Tengah.
Kini perempuan berjilbab ini pun tidak susah-susah lagi mengumpulkan omzet hingga Rp400 juta per bulan dari penjualan lukisan, furniture, rustic dan barang antik lainnya.
Padahal, Sinta sebelumnya tidak pernah berminat menjual barang-barang yang awalnya jadi koleksi pribadinya. Apalagi beberapa barang telah dimiliknya sejak puluhan tahun dan diperoleh dari hasil perburuannya dengan suaminya,Yurianto, yang memang memiliki hobi sama.
“Saya dan Mas Yurianto memang mempunyai kegemaran yang sama, kami sama-sama suka mengoleksi barang dari zaman dahulu kala.Semakin tua barang tersebut, makin tinggi nilai seninya di mata kami,” ujar pasangan yang telah menikah dua puluh tahun tersebut saat ditemui di sebuah pameran di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta,Jumat (26/11).
Hingga suatu ketika, seorang kerabatnya tertarik membeli salah satu koleksi lukisan Sinta. Tidak tanggung-tanggung,lukisan berpotret nona Belanda itu ditawar dengan harga Rp45 juta. Sinta yang awalnya berpikir panjang, langsung memutuskan menjual lukisan berukuran dua kali tiga meter itu.
“Lukisan itu nilai sejarahnya panjang sekali, karena saya mencarinya benar-benar ke pelosok Kota Semarang.Menurut pemiliknya, lukisan itu telah berusia lebih dari 40 tahun,”ujar Sinta.
Bukan hanya alasan memperoleh keuntungan semata Sinta menjajakan sebagian dari koleksinya. Ibu lima anak itu punya alasan tersendiri menjual barang jadul tersebut. Dia mengaku merasa bisa berbagi dengan orang lain yang juga mempunyai hobi yang sama, sebagai kolektor barang tempo dulu.
“Koleksi saya masih banyak Mas, lukisannya saja kalau dihitung ratusan. Dengan berbagi kepada kolektor lainnya saya mempunyai kepuasan tersendiri, jadi saya tidak hanya memprioritaskan keuntungan semata,”katanya.
Sinta menambahkan, untuk memasarkan barang jadul-nya merelakan kediamannya di bilangan Bawen Bukit Permai B-15, Bawen, Kabupaten Semarang, dijadikan galeri barang antik. Pasangan suami istri itu secara resmi membuat rumah pribadinya jadi Galeri Siwil Art pada pertengahan 1990.
“Kebetulan waktu itu kami memiliki empat rumah di wilayah Bawen, karena keempat rumah tersebut memang didekorasi seperti galeri,jadi saya tidak perlu menambahkan hiasan lagi untuk Galeri Siwil Art itu,” tutur perempuan kelahiran Salatiga,15 Juni 1973 itu.
Sinta memang mengaku dulu sempat memiliki empat buah toko galeri barang antik di wilayah Bawen. Namun, karena imbas krisis ekonomi di Tanah Air pada 1998,kedua toko galerinya terpaksa dijual untuk menyambung hidup.
“Bisnis barang antik ini memang naik turun, bergantung perekonomian bangsa Indonesia, awal 1990-an sempat sukses diminati masyarakat. Namun, pada akhir 1990-an malah tidak dilirik sama sekali,karena masyarakat lebih memilih untuk membeli sembako dibandingkan mengoleksi barang jadul,” ungkap perempuan berdialek Jawa itu.
Meskipun demikian, Sinta bersyukur bisnis galeri yang telah dirintis bersama suaminya selama dua puluh tahun itu telah kembali pulih.Jika dulu Sinta dan keluarga sempat bangkrut dan terpaksa menjual dua unit kendaraan pribadinya untuk menopang pengeluaran keluarga, kini perempuan berkulit sawo matang itu malah sudah bisa membeli dua kendaraan baru.
Perempuan yang sebelumnya sempat bekerja sebagai perawat itu mengaku usahanya ini memberikan pemasukan yang lumayan besar. Dari total omzet Rp400 juta per bulan, dia mengaku bisa memperoleh pendapatan sebesar Rp150 juta saban bulan.
“Alhamdulliah semua sudah kembali seperti semula, intinya kerja keras dan mau berusaha.Satu hal lagi, kami selalu menganggap konsumen sebagai saudara karena mempunyai hobi dan minat yang sama yaitu mengoleksi barang antik,”tuturnya.
Buah dari pelayanannya yang ramah tersebut, banyak dari konsumen di Galeri Siwil Art menjadi pelanggan tetap. Hitungan Sinta, ada 15 orang yang telah menjadi pelanggan loyalnya di galeri itu. Mayoritas pelanggannya malah datang dari luar wilayah Jawa Tengah, bahkan ada yang berdomisili di wilayah Jabodetabek.
“Mereka sering ke Bawen hanya untuk membeli barangbarang antik seperti lukisan, lemari dan cermin dari tahun 1960-an. Tapi tidak jarang juga pelanggan kami menelepon dan minta dikirimkan barang yang sama tanpa harus datang ke Bawen,”kata Sinta.
Meskipun sebagian besar konsumennya bertempat tinggal dan berdomisili di wilayah Jabodetabek, namun pemilik usaha dengan empat orang karyawan itu masih belum berniat membuka cabang toko galeri barang antik di Ibu Kota. Hal ini karena sebagian besar bahan baku barang-barang antik tersebut banyak diperoleh di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya.
“Selain itu ada rasa kesenangan tersendiri bagi konsumen untuk dapat mengunjungi galeri kami di Bawen,menurut mereka pusat barang antik memang berasal dari kota kecil di Jawa Tengah itu,”ungkap Sinta.(Koran SI/Koran SI/wdi) (sumber okezone.com)
No comments:
Post a Comment