Tidak selalu bisnis berawal dari orientasi mencari uang semata. Ada kalanya niat itu muncul karena ingin membantu saudara, teman, atau bahkan tetangga. Bisnis Kerudung dengan merek Ladhisa yang dikunjungi Majalah Wirausaha dan Keuangan adalah bisnis yang lahir dari keprihatinan seorang Windy Widyawati SE Ak, dan suaminya Drs Agoes Widodo untuk membuka lapangan kerja bagi para tetangganya.
Kedua orang suami istri ini adalah seorang professional, kalangan kelas menengah Indonesia dengan penghasilan yang lumayan. Windy (36) adalah professional di Indosat, sebuah perusahaan multinasional, sedangkan Agoes (37) bekerja instansi pemerintah, di Bea Cukai. Secara materi mereka berkecukupan dan berkelimpahan kebahagiaan.
Bermula dari pengajian majelis taklim rutin ibu-ibu yang diadakan di rumahnya, di Jalan Pintu II TMII Gg Ampel No22 Jakarta Timur, Windy, ibu dari Kalila, Nadhif dan Delisha ini melihat perlunya pemberdayaan ekonomi bagi ibu-ibu di sekitar rumahnya. Mereka, sebagian besar adalah istri dari para pedagang kecil, pedagang kaki lima dan tukang parkir di kawasan tempat wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Usai pengajian, biasanya mereka masih berdiskusi atau ngobrol ringan seputar kehidupan sehari-hari. Ada yang berkaitan dengan masalah rumah tangga, ekonomi, dan masalah lainnya yang biasa dihadapi ibu-ibu peserta pengajian majelis taklim.
“Dari sebagian mereka ada yang menyampaikan kepada saya, apakah mungkin setelah mengaji ada kegiatan lain yang dapat menunjang peningkatan ekonomi keluarga. Saat itu saya mulai berfikir, kemungkinan kegiatan apa yang dapat membantu masyarakat disini, “ ujar wanita asli Kediri, Jawa Timur ini.
Beberapa hari lamanya Windy yang sibuk ini mencoba menyisihkan waktunya untuk memikirkan kegiatan apa yang dapat dilakukan oleh ibu-ibu disekitar rumahnya agar dapat menambah penghasilan keluarga.
Windy yang memiliki hobby mendisain pakaian wanita dan kerudung ini mencoba menuangkan gagasannya dengan menjahit bahan-bahan yang dicarinya sendiri. Ternyata hasil kerudung buatannya, setelah dipakai sendiri, banyak yang berminat memilikinya. Sampai ada seorang teman yang bertemu dengannya ingin membeli kerudung yang sedang dipakai Windy. Selama ini Windy selalu menggunakan kerudung, namun belum menemukan yang pas bagi dirinya, termasuk bahan yang digunakan.
Berawal dari kerudung buatannya sendiri inilah Windy merasa menemukan titik antara apa yang menjadi hobbynya dengan upayanya untuk membantu masyarakat sekitar.
“Saya mencoba menghubungi beberapa orang tetangga saya yang bisa menjahit. Apakah bisa menjahit kerudung seperti ini?, “ tanya Windy kepada beberapa tetangganya sambil menunjukkan contoh kerudung yang dibuatnya.
Ternyata mereka banyak yang bisa melakukan, dan merasa senang karena ada kesibukan baru yang dapat dikerjakan.
Akhirnya Windy, bersama suaminya, Windy mencoba membentuk kelompok uasaha kecil-kecilan dengan merekrut beberapa tetangga sebagai tukang jahit, serta dibantu satu orang yang mengurusi semuanya.
“Saya dan suami yang berbelanja bahan baku, memilih warna serta menentukan motif yang akan dibuat,” ujar Windy.
Setelah beberapa potong kerudung dibuat dengan motif dan bahan yang berbeda dengan kerudung yang selama ini ada di pasaran, Windy berkeyakin produknya dapat laku dijual. Selain mutunya tidak kalah dari kerudung yang selama ini ada, Ladhisa terbuat dari bahan yang adem dipakai, motifnya unik, kembang-kembang dan penuh warna.
Dan benar saja, setelah menghubungi beberapa orang untuk menjadi agen penjual produknya, Kerudung Ladhisa laris manis dibeli banyak orang. Bahkan melalui blog khusus yang dibuatnya, Ladhisa mulai dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar di luar Jawa hingga Singapura.
Suatu kebanggaan usaha kecil yang dibuatnya dengan memberdayakan masyarakat kecil sekitar rumahnya sejak tahun 2007 lalu kini mulai terlihat hasilnya.
Ada kalanya berbisnis menjadi kesenangan. Semacam hobby yang memberikan kegembiraan bagi para pelakunya. Mereka rela kehilangan waktu istirahat atau liburan karena digunakan untuk mengelola bisnis yang baru dirintisnya. Tetapi memperoleh kesenangan karena ekspresinya untuk berbisnis tersalurkan.
Windy Widyawati dan Agoes Widodo, misalnya. Pasangan muda ini tak malu-malu menggelar bisnis pakaian muslim dengan kendaraan pribadinya di kawasan seputar Taman Mini Indonesia Indah saat awal-awal berbisnis jika pada hari Sabtu atau Minggu tiba. Bersama pebisnis lain ia menggelar dagangan, dan rela berpayah-payah menawarkan kepada pelanggan yang datang. Padahal keduanya jika hari kerja adalah karyawan dan pegawai yang sehari-hari sibuk bekerja.
“Saya sih senang saja mencoba berbisnis. Semakin tahu bagaimana sukadukanya berbisnis, dan melatih kepiawaian berbisnis,” ujar Windy yang kini memiliki usaha produksi Kerudung Ladhisa yang dibuat bersama ibu-ibu pengajian di sekitar rumahnya.
Bagi Windy, apa yang telah dirintisnya, dengan membangun bisnis dari rumah, yang memproduksi kerudung, serta baju muslim, memiliki banyak dimensi positif, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga masyarakat lingungannya. Setidaknya Windy dan Agoes menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya.
Tentang kerudung Ladhisa, Windy mengungkapkan produknya terbuat dari bahan spandek halus yang sangat nyaman jika dipakai, dan sesuai dengan bentuk kepala menjadikan muslimah yang memakai terlihat lebih cantik karena tersedia dalam aneka bentuk dan motif.
Suami istri ini berkeinginan Kerudung Ladhisa semakin dikenal oleh masyarakat, dan semakin meluas sebaran pelanggannya. Ia yakin, meskipun usahanya dikendalikan dari rumah, dan hanya mampu mengontrol usahanya secara penuh jika hari Sabtu atau Minggu saja tetapi perkembangan bisnis telah tumbuh seperti yang diharapkan.
sumber: http://www.majalahwk.com/artikel-artikel/teropong-usaha/327-artikel-artikel.html
4 comments:
selamat ya moga sukses mbak
gamis murah
Ass wr wb, Boleh minta no contact mba windy gak yaa ?? Trmkasih
Ass wr wb, Boleh minta no contact mba windy gak yaa ?? Trmkasih
Maaf kami hanya copy paste artikel saja, mgkn kontak dan alamatnya bisa digoogle
Post a Comment