Saturday, March 10, 2012

Sempat Jatuh Bangun Mencoba Berbagai Bisnis, Kini Santi Mia Sukses Berbisnis Jati

Keluar dari ruangan penjurian, matanya berbinar-binar dan bibirnya melafalkan Alhamdulilah  mengungkapkan rasa syukurnya pada sang Khalik atas keberhasilan tim juri melahirkan juara baru di ranah entrepreneurship wanita di negara ini.

Tahun lalu, Santi Mia Sipan, 45,  masih duduk di bangku finalis Ernst & Young Entrepreneurial Winning Women 2010. Namun tahun ini dia sudah di posisi sebagai juri yang  ikut menentukan wanita-wanita untuk mendapatkan penghargaan bergengsi dari organisasi internasional  itu.

Presdir PT Jaty Arthamas ini dalam kesehariannya memang cepat naik kelas dari seorang seketaris konglomerat menjadi pengusaha agroforesty dan menjadi satu-satunya wanita di Indonesia yang menggeluti bisnis kayu jati dari hulu hingga hilir, mulai dari pembibitan jati unggulan Solomon hingga bisnis baru yang tengah disiapkannya, supermarket jati.

“Tim juri tahun ini memilih empat orang pemenang dari berbagai bidang dan mereka adalah Anastassia Florine Limasnax (PT E-Motion Entertainment), Anne Avantie (Perancang busana pemilik label Anne Avantie), Donda Lucia Yuniar (PT Anugraha Weing Caranadwaya & PT Deva-Datta, dan Susanti Alie (PT Bersama Olah Boga),” jelasnya.

Santi mengaku lega tugasnya menjadi juri dari ajang penghargaan yang digelar untuk mendukung kiprah pengusaha wanita Indonesia ini sudah selesai dan keberhasilan empat pemenang penghargaan Ernst & Young Entrepreneurial Woman 2011 juga berangkat dari ide brilian yang diwujudkan secara realistis.

"Mereka semua adalah pengusaha yang merangkak dulu, memulai dari bisnis kecil-kecilan, hingga akhirnya memiliki usaha dengan omzet di atas Rp 10 miliar per tahun. Mereka juga sukses dalam berbisnis tanpa pinjaman di bank. Perempuan cenderung tidak berani meminjam uang kalau tidak bisa bayar,” jelasnya.

Menurut Santi mereka yang menang penghargaan ini adalah yang bisa melakukan terobosan, inovatif, bisnis yang digelutinya masih orisinal, berpikir ke depan dan berani namun tidak nekat. Para pemenang adalah wanita gigih dan berhasil mengembangkan bisnis secara signifikan dengan sistem yang benar dan cerdas.

Selain mampu menciptakan lapangan pekerjaan, mereka juga memberikan manfaat pada sebanyak mungkin orang melalui bisnis yang dibangunnya. Karakter pengusaha yang dapat memberikan dampak luas bagi keluarga, kerabat dan masyarakat memang menjadi keunggulan wanita, tandasnya.

Santi yang usahanya masuk lima besar bisnis kayu jati di negara ini mengatakan bidang yang digelutinya ini memungkinkannya menjalankan personal social responsibility (PSR), CSR maupun membantu pemerintah dalam hal melakukan penghijauan. Dari 250 ha kebun jati yang dikelolanya sebagai hutan rakyat, maka pihaknya juga sekaligus memberikan bimbingan dan memberdayakan para petani.

“Hutan jati milik rakyat kini lebih dominan memenuhi kebutuhan industri perkayuan dan permintaan akan kayu jati tidak pernah mati sepanjang tahun. Bahkan untuk kayu yang masih usia muda sudah banyak permintaannya.Berdasarkan data statistik selama 25 tahun terakhir, harga pohon jati meningkat dua kali lipat dalam 5 tahun,” kata Santi.

Kebutuhan kayu jati di Indonesia baru terpenuhi 30%, sedangkan mulai 2014 penebangan kayu alam akan dihentikan total. Menghadapi kondisi ini, masyarakat dapat menyubsidi kebutuhan kayu dengan menyiapkan hutan tanaman mandiri. Kelak, kayu yang dihasilkan dari hutan tanaman mandiri bisa digunakan untuk membantu pemasokan pada industri lokal maupun global.

Tak heran setelah paham kini banyak keluarga, kerabat, klien yang beralih ke bisnis kebun jati. Sebagai gambaran, ujarnya, untuk satu hektare tanah dan 1.333 bibit jati termasuk biaya perawatan 3 bulan pertama membutuhkan dana sekitar Rp400 juta. Namun hasil investasi bruto setelah 15 tahun penanaman nilainya mencapai sekitar Rp4 miliar.

“Kalau tanam sekarang, hasilnya 50% dinikmati dan ditebang sudah menghasilkan Rp439 juta lebih, lalu 25% lainnya di panen saat usia 10-12 tahun menghasilkan Rp823,3 juta dan sisa 25% lagi jika dipanen saat berusia 15 tahun menghasilkan Rp2,6 miliar karena harga per batang pohon jati di usia ini sudah Rp8 juta/pohon,” ungkapnya.

Tak heran kalau penawaran investasi kebun Jaty Arthamas di Jonggol, sekitar 60 km dari pusat kota Jakarta kini menjadi incaran para profesional muda karena mereka bisa investasi dengan luas tanah 1000 meter saja dengan harga investasi awal sekitar Rp55 juta.

Dia tidak menampik banyak profesional muda yang selama ini bermain investasi di saham dan apartemen kini justru beralih ke bisnis kebun jati. Kesadaran untuk berbisnis, menjaga lingkungan, melakukan pemberdayaan masyarakat dan berkontribusi pada gerakan global mengatasi perubahan iklim menjadi alasan mereka untuk bergabung.

Tentu saja Santi yang kini sudah menjadi orangtua tunggal bagi kedua anaknya, Adamas Harris Zain dan Annisa Al Sakina sangat bangga dengan fenomena di kalangan para profesional muda itu dan membimbing mereka layaknya sebagai start-up bisnis di bidang agroforestry.

Menularkan virus entrepreneurship kini menjadi bagian hidupnya sehari-hari baik di kebun, di rumah maupun diberagam aktivitas sosialnya.Santi tak segan-segan menjadi motivator dan kema hirannya berkomunikasi baik dalam bahasa daerah, bahasa asing seperti Inggris maupun Perancis memudahkannya menyampaikan pandangan-pandangannya.

Dia mengaku sejak menjadi pemenang E&Y Entrepreneurial Winning Woman tahun lalu banyak memenuhi permintaan sebagai pembicara seminar dan menjadi mentor. Perusahaannya juga menyabet penghargaan PGA Best Motivator of the Year 2010 dan sebuah penghargaan internasional lainnya juga akan diberikan pada wanita cantik ini dalam waktu dekat.

Prestasi yang dicapainya ini buah hasil kerja keras dan  pantang menyerah, jujur, serta keinginan berbagi dengan sesama umat manusia. Keputusannya meninggalkan kenyamanan karier sebagai assistant general manager di perusahaan konglomerat selama 11 tahun dan memberdayakan dirinya secara mandiri melalui wirausaha dinilainya sebagai pilihan terbaik dari yang Sang Pencipta untuk dirinya maupun keluarganya.

Memilih jati sebagai fokus bisnis tak datang tiba-tiba. Sebelumnya, Santi jatuh bangun dengan berbagai bisnis. Bergabung dalam bisnis MLM pada 2002 dan menuai sukses darinya pernah dialami Santi. Merintis bisnis rental kendaraan juga dilakoninya. Namun pada bisnis jati, Santi memantapkan hati dan seperti yang dikatakannya sejak awal mendirikan bisnis, berwirausaha baginya adalah juga berbagi.

Santi memimpin ratusan petani untuk merawat lahan jati dan selain menerima gaji bulanan mereka  juga berhak mendapatkan dana sosial yang dikumpulkannya dari para investor pula.  Untuk keberlangsungan bisnisnya, Santi juga merekrut mandor untuk memastikan lahan investor yang dikelolanya aman terjaga disamping memperbaiki infrastruktur jalan di sekitar kebun.

“Sekarang kalau melihat hamparan kebun dan sungai-sungai yang mengalir rasanya lokasi kami juga bisa dikembangkan untuk desa wisata kebun jati dimana wisatawan bisa datang menginap dan memberikan dampak ekonomi yang lebih luas pada masyarakat setempat,” katanya. Nampaknya apa yang diungkapkannya bukan sekedar angan-angan. Bukan tidak mungkin tahun depan Santi juga sibuk dengan bisnis homestay dan outbound di tengah hutan jati ? (faa) (Hilda Sabri Sulistiyo)

sumber: http://www.bisnis.com/articles/santi-mia-sipan-perempuan-sukses-di-bidang-perkayuan

No comments: