Sunday, March 11, 2012

Ariana, Mantan Karyawati Bank yang Sukses Bisnis Kebaya Lewat Rumah Kebaya Attana

Kebaya itu busana ajaib. Apa pun acaranya, kebaya bisa menjadi andalan untuk tampil ayu. Kebaya juga tak kenal bentuk tubuh. Wanita yang kurus jadi tampak padat berisi, yang gemuk terlihat singset. Kebaya membuat pemakainya terlihat seksi. Apalagi, kini kebaya tampil lebih muda dengan model makin keren dan aplikasi makin gaya. Ujung-ujungnya, kesempatan untuk berbisnis kebaya pun terbuka makin lebar. Ini pula yang dimanfaatkan Ariana Ambarwati (39) untuk mendirikan Rumah Kebaya Attana, di Bogor.

“Kalau pesanan sedang banyak, saya sampai mengerahkan ibu mertua dan adik ipar untuk membantu memasang payet,” tutur Ambar. Dalam sebulan rata-rata ia menerima 70 pesanan kebaya. Saat peak season seperti Idul Fitri dan juga sesudah Idul Adha -'bulan baik' untuk menikah- pesanan bahkan bisa lebih dari 100 potong. Pernah, saking membludaknya pesanan, di malam takbiran ia masih mengesum.

Saat ini, untuk satu potong kebaya ia memasang harga Rp 150.000–350.000 dan bustier Rp 150.000. Untuk payet, harganya bervariasi. “Jika payetnya sedikit, misalnya hanya di kerah, harganya hanya Rp 50.000. Tetapi, jika memakai ratusan payet dan batu-batuan, harganya bisa mencapai Rp 2 juta." Harga ini termasuk murah dibandingkan Jakarta. Di Bogor, jika mematok harga terlalu tinggi, sulit menjaring konsumen.

Bisnis yang Personal

Kebaya akan membuat pemakainya tampak memesona jika jatuhnya pas di badan. Karena itu, Ambar selalu bertanya kepada pelanggan, apakah mereka mudah gemuk. Jika jawabannya ‘ya’, ia akan mengantisipasi dengan ‘menyimpan’ bahan lebih di dalam lipatan jahitan. Selain itu, ia menilai, karena ini adalah bisnis jasa, ia harus ekstra sabar dalam menghadapi pelanggan.

Seringkali klien datang memesan kebaya, tetapi tak tahu ingin model seperti apa. Mereka hanya bilang, “Pokoknya, yang bagus di badan dan enak dilihat.” Untuk itu, Ambar mencari gambar di majalah atau membuat sketsa, sampai klien benar-benar merasa sreg dengan modelnya.

Meski sudah sangat akrab dengan pelanggan, Ambar tetap mengenakan uang muka, paling tidak 30% dari total harga. Demi kepuasan pelanggan, Ambar tak pernah menggunakan payet buatan lokal. Bukannya sok mau luar negeri, tetapi karena kualitas produksi lokal masih belum bagus. Selain bentuk manik-maniknya sering tidak ‘seragam’, manik-manik itu cenderung mudah pecah dan warnanya mudah luntur. Bahkan, kalau kena lembap bisa berjamur. Karena itu, payet buatan Jepang, Taiwan, dan Korea menjadi pilihan Ambar. Harganya bervariasi, antara Rp 300.000-360.000 per kg. Untuk mempercantik kebaya, Ambar juga menaburkan batu-batu swarovski dari Italia yang harganya antara Rp 3.000–5.000 per butir. Satu kebaya bisa menggunakan ratusan swarovski.

Berawal dari Krismon

Krisis moneter yang melanda lebih dari 10 tahun lalu, membuat Ambar kehilangan pekerjaannya di sebuah bank. Tak punya banyak kegiatan, ia lalu berpikir untuk mengikuti kursus menjahit, karena memang suka. Tahun 2000, ia memberanikan diri menerima pesanan teman-teman. Ia mengamati, permintaan kebaya cukup banyak. ”Saat itu di Bogor tidak banyak penjahit yang mengkhususkan diri pada kebaya," kata Ambar, yang dulu bermodal satu mesin jahit dan satu mesin obras secondhand.

Karena pesanan makin banyak, Ambar meminjam rumah ibu mertuanya selama 2 tahun. Tahun 2006 Ambar menyewa ruko lebih besar di Taman Yasmin yang sangat strategis. Di situ workshop dan ruang display menjadi satu. Ia juga mengajak adik iparnya, Athanasia Dewi (33), bergabung. Mereka lalu berbagi pekerjaan: Athanasia mendesain, dan Ambar di bagian produksi.

Untuk menggaet pelanggan baru, Ambar rajin ikut pameran. “Tak hanya pameran besar, pameran di masjid pun tak ketinggalan. Kami tidak mengejar omzet. Yang penting orang tahu usaha kami. Kami juga bekerja sama dengan toko bahan dan jasa rias pengantin,” cerita Ambar, yang modalnya kembali setelah satu tahun membuka bisnis ini.



Tips dari Ambar:
1. Untuk menghindari salah memotong bahan, sebaiknya Anda sendiri yang memotong, jangan diserahkan kepada pegawai
2. Karena juga berperan sebagai konsultan, perkaya diri dengan mempelajari tren dari majalah dan buku
3. Mengikuti lomba  bisa membuat usaha makin dikenal.

sumber: http://wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/contentDetail.aspx?MC=001&SMC=006&AR=34

No comments: