Nama Anton Wirjono sebenarnya lebih dikenal bukan sebagai pebisnis, melainkan seorang disc jockey (DJ). Namun tak dapat dimungkiri, kemampuannya sebagai wirausaha telah terbukti dengan kesuksesan Future10, Brightspot Market dan The Goods Dept. Ia juga telah mempekerjakan setidaknya 200 karyawan. Merujuk pada filosofinya sebagai DJ – yang tidak hanya berperan memutar lagu, tetapi juga meramu musik agar enak didengar dan orang senang mendengarnya – Anton mampu meramu bisnisnya yang bervariasi, mulai dari acara pertunjukan musik, pameran, department storehingga restoran dan kafe menjadi apa yang disebutnya mampu membuat orang senang.
Perjalanan Anton ke dunia bisnis dimulai saat ia kuliah Administrasi Bisnis di Menlo College, Amerika Serikat. Semasa kuliah, ia pernah mengadakan acara musik yang menampilkan beberapa DJ di sebuah hangar pesawat yang disewanya dengan harga tiket US$ 20 per orang, dan berhasil menarik sekitar 5 ribu orang. Sejak itulah, ia melihat peluang di bisnis pertunjukan DJ semacam itu.
Sekembali ke Indonesia tahun 1994, Anton melanjutkan hobinya nge-DJ. Dengan berbekal sebuah sepeda gunung, dua kotak pelat musik dan sekopor baju, ia memutuskan membuat usaha sendiri, meskipun orang tuanya menentang. Anton memulai bisnis pertunjukan DJ dengan mencari tempat menarik yang kurang pengunjung dan mengemas acara dengan sistem bagi hasil dengan pemilik tempat. Acara pertunjukan DJ pertama diadakan di Parkit, Wahid Hasyim, dan berhasil mendatangkan 700 orang. Sejak itu, pemilik Parkit meminta Anton untuk membuat acara rutin. Selanjutnya, banyak tempat hiburan malam yang minta dibuatkan acara dan Anton nge-DJ di sana.
Akhirnya, Anton dapat membuat sebuah festival musik elektronik pertama di Indonesia yang diadakan di Ancol dengan menampilkan DJ dari dalam dan luar negeri serta band yang kebanyakan adalah band indie. “Saya tidak pernah main-main, kami men-DJ tapi juga melakukan kurasi hal-hal yang menurut kami paling bagus,” anak kedua dari empat bersaudara ini menegaskan.
Selanjutnya, banyak perusahaan meminta pria kelahiran Kudus 14 April 1970 ini untuk mengelola event mereka. Bersama sang adik, Hogi Wirjono, Anton mulai menggunakan bendera Future10 untuk acara musik yang dikelolanya. Dari situ pula muncul ide mengadakan acara Brightspot Market, terinspirasi dari pasar tradisional, di mana ada banyak kios dengan berbagai produk. “Tapi kios ini khusus untuk produk gaya hidup,” tutur ayah dua anak ini. Maka, Anton pun mulai mengumpulkan dan melakukan kurasi pada produsen lokal yang mampu menghasilkan produk yang bagus.
Brightspot Market pertama diadakan di EX, Plaza Indonesia tahun 2009 dengan 25 vendor yang dinilai Anton cukup bagus setelah dikurasi. Ia menggandeng Leo Theosabrata, pemilik bisnis kursi akupuntur, sebagai orang yang mendesain gerai dan me-layout tempat, serta adik perempuannya, Cynthia Wirjono dan suaminya, Chris Kerrigan, yang berpengalaman mengelola bisnis ritel di AS. “Kami membuat Brightspot Market seperti pasar kaget,” ujarnya.
Setiap booth didorong untuk tampil sebagus mungkin, dan booth yang terbaik diberi hadiah gratis ikut Brightspot Market berikutnya. Acara yang digelar untuk pertama kalinya ini berhasil menarik 5 ribu orang dalam empat hari. Event kedua dan ketiga mampu mendatangkan 11 ribu dan 13 ribu orang dalam empat hari. Akhirnya Brightspot Market pun menjadi tren, dan jumlah pengunjung kian bertambah menjadi 25 ribu, 35 ribu, 45 ribu dan terakhir 55 ribu orang dalam empat hari. Jumlah vendor yang awalnya hanya 25 pun bertambah banyak hingga 120 vendor, dan bahkan masih ada yang masuk waiting list. Anton tak segan menolak vendor jika setelah dikurasi ternyata produknya kurang layak, untuk menjaga kepercayaan konsumen.
Setelah sukses mengadakan empat kali Brightspot Market, Anton terinspirasi untuk membuat pasar yang permanen dengan konsep berbeda dari yang sudah ada sekarang. Maka, bersama dengan Fely Irmansyah yang juga pendiri Majalah A+, media gaya hidup, Anton mendirikan The Goods Dept pada 9 Desember 2010, yaitu konsep baru department store yang menarik, ditambah tempat makan yang enak.
Produk yang digelar di Goods Dept terdiri dari pakaian dan aksesori hingga perlengkapan rumah tangga yang unik, sepeda, kamera dsb. Anton ingin Indonesia memiliki lokasi seperti di Thailand, di mana ada pasar yang khusus menjual barang-barang khas dan buatan lokal yang bukan barang tradisional.
Ke depan, selain tetap menjalankan Brightspot Market dan Future10, ia berencana mengembangkan merek Goods ke banyak hal yang terkait dengan gaya hidup. “Sekarang sudah ada Goods Diner yang menggunakan lokasi bekas Bengkel Cafe & Billiard,” ujarnya. Ia juga sedang menyiapkan konsep The Goods Dept yang lebih kecil atau semacam gerai satelit. “Singapura dan Malaysia sudah minta saya untuk membuka The Goods Dept di sana,” ujar pria yang masih aktif nge-DJ ke luar kota dan ke luar negeri pada akhir pekan ini.
Yoris Sebastian, pengamat gaya hidup dan digital marketing, melihat Anton sebagai sosok perintis yang berhasil mengembangkan konsep baru dalam bisnis. Pendiri OMG Consulting ini menilai, Anton pintar melihat peluang dan mau memberi kesempatan produsen lokal untuk menunjukkan karyanya. Meskipun sepertinya bisnis Anton itu “asyik”, apa yang dilakukannya melalui riset dan penuh intuisi. Anton pun dinilainya berhasil menjalin komunikasi yang bagus dengan komunitasnya. “Misalnya yang tadinya suka dugem, sekarang sudah berkeluarga, dia garap melalui Brightspot dan Goods Dept,” Yoris menambahkan.
Herning Banirestu & Kristiana Anissa
sumber: http://swa.co.id/entrepreneur/meramu-bisnis-seperti-meramu-musik-yang-berkualitas
No comments:
Post a Comment