Setelah delapan tahun bekerja di dunia periklanan, Desy Melania (32) memutuskan untuk banting setir dan berwiraswasta. Bukan hal yang mudah awalnya untuk membuka usaha sendiri. Namun, berkat kecintaannya pada putra dan kerinduannya untuk terus berkarya, maka terciptalah bisnis kaus anak hasil kreasinya sendiri. “Ide awal saya adalah menciptakan pakaian anak yang tidak ada matinya. Pilihan saya: membuat T-shirt, karena pasti diperlukan, sehingga potensial untuk dibisniskan,” ucapnya.
Agar bisa bersaing di pasar, ia memutuskan fokus pada ide-ide tulisan agar menarik dan berbeda. “Kata-kata yang saya gunakan adalah hal-hal kecil, seperti yang sering diucapkan orang tua kepada anaknya. Contohnya, ‘Rajanya Mama’, ‘Bos Kecil’, ‘Tambah Gede Tambah Ganteng’, ‘Soulmate Bunda’. Tetapi, jika diterapkan pada kaus anak, jadi terkesan lucu,” ujarnya.
Memang, kaus anak produksi Littlebig memiliki ciri khas dalam permainan kata-kata dalam bahasa Indonesia. “Tulisan itu mencerminkan kebanggaan dan kesayangan orang tua Indonesia kepada anaknya. Karena itu, jika ada permintaan yang ingin menggunakan kata-kata asing, pasti akan saya tolak. Dan, semua kata-kata pada kaus produksi saya itu dari saya,” tegas Desy, yang memiliki 1 desainer untuk menggarap desain kata-kata itu.
Modal awal yang dikeluarkan Desy sekitar Rp15 juta, dengan jumlah produksi 200 potong kaus. Ketika itu, ia sempat mencoba membuat kaus bergambar. Namun, karena tulisan lebih banyak mendapat respons, maka ia memutuskan fokus pada kata-kata. Jumlahnya pun waktu itu sekitar lima macam tulisan saja. Sementara, untuk lingkup pasar hanya terbatas pada teman-teman dan keluarga. Untuk memperluas pasar, ia menerapkan strategi marketing secara online lewat website pribadi dan rajin ikut pameran.
“Lewat pameran, secara langsung orang mengenal produk saya. Respons mereka pun positif. Akhirnya, produksi pun diperbesar. Dari 200 potong, kini meningkat menjadi 1.500 potong per bulan. Tiap hari pasti ada produksi, dan setiap minggu ada 10 kata-kata baru. Keuntungan yang saya dapat tentu makin besar,” kata wanita yang kaus-kaus karyanya juga bisa didapatkan di beberapa toko baju anak di Jakarta ini.
Untuk pembelian online, ia menerapkan sistem pembayaran melalui transfer bank dan pengiriman barang menggunakan kurir. Pelanggannya makin hari makin meluas. Selain Jakarta sebagai pasar terbesar, ia bisa menjangkau Jayapura dan Timika. Jumlah pegawai pun ditambah untuk mengimbangi lonjakan permintaan. Jika awalnya hanya punya 2 karyawan, kini sudah ada sembilan orang.
Agar tidak jenuh dengan produk yang sama, inovasi pun dikembangkan, dengan rajin menambah model baju. “Dulu cuma ada T-shirt, sekarang sudah ada gaun dan kemeja anak laki-laki. Dalam waktu dekat saya akan memasarkan kaus kompak orang tua dan anaknya,” tuturnya, optimistis.
Keberhasilan bisnis wanita penggemar film Indonesia ini memang tak lepas dari kualitas dan harga. Ia sangat mempertimbangkan pemilihan bahan. Desy mengaku menggunakan bahan yang sangat nyaman untuk anak, tidak melar, tidak luntur, dan tidak membuat gerah. Untuk harga, ia mematok sekitar Rp60.000 untuk setiap kaus.
Bagaimana ia menyikapi kompetitor yang makin banyak? Kompetitor adalah motivator yang membuat saya harus bertahan. Kalau tidak ada saingan, pasti kerja saya akan santai. Jadi, tantangan itu ada baiknya juga, karena saya makin memutar otak bagaimana caranya bisa lebih maju dan lebih jauh dari mereka,” tandasnya.
sumber: http://wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/contentDetail.aspx?MC=001&SMC=006&AR=17
No comments:
Post a Comment