Kecintaan Asmyanti (36) mendandani rumah tinggal, ditambah 4 tahun bekerja sebagai inhouse designer di sebuah perusahaan interior, menumbuhkan tekadnya untuk memulai bisnis sendiri. Yanti pun mendirikan Lya Lya Lifestyle Furniture di Jakarta, pertengahan 2002.
Saat memulai bisnis, Yanti mengaku tidak punya banyak uang. “Waktu itu saya hanya punya Rp10 juta untuk mengisi showroom. Uang segitu hanya cukup untuk membuat contoh bedroom dan living room ukuran kecil. Untuk sewa tempat, saya pinjam ke kakak ipar,” cerita Yanti. Berkat keuletannya, tak sampai dua tahun, omset Lya Lya mencapai seratusan juta per bulan.
Untuk menghemat biaya, Yanti turun tangan sendiri ke semua bagian. “Semua saya kerjakan sendiri, mulai dari belanja logistik, mencari tukang, menyambut klien, bahkan marketing. Untuk urusan keuangan, suami saya membantu.”
Karena keterbatasan modal, pembayaran uang muka dari klien menjadi sumber dana utama bagi Yanti untuk mulai mengerjakan suatu proyek. Untuk produksi, Yanti dibantu seorang teman. Dengan makin banyaknya pesanan yang datang, dalam waktu setengah tahun, Lya Lya Lifestyle Furniture telah memiliki workshop sendiri.
Sejak saat itu, keuntungan Yanti makin bertambah, walaupun modal yang ditambah juga tidak kecil. “Saya keluar uang hingga Rp20 juta untuk membuat workshop. Semua produk furniture, seperti meja, kursi, sofa, lemari, rak, dan tempat tidur, lalu saya produksi sendiri. Ternyata cara itu lebih menguntungkan,” jelas wanita yang menyenangi desain modern minimalis ini.
Dari setiap proyek, Yanti dapat meraup keuntungan 10-35%. Alur bisnis yang diterapkan Yanti tidak memberatkan pelanggan. “Untuk konsultasi interior, free. Setelah desain lay out dari saya disetujui klien, perjanjian mulai berlaku dengan pembayaran uang muka 50%, kemudian 20% ketika proses pengerjaan interior mencapai 70%, dan 30% dilunasi setelah proyek rapi,” papar Yanti.
Saat ini, Yanti dibantu 7 pegawai untuk menjalankan bisnis interiornya, mulai dari bagian manajemen, marketing, desainer, produksi, sampai pemasangan. Empat dari mereka adalah tukang yang ia pekerjakan di workshop sebagai tukang lepasan dengan sistem pembayaran per proyek.
Sampai saat ini, lulusan jurusan desain interior Institut Seni Indonesia, Yogyakarta ini belum pernah mengalokasikan anggaran dana untuk biaya promosi. “Saya belum pernah membuat promosi ‘heboh’. Untuk menghemat biaya, saya lebih mengandalkan publisitas di media. Misal, menjadi narasumber artikel interior di majalah-majalah. Saya juga bekerja sama dengan program infotainment di salah satu stasiun televisi, dengan meminjamkan produk saya untuk properti syuting, nama Lya Lya muncul di layar televisi.”
Tip dari Yanti:
• Kreatif dan mencintai dunia interior
• Punya semangat bisnis
• Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus sehingga mampu menciptakan rasa percaya pada pelanggan
• Memperlakukan klien sebagai teman
• Jujur, hasil harus sesuai dengan yang dijanjikan kepada pelanggan.
• Menjalin relasi baik dan berkesinambungan dengan para klien, karena job akan terus datang dari mereka.
sumber: http://wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/contentDetail.aspx?MC=001&SMC=006&AR=29
No comments:
Post a Comment