Sunday, March 11, 2012

Arie, Raup Keuntungan Menggiurkan dari Boneka Kertas Washi Ningyo

Sedikit berbeda dari pengusaha lain, Catur Arie Setiyani (31) tidak mengawali bisnisnya dengan mematok target keuntungan materi. Ia justru mendasarkan usaha rumahannya itu pada niat untuk berbagi kesenangan. Meskipun mengaku tidak mementingkan keuntungan, nyatanya toko online Dieva's Craft yang dijalankannya sejak 2006 ini tetap bertahan hingga sekarang dan terus mendatangkan laba.


Washi Ningyo berasal dari kata Wa yang berarti Jepang, dan Shi, yaitu kertas. Sementara Ning berarti orang, dan Yo adalah bentuk. Apabila disatukan Washi Ningyo berarti bentuk orang dari kertas. Uniknya, meskipun hampir 100 persen bahan-bahannya dari kertas, Washi Ningyo bisa memiliki penampilan tiga dimensi layaknya boneka pada umumnya. “Sesuai tradisi, wajah boneka washi memang dibiarkan polos tanpa mata, hidung atau mulut,” jelas Catur.


Di awal usahanya, karyawati perusahaan industri gas ini harus merogoh modal sekitar 5 juta rupiah. Jumlah ini khusus untuk membeli material boneka, seperti kertas washi, kawat, dan clay (untuk kepala). Di luar itu, ia masih harus menginvestasikan uang untuk membeli buku-buku pembuatan washi yang totalnya mencapai 3 juta rupiah. Karena tidak dijual di Indonesia, Catur berburu buku lewat situs e-bay di internet atau menitip temannya di Jepang.


Boneka tradisional Jepang ini pembuatannya cukup rumit dan menuntut ketelitian tinggi. Apalagi jenis kertasnya benar-benar tipis, sehingga mudah rusak. “Sayang kan, ratusan ribu terbuang hanya gara-gara salah lipat atau tempel,” ujar lulusan Teknologi Informatika YAI, Jakarta ini. Pembuatan boneka washi ini memang padat modal. Bayangkan saja, selembar kertas washi berukuran A4 (21 x 29,7 cm) dihargai 20 ribu rupiah. Harga ini naik menjadi 80-150 ribu rupiah untuk ukuran kertas A0 (80 x 60 cm). “Semakin rumit dan indah pola kertas, harganya makin tinggi,” tambah Catur.


Untuk membuat satu boneka 3 dimensi (3D) berukuran tinggi 20 cm, setidaknya butuh 2 lembar kertas washi ukuran A4. Itu baru hitungan materi dan belum memasukkan nilai seni dan kreasi dari pembuatnya. “Rata-rata saya menghabiskan waktu sekitar 8 jam untuk membuat satu boneka 3D,” ungkap ibu dua anak, Faris (6) dan Dieva (4) ini. Agar bisa fokus, ia harus menunggu kedua anaknya tidur. Dan ini berarti ia harus terjaga hingga pukul dua dini hari!


Catur mengaku tidak mematok harga pasti untuk setiap karya seni yang dihasilkannya. Hal ini sangat bergantung pada kerumitan dan kecintaannya pada tiap boneka. “Setiap boneka seperti membawa sekeping hasrat dan kecintaan saya,” ujar Catur. Ia rata-rata bisa menghasilkan 10 boneka setiap minggu. Melihat keelokannya, pantaslah jika Catur membuka penawaran terendah 300 ribu rupiah untuk satu boneka.


Bagi pencinta boneka washi dan mereka yang paham seni, harga itu tidak seberapa. Catur mengaku, beberapa bonekanya laku dengan harga yang cukup tinggi, yaitu 800 ribu rupiah per buah. Bahkan dalam sebuah pameran, seorang turis asing berani membayar hingga satu juta rupiah demi bisa membawa pulang boneka washi karyanya. Padahal, boneka kesayangannya itu tadinya tidak untuk dijual. “Tidak menyangka penawaran saya langsung disanggupi,” sesalnya.


Selain menjual boneka jadi, Catur juga membuka kursus dan menjual kit (material untuk membuat satu boneka). Penjualan kit ini biasanya mencapai puncak di masa liburan, yaitu bisa mencapai 400–500 kit sebulan. Untuk kursus, ia memakai jatah liburan akhir pekan, Sabtu dan Minggu. Tempatnya fleksibel, mengikuti kemauan si peserta. Untuk tingkat pemula, Catur mematok harga 50-100 ribu rupiah sekali kursus. Di tingkat ini ia akan mengajarkan pembuatan boneka dua dimensi. Untuk tingkat lanjut atau membuat boneka tiga dimensi, Catur mematok harga 200-300 ribu rupiah sekali datang. Enaknya, peserta tak perlu repot-repot mencari bahan sendiri, karena harga tersebut sudah termasuk kit. “Pokoknya dalam waktu sehari mereka sudah bisa membawa pulang satu boneka jadi,” ujarnya berpromosi.


Menurut Catur, kunci sukses bisnisnya itu terletak pada kekuatan komunitas. Ya, sebab rata-rata mereka yang berguru padanya adalah orang-orang yang memang memiliki ketertarikan khusus pada segala sesuatu tentang Jepang. Orang-orang seperti ini selalu ada setiap saat, sehingga ia tidak pernah kehabisan pasar. Selain itu, strategi marketing secara online sangat membantu. Dengan hanya mengeluarkan biaya 300 ribu rupiah/tahun untuk sewa hosting dan nama, pelanggannya bisa mengakses situsnya dievascraft.com setiap ada produk baru. Proses komunikasinya mudah, hanya melalui e-mail atau telepon. Begitu harga disetujui dan transaksi bank beres, barang akan segera dikirim.


sumber: http://wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/contentDetail.aspx?MC=001&SMC=006&AR=20

No comments: