Saturday, April 9, 2011

Roihatul Jannah Inovator Boncengan Anak

Kesulitan memperoleh alat pengaman untuk membonceng anak dengan sepeda motor, justru melahirkan ide kreatif dari ibu dua anak ini. Berbekal tekad dan keberanian untuk mencoba, produk rancangan yang dinamai "Helmiat Bonceng Bocah" ini pun perlahan tapi pasti memikat konsumen dari Sumatera hingga Papua.

Roihatul Jannah (29) sungguh tak menyangka, setelah terpilih menjadi salah satu pemenang Shell LiveWIRE Business Start-Up Award 2008, pada 11 April lalu, cita-citanya lamanya merambah dunia wirausaha tercapai juga.

Ditemui di bengkel kerjanya di kawasan Cimanggis, Jumat, (19/9) perempuan yang akrab disapa Iat ini pun bercerita tentang usahanya yang ia rintis sejak akhir tahun lalu.

Bagaimana ceritanya sampai lahir ide Bonceng Bocah ini?
Awalnya ketika anak saya yang sudah beranjak usia pra sekolah, selalu saya bonceng dengan sepeda motor. Dan kebiasaan anak saya kalau dia di motor selalu tidur. Mau tidak mau saya berpikir bagaimana caranya biar anak saya safety di motor.

Pertama-tama saya cari alat pengaman untuk anak di toko-toko sepeda motor di Depok, Jakarta, tapi saya tidak menemukan. Dulu saya suka minta tolong Budenya untuk menjaga di boncengan belakang. Tapi, itu bukan solusi karena kalau suatu hari Bude enggak bisa ikut ngantar, bagaimana?

Kebetulan memang saya ada bakat desain, dari SD saya juga suka desain baju sendiri. Kalau saya mau pesan meja atau kursi juga saya desain sendiri. Akhirnya, saya cobalah itu mendesain boncengan anak. Saya lihat di motor, kira-kira alat ini bisa dipasang di bagian yang mana. Ternyata ada peluang. Lalu saya minta tolong ke bengkel las. Desainnya seperti ini, bahan dari stainless. Tapi kan harus ada bantalannya, biar enak. Awalnya sederhana saja.

Lalu, kalau anak ngantuk nanti bagaimana? Saya pakai gendongan bayi yang ada sabuknya, sehingga bisa diikatkan ke badan saya. (Proses desain) Itu bertahap ya. Terus kalau saya mengantarkan anak ke sekolah, banyak yang tertarik. Kalau berhenti di lampu merah, suka ditanya "Bu, beli dimana,". "Enggak saya bikin," Lalu saya pikir kenapa ini tidak menjadi peluang bisnis saya. Akhirnya saya bikin brosur, disebarkan ke teman-teman.

Anda sempat ikut kompetisi juga ya?
Waktu itu ada ajang yang disponsori Shell untuk menggugah semangat enterpreuner di kalangan mahasiswa, sebagai alternatif karier setelah lulus. Kemudian saya ditawari formulir lomba di ajang tersebut, saya tertarik karena itu sifatnya start up, untuk yang benar-benar baru mulai. Alhamdullilah saya lolos semua tahap seleksi sampai ke final. Ini Membuat saya tambah semangat. Lalu saya terpikirkan untuk bikin bengkel sendiri.
( Modal Iat membuka bengkel diperolehnya dari hadiah kompetisi sebesar Rp 20 juta dan bantuan orang tua).

Sudah berapa lama bengkel ini berdiri?
Bengkel ini baru jalan dulu bulan. Dulu sebelum ada bengkel pernah dibuat profilnya oleh SCTV. Nah, setelah tayang handphone saya pernah seharian enggak mati-mati, karena diteleponin yang mau pesan. Pas nganter anak sekolah saja (jarak dari rumah ke sekolah anak kurang lebih 20 menit), itu ada miscall dari 14 nomor yang berbeda. Itu melatih saya untuk "Oh, oya sekarang saya mulai menapak bisnis ini".

Berapa unit yang diproduksi?
Itungannya seminggu, sekitar jadi 50 unit. Dari yang bengkel sendiri, belum termasuk bengkel orderan. Harga jual Rp 250.000/unit. Saya enggak mau nurunin harga dengan nurunin kualitas. Kami pakai bahan stainless steel.

(Iat menyesuaikan boncengan dengan jenis sepeda motor konsumennya. Soal warna dan gambar pada bantalan boncengan juga disesuaikan apakah si anak perempuan atau laki-laki)

Pemasaran dilakukan sendiri?
Saya juga punya distributor. Target pertama untuk distributor 50 unit. Nanti tahap berikutnya mau naik, supaya ke depannya jangan sampai orang yang mau beli di distributor, enggak ada barangnya. Distributor, dalam tahap penjajakan ada di Medan, Surabaya, Jakarta. Kalau pengiriman barang sudah sampai ke Lampung, pekan baru, palembang, padang, Samarinda, Balikpapan, Pare-pare, Bali, NTB, NTT, Ambon, Papua.
( Malahan, ada konsumennya, warga Indonesia yang memesan dari Jerman. Iat pun memiliki website sendiri untuk berpromosi, yaitu www.helmiat.com)

Sebelum punya bengkel sendiri, produksinya seperti apa?
Kerja sama dengan bengkel las yang dulu pertama saya minta tolong. Tapi dengan perjanjian bermaterai, jadi kalau ada yang pesan harus melalui saya dulu.

(Saat ini Iat memiliki enam orang karyawan, seorang di administrasi, seorang di bagian pekerjaan umum, yang lainnya di bagian perakitan. Selain itu, juga ada karyawan part time. Tak jarang, Mahasiswa Berprestasi Universitas Indonesia tahun 2002 ini pun membagi order ke bengkel tetangga)

Bagaimana pembagian kerja di bengkel?
Sift pagi jam 8, sampai sore jam lima atau 6. Untuk malam part time, selama Ramadhan mulai jam 8 sampai 11. Bukan bulan ramadhan mulai jam 7. Selesainya kadang-kadang sampai jam setengah 12 malam. Saya kan borongan, yang penting targetnya tercapai.

Pengaturan waktu?
Ngontrol di bengkel bisa pagi setelah pulang nganter anak sekolah. Siang jemput anak, nyiapin keperluan anak-anak, terus kalau memang diperlukan, sore balik lagi ke bengkel. Malamnya datang, bada Isa, tapi saya enggak nunggu sampai selesai.

Dari pernikahannya dengan Helmi Wahyudin, Iat telah dikaruniai dua orang anak, yaitu Mohammad Fathan Izzudin (5) dan Hasnah Imaratuzahran (4). Nama Helmiat sendiri merupakan gabungan nama Iat dan suaminya.

Suka ngajak anak ke bengkel?
Jarang. Soalnya rawan. Saya suruh pakai masker, mereka suka enggak mau. Kan ada debu-debu logam. Tapi saya untuk karyawan juga sebenarnya udah menyiapkan masker, sarung tangan, Cuma kan kadang-kadang orang suka enggak betah, enggak biasa.

Bagaimana dukungan suami?
Alhamdullilah keluarga mendukung. Suami saya terus terang senang, enggak membatasi ruang gerak saya. Apalagi saya orangnya enggak mau diem. Saya pernah pameran di Bandung, seminggu penuh dan dia enggak keberatan.

Punya role model khusus dalam bidang enterpreneur?
Orang tua sediri jadi panutan, mereka enterpreuner juga. Saya panggilnya Umi dan Abah. Masing-masing punya bisnis sendiri. Abah bisnis tekstil. Umi suka desain kain buat kebaya lalu, dikasih ke tukang jahit, terus dijual. Satu kakak dan tiga adik saya sekarang bisnisnya juga tekstil seperti Abah. Kecuali saya, lain sendiri.

(Iat merupakan putri kedua dari tujuh bersaudara. Masa kecil hingga SMA dihabiskannya di Tegal. Setelah menamatkan SMA, Iat melanjutkan S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat UI)

Ada saran untuk yang ingin memulai usaha sendiri?
Ketika kita punya keinginan untuk sesuatu, yakin dan lakukanlah dengan segera. Karena ketika keinginan itu tiba, itu momentum kita untuk melakukan sesuatu. Jadi apa yang ditargetkan langsung dilakukan. Enggak hanya dipikirkan terus. Kalau begitu, sebelum melakukan, udah pusing duluan. Coba lakukan, supaya bisa tahu kesulitannya dimana. Ternyata setelah dicoba enggak sesulit yang kita pikirkan.

Sumber :http://www.ictwomen.com/profilpilihan/5/tahun/2008/bulan/12/tanggal/11/id/347/
sumber: http://www.tangandiatas.com/?ar_id=NDM0

No comments: