Mamat masih ingat benar sewaktu masih berprofesi sebagai tukang kayu di Jakarta. Berbekal keahliannya menukang, dia berusaha menaklukkan Ibukota. Produk alat rumah tangga dari bahan kayu seperti lemari, tempat tidur, dan sebagainya dijadikan sumber pencarian utama.
Dengan menyewa sebuah tempat sederhana di salah satu sudut Ibu Kota, Mamat tiap hari mengerjakan produk-produk tersebut untuk dijual keliling atau menunggu pelanggan mampir ke tempat usahanya.
Sebagai pemain kecil dalam usaha itu, apalagi di Jakarta, Mamat merasakan betul kerasnya kompetisi. Persaingan yang berat dirasakannya dalam penjualan. Kadang produknya laku cepat,kadang pula dalam sebulan dia tak mampu menjual satu pun.
Saat produknya tak laku, Mamat pun mesti memutar otak guna menyambung hidup di Jakarta. “Untungnya waktu itu saya masih bujangan, jadi beban tak begitu berat. Ibaratnya, kalau pun tak bisa makan saya hanya menanggung perut sendiri,” ujarnya.
Suasana tak menentu itu dijalani Mamat sekira 10 tahun sebelum akhirnya pada Mei 1998 atau bertepatan dengan lengsernya Presiden Soeharto Mamat memutuskan pulang kampung. “Saat zaman reformasi bergulir, usaha semakin sulit. Saya pun memutuskan pulang kampung,” katanya.
Pada saat pulang ke Sukabumi, Jawa Barat, itu Mamat memutuskan untuk menikah. Di saat tanpa pekerjaan, keputusan Mamat memang terbilang sangat berani. Tapi pria yang sekarang telah dikaruniai dua anak tersebut yakin pernikahan akan mampu mengubah nasibnya. “Kata orang tua, rezeki biasanya bakal mengalir lebih deras setelah menikah,” tuturnya dalam logat Sunda kental.
Keyakinan Mamat ternyata terbukti. Selang setahun dia mendapatkan modal dari Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp10 juta untuk memulai usaha pembuatan jam kayu, usaha yang diam-diam sudah dipelajari Mamat sejak memutuskan pulang ke Sukabumi.
“Waktu di Jakarta saya melihat jam kayu tua berukuran besar. Saya mendapat inspirasi untuk mencoba membuat itu,” ungkapnya.
Pada 1999, Mamat pun memulai usaha di bidang pembuatan jam dari kayu. Awal memulai usaha ini dia hanya mencontoh produk yang sudah ada. Model, bentuk, desain, ornamen lainnya sama persis dengan beberapa model jam kayu yang telah ada. “Jam-jam kuno dari kayu itu saya jadikan contoh pada awal memulai usaha,” katanya.
Tak butuh waktu lama bagi Mamat yang memang mewarisi darah tukang dari keluarganya untuk mencoba melakukan inovasi. Dari produk awal yang masih memiliki desain sederhana, dia mulai berani mengembangkan desain sendiri dengan model yang lebih mutakhir.
Maka usahanya yang berada di bawah bendera Ralifi Berkah berkembang pesat. Model-model kontemporer dengan ornamen-ornamen cantik menjadikan produknya tambah dicintai para pembeli.
Para pembeli produk Mamat yang rata-rata dari kalangan menengah ke atas pun tak merasa rugi harus mengeluarkan kocek antara Rp9 juta hingga Rp25 juta untuk memiliki produk jam kayu khas Ralifi Berkah. Terlebih produk tersebut dibuat dari bahan kayu jati dan mahoni berkualitas tinggi.
Jam Junghans, biasa nama produk jam kayu tersebut dikenal, nantinya tak hanya sebagai penanda waktu bagi pemiliknya, tapi sekaligus sebagai pajangan rumah nan elegan dan tiada duanya. Tak hanya disukai pasar lokal, melalui sebuah agen di Jakarta, produk Ralifi Berkah juga telah merambah ke pasar ekspor.
Tiap pekan, Mamat terus mengantarkan pesanan dari agen di Jakarta yang kemudian akan mengirimkan produknya ke para pembeli luar negeri. “Saya sudah lama menjalin kerja sama dengan agen tersebut. Kerja sama ini saya rasa menguntungkan karena membantu saya dari sisi pemasaran,” ujar suami dari Eli Hayati ini.
Demi memenuhi permintaan pasar yang meluas, Mamat kini dibantu 15 karyawan. Tiap hari para karyawan memproduksi produkproduk unggulan tersebut di bengkel usahanya yang terletak di sekitar rumahnya di Jalan Benteng Kidul, Kampung Sawahbera, Kelurahan Dayeuhluhur, Kota Sukabumi.
Produk yang berhasil dikerjakan tiap bulannya mencapai 50 buah jika pesanan sedang tidak terlalu ramai dan 100 buah jika pesanan sedang ramai. Selain mengerjakan desain yang sudah ada, desain-desain atau model baru masukan dari pelanggan juga siap dikerjakan.
Dengan kapasitas produksi yang terbilang berkesinambungan dan cukup besar tersebut, tak mengherankan jika usaha Mamat telah mampu mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah tiap bulannya.
Omzet yang lumayan besar tersebut Mamat pun mengaku mampu memenuhi kebutuhan hidup secara layak, selain juga mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar.
Bagi Mamat, menyediakan lapangan kerja bagi warga sekitar adalah kenikmatan luar biasa yang tak bisa diukur dengan materi sekalipun. Meski usahanya tergolong telah berkembang, kendala masih saja dialami Mamat, terutama dalam penyediaan mesin jam kayu.
Lantaran untuk mendapatkan mesin jam dengan ukuran besar sangat mahal, produk yang dihasilkan kebanyakan belum dipasangi mesin jam. Mamat bekerja sama dengan agen di Jakarta untuk menyiasati mahalnya harga mesin jam.
“Inginnya sih bisa membeli sendiri agar produk yang saya hasilkan benar-benar produk yang sudah sempurna, tapi harganya mahal. Sebagai perajin kecil saya tak mampu membelinya,” katanya.
Mamat memang menyimpan angan-angan agar usahanya terus maju.Selain sebagai penopang kehidupan rumah tangga, usahanya juga mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi.
Ke depan, Mamat pun ingin menambah alat produksi di bengkel yang berjarak hanya sekira 10 meter dari kediamannya. Penambahan alat produksi tersebut, kata Mamat, akan membantu mempercepat proses produksi.
Semakin cepat produk dihasilkan, kian banyak pula pesanan yang dapat dipenuhi. Dengan begitu perputaran modal bisa dimanfaatkan untuk pengembangan lebih lanjut.
Ralifi Berkah juga kelak tidak hanya fokus pada pengerjaan jam kayu, melainkan juga bisa mengembangkan jasa pembuatan mebel, kusen, dan produk olahan kayu lainnya, termasuk alat-alat rumah tangga. “Kami masih mengerjakan pesanan pembuatan kebutuhan rumah tangga karena itu merupakan cikal bakal saya merintis usaha ini,” tutur Mamat.
Mamat adalah seorang tukang kayu biasa menjadi sosok perajin kayu sukses dengan jumlah karyawan 15 orang. Itulah perjalanan hidup pria Sukabumi ini.
Keberhasilan tersebut tak lepas dari ketekunan Mamat mengembangkan keterampilan yang dia miliki dan dukungan permodalan Bank BRI. Dia berharap dengan menjadi mitra binaan Bank BRI usahanya kian maju dan berkembang di masa mendatang. (sugeng wahyudi)(Koran SI/Koran SI/ade) (sumber okezone.com)
No comments:
Post a Comment