BERBEKAL pendidikan sebagai sarjana teknik tekstil dan pengalaman menjadi manajer produksi di perusahaan garmen, Bambang bertambah yakin akan usaha produksi aksesori tempat tidur yang dijalaninya bakal meraih sukses, walaupun bermodal pas-pasan.
Jenuh dengan rutinitas kantoran menyebabkan pria bernama lengkap Bambang Suryanto ini berani membuka usaha produksi aksesori tempat tidur. Selain itu gaji yang menurut dia pas-pasan juga memotivasinya untuk membuka usaha kecil.
Dengan keahlian pendidikan sebagai sarjana teknik tekstil, Bambang menentukan pilihannya usahanya dengan membuka produksi garmen khusus aksesori tempat tidur pada tahun 1998 lalu.
”Saat itu saya memutar otak, tidak bisa mengandalkan pendapatan dari satu mata pencaharian saja. Maka pada tahun 1998 saya dan istri memberanikan diri untuk berwirausaha,” ujar lulusan Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta tersebut.
Saat itu, menurut Bambang, modal yang dimilikinya juga pas-pasan. Dirinya mengaku hanya memiliki modal sebesar Rp5 juta. Dengan modal tersebut, pria berusia 51 tahun itu mulai merencanakan dan mengatur usaha yang akan dikelolanya.
Dia hanya membeli dua buah mesin jahit dan bahan baku produksi, seperti kain,benang dan jarum. Karyawannya waktu itu cuma empat orang, itu juga saya ambil dari lingkungan sekitar,” akunya.
Dengan berlokasikan di rumah pribadinya, yaitu di bilangan Bekasi, Bambang yakin usaha yang dijalankannya akan membuahkan hasil meskipun dia mengaku sempat mengalami kesulitan ketika memulai usahanya. Waktu pertama kali, cerita Bambang, untuk mempromosikan barang dagangannya sangat sulit.
”Saya tawarkan secara door to door, mereka menolak mentah-mentah tanpa alasan yang jelas,” kenang pria kelahiran Ngawi itu.
Bukannya patah semangat, pria yang hobi memancing tersebut malah tertantang untuk membuka pangsa pasar yang lebih luas lagi dengan menawarkan produknya kepada setiap orang yang dia temui dan kenal di jalan.
Cara ini terbukti sukses, di mana pun Bambang berada, dirinya selalu mempromosikan barang dagangannya. ”Semakin luas pangsa pasarnya, semakin besar keuntungan yang nanti saya peroleh,” tutur Bambang.
Dari promosi mulut ke mulut, usaha yang dia namakan Nice Sleep Collection ini mulai dikenal banyak orang. Meskipun tidak membuka toko penjualan aksesori dan hanya memproduksi barang, dia mengaku usaha yang dikelolanya tersebut sudah bisa memberikan pemasukan yang cukup memadai untuk keluarganya.
”Waktu memulai usaha ini saya masih bekerja di perusahaan garmen, yah awalnya hanya sebagai usaha sampingan,” ungkap penyuka makanan pecel tersebut.
Dengan semakin banyaknya permintaan pemesanan barang, membuat Bambang kewalahan dan harus memindahkan usaha yang dibangunnya tersebut ke tempat produksi yang lebih besar.
Tahun 2000, pria kelahiran 8 Juni 1959 itu mulai membuka tempat usaha baru, yaitu di wilayah Tangerang. ”Tempat ini saya pilih karena lokasinya yang dekat dengan kantor saya dulu,” tambahnya.
Menurut Bambang, dengan banyaknya pesanan maka usahanya membutuhkan modal yang tidak sedikit sehingga dia pun mencari pinjaman perbankan. Pada tahun 2008, PT Bank Tabungan Negara Tbk akhirnya mengabulkan permohonan kreditnya senilai Rp100 juta.
“Awalnya memang menggunakan dana sendiri, namun karena kebutuhan bertambah untuk mengembangkan usaha, maka kita meminjam dari BTN,” katanya.
Hingga saat ini, Bambang mengaku hubungannya dengan BTN terus terjalin dengan baik. Dia menilai bunga yang diberikan BTN kepada pengusaha kecil dan menengah, seperti dirinya sangat kompetitif sehingga dia pun berencana kembali mengajukan kredit ke BTN.
“Rencananya kami juga akan mengembangkan usaha dan akan kembali mengajukan kredit ke BTN. Alasan kami meminjam ke BTN lantaran suku bunganya kompetitif dan prosedur yang diajukan mudah,” ungkap Bambang.
Pria berkulit gelap itu menuturkan, yang membedakan usaha konveksi garmen yang dikelolanya dengan usaha sejenis lainnya, menurut Bambang, Nice Sleep Collection menawarkan harga yang kompetitif dengan kualitas terbaik. Dengan harga yang lebih terjangkau, Bambang menekan biaya produksi melalui penempatan tenaga kerja dengan tempat tinggal dalam satu atap.
”Dengan begitu saya bisa meneken biaya produksi dengan SDM yang borongan dan bisa diproduksi lebih cepat, karena mereka bisa bekerja kapan saja,” ujar bapak tiga orang anak itu.
Setelah 13 tahun mengelola usaha konveksi pembuatan aksesori, Bambang saat ini mulai menikmati buah dari kerja kerasnya. Jika sebelumnya dia hanya mempunyai karyawan empat orang, saat ini pria berlogat Jawa tersebut membawahi 40 orang karyawan di antaranya menjabat sebagai penjahit, pemotong pola dan pembuat desain.
”Sebagian besar karyawan saya adalah masyarakat kecil yang kekurangan, mereka tidak punya keahlian, namun karena semangatnya yang besar, saya termotivasi untuk memberdayakan mereka,” ujar suami dari Sutiah itu.
Karena harus fokus dengan usaha yang dijalankan, Bambang memutuskan untuk keluar dari kantor pada tahun 2003. Setelah itu, dirinya mulai melebarkan sayap usaha, selain memproduksi konveksi perlengkapan tempat tidur yang sudah ada, dia juga mulai membuka usaha jasa pembuatan aksesori tempat tidur sesuai pesanan.
Beberapa hotel di Jakarta dan Bali sempat bekerja sama dengannya, untuk pembuatan aksesori tempat tidur, seperti seprai, sarung bantal dan selimut. ”Sekarang bukan hanya hotel, beberapa departement store juga sudah ada beberapa yang berminat untuk kerja sama,” ujarnya.
Dengan usahanya tersebut, pria yang bercita-cita menjadi petani ini dapat mengantongi pendapatan kotor sebesar Rp40 juta setiap bulannya. Pendapatan tersebut bisa melonjak hingga dua kali lipat pada saat mendekati liburan sekolah atau libur akhir tahun.
Menurut dia, beberapa hotel bisa memesan perlengkapan aksesori tempat tidur meningkat hingga 100 persen. ”Hal ini karena pengunjung hotel meningkat pesat pada saat liburan, sekarang ini kami sedang mempersiapkan liburan Natal dan Tahun Baru,” kata Bambang. (heru febrianto)(Koran SI/Koran SI/ade) (sumber okezone.com)
No comments:
Post a Comment