KOMPAS.com - Banyak orang berpendapat, tidak ada obyek wisata menarik di Jambi. Bagi Roy Mardianto, anggapan itu tidak sepenuhnya salah. Namun, anggapan itu muncul lebih karena kurangnya informasi. Jambi sesungguhnya memiliki ragam wisata yang menarik untuk dijelajahi. Irma Tambunan
Atas dasar itulah, Roy merintis usaha tur ekowisata Jambi. Pria kelahiran Martapura, 3 Maret 1978, ini mengambil jalur khusus wisata alam dan budaya. Lebih dari 80 persen turis yang menggunakan jasanya datang dari Amerika Serikat, Australia, dan sejumlah negara di Eropa.
Mereka adalah kelompok-kelompok kecil turis yang gemar menjelajahi alam dan berbaur dengan penduduk yang mereka kunjungi. Mereka sibuk memotret dan ikut merasakan aktivitas para petani, seperti menyadap karet dan memasang jerat ikan.
”Banyak tempat menarik untuk dijelajahi dan semua perjalanan ini umumnya meninggalkan kenangan mendalam bagi mereka,” ujarnya kepada Kompas, Juli lalu.
Dengan antusias, Roy memaparkan semua paket perjalanan ekowisata yang dirintisnya. Ada belasan paket, tetapi enam di antaranya menjadi unggulan.
Paket perjalanan tersebut beragam, mulai dari yang membutuhkan lama kunjungan dua hari satu malam saja hingga yang membutuhkan lama tinggal sebelas hari sepuluh malam.
Semakin lama waktu kunjungan, semakin jauh dan banyak perjalanan yang ditawarkan. Dan semakin bermanfaat antara lain dengan memberikan penghasilan bagi warga sekitar. Lebih besar lagi memberikan devisa bagi negara.
Dari paket-paket tersebut, perjalanan yang paling diminati adalah menjelajahi Hutan Adat Hulu Air dan Danau Kaco di Kerinci, menelusuri kompleks Situs Muaro Jambi, dan tinggal bersama komunitas terasing suku Anak Dalam di kaki Bukit Duabelas.
Salah satu turis, yang berkunjung ke Muaro Jambi mengisi testimoni beberapa hari kemudian, memperoleh kesan mendalam ketika menginap semalam bersama masyarakat setempat, menginap dalam kondisi warga setempat.
Tidak sekadar kompleks percandian yang sarat akan sejarah, tetapi wisatawan ini menyebutkan kerinduannya kembali untuk berkumpul sambil menikmati serta ikut menari dalam atraksi tabuhan dan tari topeng anak-anak setempat. Tentunya sambil mencicipi makanan tradisional ibu-ibu di sana.
Yang tak kalah menarik adalah saat membawa turis mengunjungi Hutan Adat Hulu Air. Wisatawan sangat gembira bisa menjelajahi jalur hutan yang masih sangat alami. Mereka menempuh perjalanan sepanjang tepi aliran sungai yang berair jernih.
”Kalau haus, kami tinggal mengambil air di sungai. Rasanya segar dan menyenangkan sekali,” tuturnya.
Potensi besar
Selepas lulus kuliah, Roy sebenarnya telah mengembangkan usaha agen perjalanan. Modal yang keluar cukup besar untuk membuka usaha ini, sekitar Rp 200 juta.
Namun, usaha tersebut rupanya tak memberi keuntungan sesuai harapannya. Masalah percaloan menjadi kendala. Di sisi lain, Roy melihat ada peluang usaha yang sangat menarik dengan modal hampir nol: yaitu ekowisata. ”Modalnya cuma otak dan otak,” ujarnya.
Dengan potensi keindahan alam yang dimiliki Jambi, Roy pun mencoba mengeksplorasinya. Ia menjelajah Jambi dari ujung timur hingga barat sambil mengeksplorasi ragam budaya yang melekat di sebuah obyek.
”Pada obyek rumah-rumah tua di Rantau Panjang, misalnya, saya siapkan rumah untuk tempat menginap wisatawan, yaitu rumah tertua di desa itu. Lalu, masyarakat diberdayakan untuk menyuguhkan atraksi adat setempat,” tuturnya.
Selanjutnya, ia merancang paket-paket ekowisata. Semua paket diuji coba terlebih dahulu agar menjadi perjalanan yang menarik bagi turis. Teman dan kerabat yang diajak ikut uji coba dimintai pendapat dan kritiknya.
Ia kemudian menawarkan beberapa paket ini lewat situs www.jambitourpackages.com serta melalui jejaring sosial lainnya.
Hasilnya, sejak usaha dirintis pada Januari 2009, sudah lebih dari 100 wisatawan minat khusus, yang umumnya dari mancanegara, datang berkunjung ke Jambi.
Keuntungan yang diperoleh dari usaha ini memang belum besar, berkisar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta per bulan. Namun, Roy melihat semakin besarnya potensi pasar yang bisa dikelolanya.
Adapun, paket yang dikembangkan beragam, mulai dari paket termurah Rp 900.000 untuk perjalanan pendek hingga Rp 15 juta untuk perjalanan selama 11 hari.
Dalam merancang semua paket hingga mendatangkan turis, Roy sepenuhnya bekerja sendiri. Namun, pria yang menjadi konsultan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi serta Sekretaris DPD Asosiasi Agen Perjalanan Wisata Provinsi Jambi ini melibatkan puluhan penduduk lokal di tiap obyek wisata sebagai pemandu wisata dan portir.
Di Situs Muaro Jambi, misalnya, setidaknya 10 hingga 15 pemuda lokal terlibat menjemput wisatawan, memandu trekking, hingga menyiapkan makanan, musik, dan atraksi budaya. Pelibatan penduduk lokal dalam ekowisata ini, lanjut Roy, mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat.
Menurut dia, masyarakat sebenarnya sudah lama menantikan kunjungan wisatawan seperti ini. Karena dengan demikian, mereka dapat memperoleh sumber pendapatan yang lebih besar.
”Masyarakat sangat berharap akan kedatangan wisatawan. Mereka siap menjamu kapan pun turis datang,” ujar lulusan D-3 Pariwisata Universitas Negeri Surakarta ini.
Aksi Roy mendatangkan penghasilan bagi masyarakat setempat ini sepertinya mudah diterapkan di banyak wilayah lain di negeri ini yang kaya dengan keindahan alam serta keunikan budaya. Lagi pula, usaha seperti ini tak banyak membutuhkan modal, kecuali kecerdasan dan mau bekerja keras.
Oleh: Irma Tambunan (Kompas.com)
sumber: http://www.tangandiatas.com/?ar_id=NjAx
No comments:
Post a Comment