Kota Bandung, Jawa Barat, sepertinya tidak akan pernah kehabisan orang-orang yang berjiwa kreatif. Kreativitas seperti sudah melekat pada diri setiap warga Kota Kembang ini.
Hal tersebut ditandai dengan makin berkembangnya industri kreatif di kota ini dalam beberapa tahun terakhir. Bermodal kreativitas, kemauan keras, serta penuh inovasi, ide kreatif menjadi satu ladang penghasilan warga Bandung untuk meraup keuntungan besar. Seperti yang saat ini tengah dirintis beberapa anak muda Bandung. Adalah Gani Kurniawan, Derry Candra Budiman, Indra, Oki Ahmad Ismail, dan Muhammad Taufik yang mencoba meraup keuntungan dari segudang ide kreatif mereka. Bukan berbisnis suvenir khas Paris van Java, bukan pula bisnis kuliner. Clothing (pakaian) dan membuka distro (distribution outlet) menjadi bidikan mereka.
Kualitas clothing buatan anakanak Bandung memang sudah terkenal hingga pelosok negeri ini. Bahkan,tidak ada yang meragukan barang-barang industri manufaktur berlabel Bandung. Mereka bukanlah yang pertama merintis bisnis clothing atau distro di Kota Bandung. Sebelumnya, banyak pendahulu mereka yang juga anak-anak muda Bandung telah menorehkan cerita sukses dari bisnis ini. Berbekal kualitas barang produksi manufaktur yang bernilai tinggi, bisnis ini menjanjikan keuntungan besar. Syaratnya mesti dilakukan dengan tekun dan tidak pernah berhenti berinovasi agar tidak tertinggal dari para pesaing yang jumlahnya sudah bukan puluhan lagi, melainkan ratusan.
Gani Kurniawan berbagi cerita mengenai impiannya dari bisnis industri kreatif ini. Bisnis clothing yang kini dijalani bersama rekanrekannya merupakan bisnis sampingan dari pekerjaan utamanya sebagai seorang pewarta foto di sebuah media di Kota Bandung. Tidak tebersit sedikit pun dalam benak Gani untuk menjadi seorang entrepreneur di bidang industri kreatif. Langkah awalnya menjajaki dunia industri kreatif dimulai setelah Gani menggelar sebuah pameran foto bertajuk olah raga yang khusus menampilkan sepak terjang klub sepak bola kesayangan Kota Bandung, yakni Persib Bandung.
“Tahun lalu (2009), pameran saya bisa dibilang lain dari yang lain karena foto-foto saya ditampilkan dengan media kaus atau t-shirt,” kenang Gani saat berbincang dengan harian Seputar Indonesia (SI). Melihat hasil foto Gani dalam paduan t-shirt yang cukup baik dan menarik, Gani diusulkan untuk mencoba bisnis kaus atau t-shirt dengan konsep yang lain daripada yang sudah ada sebelumnya. Konsepnya adalah hasil jepretan kamera Gani dipadu dengan kualitas t-shirt yang baik ditawarkan kepada publik dan tidak hanya dipamerkan. Gani pun memulai langkahnya menjajaki dunia bisnis. Awalnya, hanya satu desain kaus atau t-shirt yang ditawarkan.
Itu pun baru dicetak atau diproduksi setelah ada peminat minimal untuk diproduksi tiga lusin. “Sekarang memang sudah banyak yang jual kaus bergambar Persib atau sepak bola. Tapi belum ada yang pakai konsep foto asli. Di sinilah saya melihat adanya peluang itu,” papar Gani. Awal memulai kariernya, dia hanya menggunakan media jejaring sosial di internet untuk menawarkan bisnis clothing miliknya. Namun, hal ini dirasa belum maksimal. Dalam benaknya, jika ingin serius harus memiliki outlet atau gerai tetap. Tapi hal itu tidak mudah. Lantaran keterbatasan dana, Gani pun mengurungkan niatnya memiliki sebuah gerai yang rata-rata di Bandung disewakan seharga Rp100 juta per tahun.
Otaknya tidak berhenti, ide segar dan inovasi dilakukan agar barang produksinya bisa menjangkau seluas-luasnya dan tidak terpaku di satu tempat saja. Gani melirik minibus sebagai media untuk memasarkan hasil produksinya. Dengan modal yang dimilikinya dan didukung tabungan serta bantuan rekan dan keluarga, Gani pun memutuskan untuk membeli sebuah minibus dan mempercantiknya sebagai gerai berjalan. Modal awalnya saat itu tidak lebih dari Rp200 juta untuk memulai usahanya ini.“Untuk beli minibus sampai diperbaiki dan dipercantik, biaya yang dihabiskan sekitar Rp175 juta. Biaya produksi kaus dengan 14 desain sampai Rp15 juta,” jelasnya. Merek yang dipilih adalah “Maenball” dan “Just Persib”.
Dua merek tersebut digunakan untuk dua konsep kaus, merek Maenball untuk konsep sepak bola secara umum dan Just Persib yang lebih spesifik berdesain tim Persib Bandung. Gani mengakui, jika menjual segala hal yang berbau klub Maung Bandung tersebut, sudah tentu akan diburu para bobotoh yang terkenal dengan fanatismenya. Minibus ini mudah ditemui di sudut Kota Bandung. Biasanya, minibus tersebut mangkal di stadion Persib untuk memudahkan masyarakat yang datang meskipun sekadar melihat-lihat kreativitas Gani dan kawan-kawan yang dituangkan dalam bentuk kaus atau t-shirt dan jaket. Gani mengenang, bisnis kaus yang tengah dimulainya sempat mengalami booming pada saat dirinya mengeluarkan desain PSSI sekitar dua bulan lalu. Desain ini, kata dia, banyak diminati dan dicari- cari.
Desain kaus yang berisi kritikan membangun bagi persepakbolaan Indonesia tersebut laku keras hingga 800 buah. “Selama ini belum ada yang penjualannya mencapai angka itu,” tambahnya. Kunci sukses lainnya, lanjut Gani, adalah mempertahankan kepercayaan pembeli dengan menjaga kualitas barang produksi yang tidak menurun dan selalu baik. Dia menjelaskan, dari sisi kualitas, barang produksinya tidak kalah dibandingkan clothing distro lainnya. Sebab, dia memproduksi dan mencetak di tiga produsen yang sudah terkenal mampu menghasilkan kaus dengan kualitas tinggi. Yang membedakan dan membuat barang produksinya laris adalah harga yang terbilang lebih murah jika dibandingkan dengan para pesaing-pesaingnya.
Dia pun tidak khawatir ditinggal pembelinya. “Kita punya pangsa pasar khusus, yaitu bobotoh, jadi harga pun harus menyesuaikan dengan mereka yang rata-rata menengah ke bawah. Kalau yang lain jual Rp80.000, kita hanya Rp65.000 saja, tapi kualitas sama,” ujarnya. Terbukti sudah, meskipun baru menjalani bisnis ini dalam hitungan di bawah satu tahun, Gani dan rekan-rekannya tidak mengalami kerugian. Meskipun omzetnya setiap bulan tidak tetap, dia yakin dengan inovasi ide-ide segar dan kreatif, bisnisnya akan tetap menjanjikan. Saat ini saja, kata dia, omzet dari bisnis clothing-nya sudah berada di kisaran angka Rp20 juta per bulan.
“Minimal, dalam waktu dekat ini, kita ingin ‘Go Pulau Jawa’ saja dulu,” kata Gani saat ditanya mimpinya dari bisnis industri kreatif yang kini tengah dijalankannya bersama rekan-rekannya.
Mimpi tersebut mulai dirintis sejak saat ini. Dengan minibus yang dimilikinya, pergerakan gerai berjalan ini sudah mencoba untuk menguasai minimal wilayah Jawa Barat. Momentum pertandingan klub sepak bola Persib Bandung ke wilayah-wilayah di Jawa Barat dimanfaatkan Gani untuk memasarkan produk buatannya tersebut. Dia menilai, di mana ada kerumunan fans fanatik Persib Bandung,di sanalah ladang meraup keuntungan. Namun, Gani belum memberanikan diri mengirimkan minibusnya ke wilayah Jakarta. Fanatisme yang cenderung menjurus ke arah radikalisme pendukung tim sepak bola di Indonesia yang masih memprihatinkan menjadi salah satu alasannya. Untuk menyiasatinya, Gani mengoptimalkan jaringan internet untuk pemesan produknya yang berasal dari luar Kota Bandung.
Melalui website yang dimilikinya, pemesan dapat langsung memilih produk unggulan dengan desain yang maksimal.“Pemasaran untuk seluruh wilayah di Indonesia saat ini kita coba melalui jaringan internet dulu,” katanya seraya menyebutkan produknya mulai banyak dipesan dari Medan, Makassar, dan Manado. Dia berkeinginan mengembangkan barang produksi hasil kreativitas dan ide segarnya hingga pelosok Indonesia. Namun tentu dengan konsep yang lebih plural dan tidak khusus seperti yang banyak diproduksi di Bandung. Dia mengatakan, banyak pesanan dari luar Kota Bandung, tapi sejauh ini masih sebatas untuk dipakai perseorangan saja.
Adapun dia mulai berpikir untuk membentuk cabang-cabang di berbagai kota untuk mendistribusikan produknya. Kini, Gani baru memiliki satu cabang sebagai distributornya di wilayah Cikampek. “Kalau punya banyak cabang akan memudahkan distribusinya di berbagai kota di Indonesia,” tandasnya. Untuk di Kota Bandung sendiri, secara perlahan barang produksinya mulai dilirik banyak orang. Event-event penting yang diselenggarakan di Kota Bandung menjadi salah satu momentum untuk memperkenalkan produk-produk andalannya. Gelaran clothing terbesar di Kota Bandung beberapa waktu lalu menjadi salah satu momentum bagi Gani untuk mulai menunjukkan keberadaan produk mereka di tengah masyarakat pencinta sepak bola dan mode.
Gani meyakini, suatu saat produk hasil karya dan ide kreatifnya akan mampu unjuk gigi dan bersaing dengan produk lain yang sudah lebih dulu ada. Bahkan, kata dia, tidak menutup kemungkinan hasil produksinya menyebar ke berbagai pelosok negeri ini dan dipergunakan masyarakat dari Sabang sampai Merauke. (wisnoe moerti)(adn)(Koran SI/Koran SI/rhs) (sumber okezone.com)
1 comment:
Mau minta contactnya pengusaha clothing yg berhasil dalam artikel diatas bisa?
Post a Comment