Wednesday, March 13, 2013

Yulia Astuti, Profesional Muda yang Beralih Menjadi Pengusaha Sukses Salon Khusus Wanita ‘MOZ5’

Bisnis salon memang sudah bertebaran di

mana-mana, tetapi salon yang khusus membidik

pangsa pasar Muslimah belum banyak ditemukan.

Berawal dari pengalaman Yulia Astuti saat kesulitan

mencari salon yang sesuai dengan keinginannya, dia

memutuskan untuk membuka bisnis salon khusus

buat para Muslimah. “Sebagian orang berjilbab

seperti saya, ingin dilayani oleh sesama wanita.

Para Muslimah berjilbab juga akan merasa lebih

nyaman jika tidak tercampur dengan laki-laki saat

melakukan perawatan diri di salon,” ujar Yulia yang

 

selalu tampil chic ini.

Usai lulus kuliah dari Fakultas Sastra Universitas

Indonesia pada Januari 2000, Yulia langsung

diterima bekerja di sebuah perusahaan manufaktur

asal Jepang. Pada bulan itu juga dia menikah

dengan seorang pria asal Solo yang berprofesi

sebagai akuntan. Saat sedang

semangat-semangatnya meniti karier, Yulia

melahirkan anak pertamanya pada November 2000.

Dia pun sangat menikmati peran barunya sebagai

seorang ibu, selain sebagai profesional.

Dua peran tersebut mau tidak mau menuntut

Yulia untuk bisa menjalankan keduanya dengan baik

dan seimbang. Pekerjaan di kantor menuntut

perhatian, energi, dan sikap profesional. Sementara

peran sebagai ibu tidak kalah mulia, juga menuntut

perhatian ekstra. Seiring perjalanan waktu, akhirnya

naluri keibuan Yulia ternyata lebih mendominasi

dirinya.

“Saya lebih condong memilih peran sebagai ibu,”

jawab wanita cantik kelahiran 1976 ini ketika

ditanya mengenai prioritasnya.

“Seprofesional apa pun kita mengatur waktu dan

peran, kadang kita menghadapi dilema. Ada saja

bentrokan yang terjadi. Misalnya ketika bersiap

pulang kerja pada jam enam sore, sering kali

tiba-tiba atasan memberi pekerjaan. Padahal, anak

saya di rumah sudah menunggu seharian untuk

mendapatkan kasih sayang,” kata Yulia mengenang.

Mulai saat itu muncul keinginannya untuk menjadi

 

pengusaha. Yang ada dalam pikirannya waktu

 

itu, menjadi pengusaha itu enak. Lebih bebas

mengatur waktu untuk diri sendiri, keluarga, dan

pekerjaan. Bahkan, bisa ikut mengatur orang lain.

Sayangnya, dia belum mempunyai keberanian untuk

segera memulai.

Sampai akhirnya Yulia membaca Rich Dad Poor

Dad karya Robert T. Kiyosaki. Merasa mendapatkan

pencerahan baru, Yulia pun langsung

mempraktikkannya dengan mencoba terjun sebagai

investor. Tidak tanggung-tanggung, dia

berinvestasi pada sektor agrobisnis, walaupun

sebetulnya dia masih “buta” dengan dunia itu.

“Jangankan untuk beragrobisnis ria, berkebun saja

sebetulnya saya tidak terlalu tertarik,” ujar nyonya

Ari Nugroho ini.

Keputusan Yulia yang tampak tergesa-gesa

tersebut membuatnya harus mau menelan “pil pahit”.

 

Hanya perlu tiga bulan untuk memastikan

bahwa uangnya akhirnya lenyap tak berbekas.

Padahal, nilai investasi yang dia tanamkan besar

untuk ukuran dia saat itu.

Pengalaman pahit sebagai investor tersebut

menginspirasi Yulia untuk mencoba berbisnis sendiri.

Dia ingin mengelola modalnya sendiri, bukan hanya

sebagai investor lagi. Keputusan dalam memilih

usaha pun diambilnya dengan sangat hati-hati. Dia

tidak ingin membuat keputusan gegabah yang

berujung pada kegagalan seperti pengalaman

sebelumnya.

Yulia pun mencoba untuk terus menggali potensi

 

yang ada dalam dirinya. Dia melakukan

inventarisasi berbagai kegemarannya. Dari hasil

eksplorasi diri tersebut, Yulia menyadari kalau dari

dulu dia suka dengan aktivitas yang berhubungan

dengan perawatan diri. Sejak SMP dia sudah

senang dengan maskeran wajah, senang dipijat,

dan luluran. Yulia mengaku merasa enjoy dengan

perasaan nyaman setelah melakukan perawatan diri

di salon. Dia juga merasa nyaman saat menyentuh

kulit yang halus dan bersih. Bahkan untuk

memuaskan kegemarannya, Yulia senang meracik

berbagai ramuan kesehatan untuk dipakai sendiri.

Akhirnya, Yulia mendapatkan sebuah ide bisnis

yang prospektif. Dia mulai berpikir kenapa tidak

memulai bisnis dari yang apa dia sukai saja.

Walaupun bukan termasuk orang yang maniak

salon, tapi dia amat suka dengan aktivitas yang

berbau perawatan diri. Apalagi selama ini, dia sering

mengalami kesulitan mencari salon yang dijamin

tidak ada laki-laki di dalamnya. Hal itulah yang

mendasani dia ingin mempunyai usaha salon Muslimah.

Hambatan pertama saat akan memulai usaha

salon tersebut langsung menghadang. Yulia tidak

punya cukup modal karena tabungannya telah

terkuras habis saat gagal dalam bisnis sebelumnya.

Namun, Yulia tidak menyerah begitu saja. Dia pun

mencarii jalan keluar dengan mengajak

teman-temannya untuk bergabung sebagai mitra.

Setelah mendapatkan mitra, Yulia pun mulai

melakukan persiapan teknis pembukaan salon

pertamanya. Dia mulai hunting ke beberapa pusat

 

 

grosir, membeli handuk di ITC Mangga Dua, beli

kosmetik di Pasar Baru, cari gorden di Tanah

Abang, dan pesan furniture di Klender,

sampai menawar AC ke Glodok, meskipun pada

akhirya dia tahu, beli AC di Depok ternyata

ada yang lebih murah. Kehujanan saat

membagikan brosur dan dikejar-kejar satpam

gara-gara nekat membagikan brosur di

mal juga turut mewarnai persiapan membuka salon.

 

“Yang pasti, semua itu merupakan pengalaman

 

yang sangat seru bagi saya,” ungkap mama Caca ini.

Semua persiapan tersebut dikerjakan sendiri

oleh Yulia sambil terus bekerja. Bayangkan saja,

dia tinggal di Tanjung Priok, tiap hari berangkat

bekerja ke Cengkareng, dan kini merintis usaha di

daerah Depok.

Walaupun dia sudah mempersiapkan dengan

baik, tidak semuanya berjalan mulus. Kendala yang

muncul selalu ada. Masalah datang silih berganti.

Namun, dia tidak mau terlalu fokus pada masalah

yang timbul. Dia memilih untuk fokus dan teguh

pada impiannya. Yulia mengaku, berkat

 

kesungguhannya, banyak pihak yang mau

membantu. Sering kali dia memperoleh kemudahan

yang muncul dengan tiba-tiba.

Singkat cerita, salon yang diberi nama MOZ5

(baca: moslima) tersebut berhasil dibuka pada 9

Mei 2002. MOZ5 itu sebenarnya dari kata

Muslimah. Biar terdengar funky dan mudah diingat

orang, Mus saya ubah jadi Moz, dan 5 untuk kata

limah. Ciri khusus salon ini adalah hanya melayani

perawatan khusus bagi para Muslimah,” ujar anak

pertama dari pasangan Jusuf A. Haras dan Syamsiah ini.

Keputusan Yulia untuk membuka Salon MOZS di

Jalan Margonda Raya No. 455 Depok ini, tentu

dengan pertimbangan yang mendalam. Kawasan

Margonda merupakan daerah yang sangat strategis,

beberapa kampus universitas ternama berada di

sekitarnya. Banyak mahasiswa dan pekerja yang

bermukim di Depok sehingga potensi pasar di daerah

ini sangat luar biasa.

Bersama tiga orang karyawan, Yulia siap menerima

 

tamu pertama. Perasaannya waktu itu

campur aduk jadi satu. Saat tamu pertama datang,

dia dan para karyawannya pun sempat gugup.

Namun, semua itu berhasil diatasinya dengan

memberikan pelayanan yang ramah dan

menyenangkan. Setelah tamu pertama, tamu

berikutnya datang menyusul silih berganti. Hari

pertama langsung berhasil “pecah telor”.

Kesibukan yang bertambah setelah mempunyai

usaha sampingan membuat Yulia terus belajar

 

memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jika

sebelumnya jam istirahat kantor biasa dipakai untuk

tidur siang, kini digunakannya untuk memantau

perkembangan salon.

Selain sibuk menelepon, waktu istirahatnya

juga sering dimanfaatkan untuk membuat rencana

pengembangan bisnis dan laporan. Dampaknya,

kejenuhan yang dulu sering menghinggap, kini

berangsur mulai hilang. Begitu ada waktu luang, dia

langsung memanfaatkannya untuk melakukan

berbagai aktivitas yang menunjang kemajuan

salonnya. Mulai bikin resep kosmetik dan

bahan-bahan tradisional, sampai bikin draft

newsletter untuk promosi.

Seiring berjalannya waktu, euforia memulai bisnis

 

sendiri mulai hilang. Kualitas masalah yang

dihadapi juga terus meningkat mengikuti

pertumbuhan bisnisnya. Yulia tidak lagi terlalu

dipusingkan oleh berbagai masalah teknis

sehari-hari. Dia mulai berlatih membuat prioritas. Dia

mulai memusatkan perhatiannya pada seputar

masalah karyawan, kepuasan pelanggan,

peningkatan kualitas pelayanan, dan sebagainya.

Hal ini membuat cara berpikirnya jauh lebih maju

dari sebelumnya.

Yulia juga selalu memikirkan nasib para karyawan.

 

Bagaimanapun keluarga mereka

menggantungkan hidup dari usaha salonnya.

Pekerjaan inilah yang paling menantang sekaligus

paling menyentuh sisi kemanusiaannya. Hubungan

baik yang dibangunnya tidak sekadar hubungan

 

antara bos dan karyawan, atau hubungan antara

salon dengan pelanggan. Namun, lebih kepada

hubungan sebagai mitra, hubungan sesama manusia

sebagai seorang pribadi yang unik dan spesial.

Sebagai pemimpin, Yulia berusaha memberi

contoh yang baik bagi para anggota tim salon

MOZ5. Dia menyadari, cara dia berinteraksi akan

memengaruhi bagaimana para karyawan bersikap

dengan para pelanggan. Apalagi membina hubungan

dengan para pelanggan sangat memengaruhi

kelangsungan bisnis ini. Para pelanggan adalah urat

nadi dalam setiap bisnis, terutama dalam bisnis jasa

seperti salonnya.

Perlahan tapi pasti, Yulia mulai membangun

sistem yang lebih baik. Sistem tersebut sangat

berbeda dengan pola yang dibangunnya saat

pertama memulai bisnis. Saat pertama kali memulai

bisnis, dia merasa sangat sibuk. Tenaga dan

pikirannya terkuras habis. Bahkan, dia pun sempat

bertanya-tanya, beginikah rasanya jadi pengusaha?

Mengapa tidak seindah yang dibayangkan

sebelumnya? Hidupnya seperti dikejar-kejar. Pada

awal berbisnis, kesibukan yang menggunung antara

membangun bisnis, bekerja, dan keluarga, membuat

kualitas hidupnya serasa menurun.

Berkat pembelajaran yang tiada henti, sistem

yang dibangunnya sudah mulai berjalan dengan

baik. Saat ini, dia tidak harus datang ke salon

setiap waktu. Semua pekerjaan sudah bisa

didelegasikan kepada para karyawan. Dengan

begitu Yulia bisa lebih berkonsentrasi untuk

 

memikirkan hal-hal yang lebih bersifat strategis.

Untuk mencapai tahap tersebut, Yulia tidak

segan-segan belajar manajemen salon

kepada orang yang lebih profesional. Walaupun

untuk itu dia harus merogoh kocek sekitar

Rp300 ribu untuk setiap jam konsultasi.

 

Baginya investasi yang telah

dikeluarkannya tersebut sangat worth it. Hal itu

lebih baik daripada dia harus trial and error sendiri

yang justru bisa mengakibatkan biaya kegagalan

yang jauh lebih mahal.

Dengan terus belajar dari berbagai pengalaman, buku,

 

seminar, sharing, dan bergaul

dengan orang-orang sukses, kemampuan bisnis

Yulia semakin terasah. Yulia juga selalu

mendisiplinkan diri untuk teachable dan rendah hati.

Hasilnya dia mulai tahu, apa yang harus dia

lakukan. “I can see the whole picture. Business is

just a game,° tandas wanita yang gemar makan cakes ini.

Pada 2004 Yulia mengundurkan diri dari statusnya

 

sebagai karyawan dan memutuskan untuk

terjun sepenuhnya sebagai pengusaha. Salah satu

hal yang menjadi pertimbangannya, perusahaan itu

bisa mendapatkan banyak penggantinya dalam

waktu singkat. Tapi kalau salon MOZ5, siapa yang

 

bisa menggantikannya? Siapa yang bisa mengambil

alih dreams, passion, dan harapannya? Bagaimana

dengan nasib beberapa karyawan yang masa

depannya bergantung pada salon MOZ5?

Pertimbangan itulah yang menguatkan tekadnya

untuk secara full time mengelola dan mengembangkan

 

salon MOZS. Namun, Yulia tetap menghargai setiap waktu

yang dia habiskan pada pekerjaannya dulu. Begitu

banyak pelajaran yang dia dapatkan, yang mungkin

tidak akan didapatkan di luar. Membina hubungan

dengan atasan dan bawahan serta antar-sesama

karyawan. Belajar Strategic Management, Production

 

Management, Human Resources Management,

Planning, TQM, ISO, visi, dan misi perusahaan.

Tentu saja semua itu akan sangat bermanfaat jika

diaplikasikan ke bisnis sendiri. Dia menganggap saat

bekerja tersebut serasa mengambil kuliah di sekolah

management secara gratis, bahkan digaji.

Perkembangan salon MOZ5 di Depok yang sangat

 

bagus, membuat Yulia berpikir untuk

mengembangkan salonnya di wilayah lain.

Berhubung rumahnya cukup jauh dari Margonda,

pada awal 2006, dia memutuskan untuk mendirikan

cabang di kawasan Plumpang, Jakarta Utara. Lokasi

yang dipilih Yulia persis di Jalan Plumpang Raya

nomor 19 A. Selain strategis karena dekat jalan

raya, tempatnya juga bersih dan nyaman bagi pengunjung.

Menghadapi persaingan dalam bisnis salon ini,

Yulia mengaku cukup percaya diri dan optimistis.

 

Dia yakin bahwa setiap orang mempunyai rezeki

masing-masing. Yang penting baginya, selain

memberikan pelayanan yang istimewa, bagaimana

selalu menciptakan produk, atau pelayanan terbaru

untuk memanjakan para pelanggan.

Menurut wanita yang pernah memperoleh

beasiswa sekolah ke Jepang ini, segala usaha yang

telah dilakukannya tidak lepas dari dukungan

orangtua, suami, dan anak-anaknya. Apalagi usaha

yang digelutinya, ada hubungannya dengan masa

kecilnya.

Pada waktu itu, ibunya hanya memberi uang

jajan yang sedikit sekali. Bahkan, waktu sekolah

dasar pun ia tidak pernah dikasih uang jajan. Saat

itu timbul dalam benak Yulia, bagaimana caranya

mendapatkan uang sendiri. Dia pun mencoba

berjualan stiker atau gambar tempel, kartu, dan

menyewakan komik. Uang dari berjualan itu akhirnya

bisa buat jajan sendiri, tanpa harus minta dari

orangtua.

Begitu pun sewaktu SMP, Yulia berjualan makanan kecil,

 

donat dan buku. Hasilnya buat jajan

dan nonton bersama teman-temannya. Dia sempat

merasakan bahwa ternyata enak juga bisa

menghasilkan uang sendiri.

Dengan berbisnis, Yulia kini bisa lebih menikmati

hidupnya. Dia menyadari sepenuhnya apa yang dia

jalani, bukan sekadar menjalani layaknya air

mengalir. “Everyday is my journey of learning,

learning of life itself,” ungkapnya dalam bahasa

Inggris yang fasih. Setiap hari, dia merasa sedang

 

kuliah di universitas kehidupan. Dia semakin

mengenal dirinya sendiri.

Yulia menyadari apa yang dia lakukan, tidak

cuma akan memengaruhi keadaannya sendiri, tapi

juga memengaruhi banyak orang. Dia menyadari

bahwa dia akan mendapatkan karyawan, partner

bisnis, dan customer yang baik jika dia juga mampu

menunjukkan sikap yang baik. Untuk itulah dia

selalu meningkatkan kualitas diri.

Walaupun sekarang Yulia memang belum mendapatkan

 

semua yang dia inginkan, setidaknya apa

yang dia jalankan adalah pilihannya sendiri. “Saat

kita melakukan sesuatu atas pilihan kita sendiri,

maka semuanya menjadi sangat indah,” tegasnya.

Dalam bisnis dia juga belajar bersabar, ikhlas,

dan legowo. Sering kali segala sesuatu berjalan

tidak sesuai dengan harapan, bahkan jauh dari

harapan. Justru di situlah dia belajar berbagai hal.

“Di saat kita tidak mendapatkan apa yang kita

inginkan, kadang justru kita mendapatkan sebuah

pembelajaran yang luar biasa,” ungkapnya bijaksana.

Yulia mengajak para karyawan untuk mempunyai

mimpi yang besar. Seberapa kuat mimpi tersebut

akan terlihat dari seberapa besar hasrat untuk

mewujudkannya. Yulia menyadari betapa

keberhasilan yang diraihnya tidak lepas dari dream,

atau mimpi yang dibangunnya. Dream yang kuat

dan dipadukan dengan knowledge dan skill yang

tinggi akan menghasilkan kebiasaan bagus yang

mengantarkan kepada sebuah kesuksesan.

“Knowledge atau pengetahuan bisa didapat dari

 

seminar, buku, film, cd, kaset, dan sharing dengan

orang-orang sukses. Kuncinya ada pada sikap

open mind. Selalu mau belajar dari kesuksesan orang

 

lain. Pakai saja prinsip ATM (Amati Tiru Modifikasi),”

papar Yulia membagikan tips sukses.

Bagi mereka yang ingin berbisnis, Yulia

menganjurkan untuk memulai dari sesuatu yang

benar-benar disukai. Tidak sekadar mengikuti tren

yang bermunculan di masyarakat. Bisnis yang

berawal dari hobi akan menghasilkan ketekunan dan

lebih tegar diterjang badai. Walaupun kadang

mungkin merugi, pebisnis yang berawal dari hobi,

biasanya tetap senang menjalankan bisnisnya

karena pada dasarnya dia memang hobi dalam

bidang tersebut. “Dengan ketekunan dan kesabaran

yang terus dibangun, suatu saat bisnis tersebut

pasti akan berhasil juga,” ujar Yulia meyakinkan.

Pertengahan 2007, Yulia kembali mengembangkan

 

usaha salonnya dengan membuka cabang

ketiga di kawasan Harapan Indah Bekasi. Salon

yang ketiga ini menjadi pilot project untuk sistem

franchise yang akan dikembangkannya. Yulia

berharap dengan mewaralabakan MOZ5,

keinginannya untuk membuka cabang MOZ5 di

berbagai daerah akan lebih cepat terwujud.

Yulia bangga menjadi seorang pengusaha.

Ternyata, uang hanya salah satu risiko yang dia

 

dapatkan dalam berbisnis. Yulia mulai memasuki

tahap di mana baginya, bisnis bukan lagi sekadar

money machine saja. Selebihnya banyak perubahan

diri dan pelajaran hidup yang didapatnya. Yulia

bersyukur bisa memberikan manfaat dan menjadi

saluran rezeki bagi orang lain.

Di satu sisi, Yulia tetaplah seorang ibu, istri,

anak, sahabat, dan seorang Yulia bagi dirinya

sendiri. Banyak aspek lain yang juga sangat penting

dalam hidupnya. Bagi Yulia, bisnis hanyalah

jembatan menuju impian-impiannya. Bisnis hanyalah

salah satu penggembira dalam hidupnya. Karena

perannya sebagai ibu, istri, anak, sahabat, dan bagi

dirinya sendiri, jauh lebih penting dan berharga.

“Apa pun peran kita, semuanya tetap saja

menuntut nilai-nilai yang sama. Karena itu,

semuanya bisa berjalan berbarengan dan saling

beriringan,” papar Yulia dengan mantap.

 

Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan

No comments: