Internet memang telah mengubah banyak hal.
Bisnis berbasis Internet juga mengalami pertumbuhan
luar biasa dibandingkan bisnis konvensional
lainnya. Dunia bisnis online telah mengubah
paradigma lama tentang cara membangun sebuah
bisnis yang bagus. Internet terbukti memberikan
kesempatan dan peluang bagi para pebisnis untuk
melakukan sebuah breakthrough.
Breakthrough di sini adalah suatu terobosan
atau cara baru dalam hal apa pun yang awalnya
tidak ada menjadi ada, atau yang awalnya tidak
baik menjadi lebih baik. Di antara sekian contoh
breakthrough dalam bisnis online adalah
Amazon.com yang merupakan salah satu contoh
fenomenal. Amazon bisa mengalahkan Barnes and
Noble yang sudah ratusan tahun menguasai bisnis
perbukuan.
Hal inilah yang dilakukan Badroni Yuzirman dengan
bisnis busana muslimnya. Roni, begitu biasa dia disapa, berhasil
mengembangkan bisnis online
www.manetvision.com dan mengalami breakthrough
pada awal 2004. Setelah nyaris bangkrut dan
‘terusir’ dari Pasar Tanah Abang, Roni mulai
memasarkan busana Muslim secara online sampai
sekarang.
Dengan cara online ini, dia bisa menghemat
waktu yang biasa dia habiskan sekitar empat jam
sehari dalam perjalanan dari rumah ke Tanah Abang
menjadi nol. Dia bisa menikmati waktu tersebut
dengan keluarga dan kegiatan lainnya.
Waktu masih mengelola tiga toko di Tanah
Abang, waktunya terkuras habis di sana. Untuk
menghadiri undangan pesta perkawinan yang
waktunya bentrok dengan jadwal buka toko, dia
terpaksa harus bergantian dengan istri. Hingga dia
sering datang ke pesta sendirian.
Lain lagi dengan biaya yang dihemat. Setelah
membuka usaha online di rumah, biaya yang dihemat
untuk sewa toko berkurang dari 200 jutaan rupiah
per tahun menjadi nol. Meskipun saat bisnis
onlinenya mulai berkembang, Roni kembali
menyewa sebuah bangunan semiruko, tapi biaya
sewanya pun tak sampai 50 juta rupiah per tahun.
Artinya, dari biaya yang berhasil dihemat itu sudah
merupakan breakthrough juga. Bayangkan, dia bisa
hemat lebih dan 150 jutaan per tahun.
Bagaimana dengan omzet yang berhasil diraih?
Sejak pertama kali membuat situs sendiri pada
September 2003, omzet yang diperoleh Roni dari
jalur online semakin signifikan dan mengalahkan
omzetnya di Tanah Abang. Hal inilah yang membuat
Roni memutuskan untuk berbisnis online dari garasi
rumah pada Maret 2004. Dia pun tidak ragu lagi
menutup tiga tokonya di Tanah Abang.
Dengan minimnya biaya yang dikeluarkan setelah
berbisnis online, tentu saja profitnya menjadi
lebih besar. Satu hal lagi, profit tersebut
benar-benar profit yang uangnya ada di rekening
bank. Bukannya profit dalam pembukuan saja yang
uangnya masih di tangan pelanggan dalam bentuk
piutang yang tidak jelas kapan dilunasinya. Profit
itu adalah uang yang ada di kantong dan bisa kita
gunakan saat itu juga, tegas pria yang baru
berusia 34 tahun ini.
Tentu saja breaktrough yang diciptakan Roni
tersebut tidak berhenti sampai di situ. Masih
banyak tantangan atau target lain yang harus
dipecahkan pada masa mendatang. Roni pun terus
berinovasi untuk meningkatkan kepuasaan
pelanggan atas berbagai produk Manet. Apalagi
saat ini, produk manet sudah dikenal luas dengan
agen tersebar di seluruh penjuru nusantara.
Tingginya permintaan terhadap produk manet,
sering kali memunculkan masalah tersendiri. Sampai
saat ini pun, dia terus berusaha mengatasi happy
problem ini dengan meningkatkan kapasitas
produksinya.
Mengapa seorang pebisnis perlu memanfaatkan
Internet dalam berbisnis? Dia memaparkan beberapa
alasan. Pertama, tingginya pertumbuhan pengguna
Internet secara global dan nasional. Kedua, murah
dari segi biaya, karena kita bisa membuat banyak
perusahaan yang berbeda di Internet dalam
semalam saja. Bisa dijalankan dari garasi rumah.
Tidak perlu beli atau sewa gedung yang mahal dan
lokasinya strategis. Ketiga, Internet salah satu
alternatif bisnis di rumah, bagi yang ingin punya
banyak waktu untuk keluarga dan tidak ingin
seumur hidup terjebak kemacetan di jalan.
Keempat, kondisi geografis Indonesia yang sangat
luas dan tersebar merupakan peluang distribusi
alternatif bagi produk kita.
Bagi yang ingin terjun dalam bisnis online ini,
Roni juga memberikan tips praktis.
1. Tentukan apa yang ingin kita pasarkan melalui
Internet. Barang atau jasa. Bagaimana
pengadaan dan delivery-nya. Carilah yang
paling mudah. Pastikan produk tersebut ada
pasarnya. Jangan menjual produk yang potensi
pasarnya terlalu kecil;
2. Sebaiknya tidak menjual semuanya
alias gado-gado. Lakukan segmentasi,
fokus, tentukan niche market produk kita.
Apakah ibu-ibu muda, anak gemuk, penggemar
sepak bola dan sebagainya;
3. Buat website yang sederhana saja. Yang
penting menarik dan menggugah orang untuk
melakukan transaksi;
4. Lakukan pemasaran melalui berbagai cara.
Melalui e-mail, iklan baris, publikasi, banner
exchange, keywording, affiliate marketing,
cobranding, dan sebagainya;
5. Bangun kepercayaan. Orang mau bertransaksi
dengan kita karena mereka percaya. Apa yang
orang lain katakan tentang kita lebih
dipercayai daripada apa yang kita katakan
sendiri tentang diri kita. Gunakan testimoni
atau pendapat orang lain, seperti artis,
pejabat, atau orang terkenal lainnya;
6. Lampaui harapan pelanggan. Jika kita berjanji
barang akan sampai di alamat dalam waktu
satu minggu, jadikan hanya 2 hari, mereka
akan senang.
Langkah berikutnya tentu saja adalah terus
belajar, baik dengan cara baca buku, browsing,
mengikuti seminar, maupun belajar langsung pada
pebisnis yang sudah sukses. Tidak lupa Roni
mengingatkan juga untuk selalu berdoa kepada
Tuhan. Berbagai Iangkah tersebut pernah
dipraktikkan Roni ketika merintis Manet memasuki
dunia online dan terbukti berhasil. Bahkan bisa
dikatakan, Roni mengalami lompatan kuantum dalam
bisnis busana muslimnya setelah melalui jalur online.
Kesuksesan yang berhasil diraih Roni melalui
manet sekarang sesungguhnya telah melalui jalan
panjang yang berliku. Sebelum akhirnya
memutuskan untuk berbisnis dalam bidang fesyen
ini. Roni sempat mencoba berbagai bisnis yang
memberikan berbagai pelajaran berharga baginya.
“It’s better to light a candle, than to curse the
darkness,” kata Roni ketika harus mengakui
kesalahannya dalam berbisnis dan harus memulai
lagi segalanya dan awal. Namun, dari semua
petualangan itu, tidak dia sesali, karena itu semua
meninggalkan jejak pengalaman yang sangat
berharga baginya sampai sekarang.
Tidak ada istilah gagal, yang ada adalah belajar.
Kalau kita tidak mendapat pelajaran dan
kegagalan, itulah kegagalan yang sesungguhnya,”
kata Pak Tung, guru dan sahabatnya. Kata-kata
itulah yang Roni pegang sampai sekarang.
Banyak pelajaran yang Roni ambil dari berbagai
petualangan bisnis yang pernah dijalankannya.
Ketika mulai berbisnis MLM pada 1994-an.
Saat itu dia masih kuliah. Roni gagal
karena memang berhenti di tengah jalan. Kalau dia
teruskan, mungkin ceritanya akan lain sekarang.
Saat bergabung dengan MLM tersebut, ada
beberapa ganjalan di hati Roni ketika itu. Dia
merasa dicekoki paham-paham yang membuatnya
menjadi fanatik buta. Membuatnya menjadi
seorang yang berkacamata kuda dalam melihat
orang lain. Orang yang negatif, dia anggap sebagai
pencuri mimpi, dan tidak baik didekati. Lama-lama
hubungan saya menjadi tidak rileks dengan
teman-teman. Hubungan saya menjadi manipulatif.
Semua orang yang saya kenal saya anggap sebagai
prospek, tutur Roni mengenang.
Positifnya, dari bisnis inilah Roni mulai mengalami
pertumbuhan pribadi, jadi lebih percaya diri.
Roni jadi gemar membaca buku-buku personal
development yang membuat pikiran dan mentalnya
jadi lebih positif. Dampaknya masih terasa sampai
sekarang. Bisnis MLM itu balk. Tapi, jangan
dianggap seperti agama baru, kata ayah dan Vito
Ramadhan ini.
Petualangan bisnis berikutnya dilakukan Roni
ketika masih kuliah juga. Dia bersama empat orang
teman, berencana membangun sebuah sekolah
setara D-1 di bidang komputer. Idenya berasal dari
seorang teman yang sukses di Bandung dan
suksesnya LP31 cabang Pasar Minggu. Kebetulan
salah seorang tim mereka adalah anak dari pemilik
ruko yang disewa oleh LP31 tersebut. Mereka
berniat mengambil alih ruko tersebut berdasarkan
kedekatan itu, karena saat itu modal uang juga
tidak ada.
Berbulan-bulan Roni dan tim mempersiapkan
semuanya. Kurikulum, cash flow, dan tenaga
pengajar. Roni mendapat bagian di marketing. Si
pemilik ruko pun telah menyetujui permintaan
mereka, yaitu meminta pembayaran sewa di
belakang, setelah cash flow masuk selama setahun.
Namun, kenyataan menjadi berbalik 180 derajat
ketika pemilik ruko tersebut mengalami kecelakaan
dan butuh biaya berobat ke Singapura. Dia
kemudian diminta uang cash di depan oleh penyewa
ruko itu. Gagallah rencana Roni dan timnya.
Pelajaran yang dipetik dari sini adalah agar kita
jangan mengandalkan kepada satu alternatif pilihan
saja. Ketika tidak tercapai, hancurlah semua proses
panjang dan melelahkan itu.
Masih kuliah juga, Roni bersama enam orang
teman sepakat mendirikan pabrik roti murah kelas
warung yang bisa dijual seharga lima ratus
rupiahan. Sebenarnya Roni kurang setuju dengan
ide ini. Dia memegang prinsip bisnis orang Cina,
kuasai dulu pasar, baru bikin pabriknya. Namun,
karena ini adalah keputusan kelompok, Roni mau
tidak mau harus menerimanya.
Roni dan satu anggota tim pun kemudian dilatih
menjadi manajer pabrik. Awalnya bisnis berjalan
dengan lancar, permintaan pun terus meningkat.
Namun, skala ekonomis tak kunjung diraih. Makium,
margin keuntungannya tipis sekali. Akhirnya,
mereka pun menyerah. Prediksi awal Roni jadi
kenyataan. kami akhirnya terbebani oleh mesin-mesin
yang menganggur dan sulit dijual,”
kenang suami Elly ini. Pelajaran yang dipetik
dari sini agar kita jangan masuk bisnis yang margin
keuntungannya terlalu tipis. Kuasai pasar dulu,
sebelum membangun pabriknya.
Tidak kapok dengan pengalaman sebelumnya,
Roni kemudian merintis bisnis hardware dan servis
komputer. Ini pun dikerjakan bersama keenam
temannya yang terdahulu. Hasilnya ternyata gagal
lagi. Lebih besar effort-nya ketimbang hasil.
Roni dan keenam temannya kemudian mendirikan
lembaga keuangan syariah, Baitul MaaI wat
Tamwil (BMT). Misinya adalah sosial dan bisnis.
Bersama enam orang teman tersebut, Roni mencoba
berdakwah di bidang ekonomi.
Ternyata kenyataan di lapangan tidak semudah
yang dibayangkannya. Sulit sekali membangun
bisnis yang dibebani muatan sosial yang tinggi.
Secara bisnis cukup berpeluang, tapi secara
praktik, sangat sulit karena beban dua hal itu.
Akhirnya, bisnis pun kedodoran. Sulit
mencampuradukkan misi bisnis dan sosial. Bisnis, ya
bisnis. Kalau mau sosial, sisihkan sebagian
keuntungannya untuk itu. Atau dirikan lembaga
terpisah dari bisnis inti.
Selepas kuliah Roni merintis bisnis alat tulis
kantor (ATK). Hal ini tercetus karena Roni
mempunyai langganan yang terkenal murah di
Mangga Dua. Roni dan seorang teman sepakat
untuk mensupply kebutuhan teman-teman yang
sedang membuat skripsi di kampus. Kebetulan Roni
adalah mantan pengurus organisasi kemahasiswaan
tingkat universitas, jadi dia punya akses untuk
menitipkan dagangan di markas organisasi itu.
Hasilnya? So so aja. Lumayan buat jajan aja. Bisnis
ini pun akhirnya tidak dilanjutkan. Ternyata kalau
bisnis hanya iseng-iseng saja, hasilnya juga
iseng-iseng saja.
Mencoba dengan bisnis yang lebih serius, Roni
mengadu peruntungan pada bisnis kayu. Bisnis ini
menyedot modal yang cukup besar ketika itu.
Beberapa investor terlibat, termasuk orangtuanya.
Nilai ordernya menggiurkan, dalam mata uang dolar
karena memang ditujukan untuk ekspor. Roni
mensupply ke sebuah perusahaan eksportir.
Ternyata, bisnis ini hanyalah alih daya semata.
Alih daya dalam arti sesungguhnya, yaitu risiko.
Semua risiko ada di tangan Roni, sementara si
eksportir tinggal terima beres. Bisnis model ini juga
terlalu banyak uncontrollable factor-nya. Terlalu
banyak layer-layer yang harus dilalui dan setiap
layer itu punya peran vital. Modal Roni sejumlah
puluhan juta langsung ludes dalam hitungan hari
saja. Ini berdampak pada cash flow yang
pembayarannya sangat lama.
Nilai tambah dan bisnis ini tidak berada di tangan
Roni, tapi di tangan eksportir. Roni hanyalah
tukang” yang nasibnya ditentukan oleh majikan,
meskipun diiming-imingi keuntungan menggiurkan.
Akhirnya, bisnis ini pun gagal total dan
menyisakan luka yang cukup dalam. Para investor
pun meminta uangnya dikembalikan. Kejadian ini
membuat Roni terpukul. Sudah jatuh tertimpa
tangga pula.
Berbulan-bulan Roni harus menghadapi tuntutan
para investor ini. Makanya, dia tidak begitu suka
dengan konsep BODOL (Berani Optimis Duit Orang
Lain) itu. “Kalau bisnisnya tidak jelas konsep, nilai
tambah dan pengelolaannya, jangan coba-coba
melakukan BODOL ini. Bisa jadi BODOL beneran!”
kata Roni menegaskan.
Bisnis harus punya konsep dan nilai tambah
yang jelas, kontrol harus di tangan kita, jangan
diserahkan kepada orang lain. Hati-hati memilih
teamwork, dan jangan coba-coba BODOL kalau
bisnisnya nggak jelas konsep dan nilai tambahnya,”
jelasnya.
Bergabung dengan dua orang teman, Roni
menjalani bisnis sebagai konsultan sistem. Dia
mendapat proyek membuat sistem akuntansi
komputer di sebuah perusahaan keluarga di
Sumatra. Tugas Roni adalah membuat sistem
manual dan teman yang lain sebagai
programernya. Pekerjaan Roni dapat dia
tuntaskan dengan sukses dan disambut gembira
oleh klien.
Masalah timbul ketika giliran programernya
menyatakan tidak sanggup melanjutkan
pekerjaannya. Itu pun disampaikannya setelah
berbulan-bulan proyek terkatung-katung tak jelas
ujung pangkalnya. Kekecewaan tentu saja tertuju
kepada Roni sebagai satu tim. Padahal, tugas dia
pribadi sudah selesai dengan baik.
Oleh karenanya, berhati-hatilah dalam memilih
partner. Salah-salah bisa merugikan nama baik kita.
Akhirnya, setelah melalui jalan yang berliku,
Roni pun tersadar bahwa yang ada dalam
genggaman itu lebih berharga dibandingkan yang
masih di angan-angan. Yang saya maksud dalam
genggaman itu adalah bisnis warisan orangtua di
bidang ritel pakaian (garmen). Akhirnya, bersama
adik, saya turuti saran ibu. Dimodali toko dan modal
kerja untuk bersama-sama membangun bisnis ritel
yang telah menghidupi kami sekeluarga selama mi,”
ungkap Roni.
Hasilnya pun ternyata lumayan. Apalagi setelah
dia mendalami ilmu ritel dari berbagai bacaan
tentang itu. Yang sangat memengaruhi Roni adalah
buku biografi Sam Walton, pendiri WalMart.
Satu lagi kelebihan dari bisnis ini adalah karena
direstui oleh orangtua. Roni yakin dan percaya hal
itu. “Apa pun yang kita lakukan, kalau tidak direstui
orangtua, hasilnya akan sia-sia,” tegas pria hobi
membaca buku ini.
Kalau dibilang naif, Roni mengakui itulah kenaifan
dia dalam berbisnis. Dia menggunakan
asumsi-asumsi yang belum teruji dan kurang
matang. “Tapi, apa mau dikata, nasi sudah jadi
bubur. Ketimbang meratapi, kenapa bubur itu tidak
ditaburi irisan daging ayam, cakwe, kecap, kacang
kedelai? Jadilah bubur ayam spesial,” kata Roni
mengutip perkataan Aa Gym.
“Success is a lousy teacher. Sukses itu adalah
guru yang buruk. Justru kegagalanlah guru yang
terbaik. Dalam perjalanan merintis bisnis, it’s okey
to make a mistake,” kata Roni. Asal kita selalu
belajar darinya, tidak pernah menyerah, dan
melakukan lagi dengan mengubah strateginya.
Orang yang mengharapkan hasil yang berbeda
dengan usaha yang sama adalah orang yang bodoh.
Roni juga menambahkan bahwa satu hal yang
paling penting adalah kita harus selalu bertanggung
jawab 100% terhadap diri dan bisnis kita. Sebagian
besar orang cenderung melakukan tiga hal ini ketika
menemui masalah yaitu excuse (pembenaran),
blame (menyalahkan), dan complain (berkeluh
kesah).
Orang seperti ini adalah pemain di bawah garis
(below the line), para pecundang, para korban
(victim) yang menganggap masalah yang
dihadapinya adalah karena kesalahan orang lain.
Orang seperti ini tidak akan ke mana-mana
hidupnya. Ia hanya berjalan di tempat atau
berputar-putar tanpa arah tujuan.
Roni menegaskan bahwa jika kita ingin perubahan
dalam kehidupan kita, ubahlah diri kita
sendiri terlebih dahulu. Ubahlah mindset kita.
Ubahlah belief (keyakinan) yang menghambat kita
selama ini. Jadilah pemain di atas garis (above the
line). Bertanggung jawablah 100% terhadap diri dan
bisnis kita. Inilah kebiasaan dan belief dari para
pemenang (victor). Mereka memegang kekuatan
dan kontrol terhadap diri dan masa depannya.
Sampai saat ini, Roni bangga menjadi pengusaha
yang bisa selalu berbagi. Roni bahagia bisa
menjadi tangan di atas. Itulah mengapa selain
berbisnis, Roni juga dikenal sebagai pendiri
komunitas Tangan Di Atas. Sebuah komunitas bisnis
yang ingin selalu berbagi. Sebuah komunitas yang
mempunyai visi bersama menebar rahmat”. Sebuah
komunitas yang mempunyai filosofi bahwasanya
tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di
bawah. Bahwa memberi gaji itu lebih baik daripada
menerima gaji.
Dengan menjadi pengusaha yang gemar berbagi,
maka peluang untuk menjadi tangan di atas
akan lebih luas. Komunitas yang beranggotakan
kurang Iebih 15.000 orang ini, kini semakin
berkembang dan terus melahirkan wirausahawan
yang andal di berbagai bidang.
Berkat komunitas yang mempunyai situs
www.tangandiatas.com ini, Roni semakin dikenal
berbagai kalangan sebagai pegiat dan penyebar
virus entrepreneurship di Indonesia. Melalui blog
pribadinya, www.roniyuzirman.com, Roni selalu
memberikan pencerahan dan inspirasi mengenai
motivasi, bisnis, entrepreneurship, dan tentu saja
perkembangan komunitas bisnis TDA.
Sepak terjang Roni dalam bisnis dan dalam
membesarkan komunitas bisnis TDA pernah dimuat
di Harian Republika, Tabloid Nova, wirausaha.com,
Niriah.com, dan berbagai media Iainnya.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
No comments:
Post a Comment