Semangat kewirausahaan memang sedang
menemukan momentum kebangkitan di negeri ini.
Fenomena ini dapat dilihat dari semakin banyaknya
entrepreneur muda yang mencoba untuk memulai
usaha di berbagai bidang. Tidak sedikit pula para
karyawan yang mencoba memulai usaha sambil
terus bekerja. Namun, tidak jarang para pemula ini
masih sangat sulit dan kebingungan memilih dan
mencari usaha yang akan ditekuni.
Melihat potensi pasar dan peluang yang begitu
besar, Bunda Sulis bersama 2 orang temannya, Teti
dan Nopy mendirikan bisnis Lucky Crepes dengan
sistem waralaba. Dengan sistem waralaba ini, Lucky
Crepes sebagai salah satu produk makanan ringan
cepat saji memberikan kesempatan kepada seluruh
masyarakat Indonesia pada umumnya, dan
entrepreneur pemula pada khususnya, untuk
menjalin kerjasama kemitraan dalam rangka
memperluas jaringan pemasaran. Lucky Crepes
memberikan kemudahan bagi pengusaha pemula
dengan mensupport sistem dan harga yang
terjangkau. Berkat kegigihan dan usaha yang tak
kenal lelah, saat ini Lucky Crepes sudah menembus
pasar nasional.
Bunda Sulis bertekad akan terus memperluas
jaringan Lucky Crepes. Hal ini berarti akan makin
banyak tumbuh entrepreneur baru sehingga dapat
memberikan manfaat yang lebih banyak lagi bagi
masyarakat.
Market Lucky Crepes mulai dari kalangan bawah,
menengah, dan atas. Karena, harga Lucky
Crepes sangat terjangkau, mulai dari Rp2.000 saja.
Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa
menyukainya sehingga sekolah, arena bermain,
pusat perbelanjaan, dan kolam renang, merupakan
arena yang cocok untuk Lucky Crepes. Keuntungan
dari bisnis ini pun sangat menjanjikan. Terbukti
dengan semakin banyaknya peminat yang
mendaftar untuk menjadi pewaralaba atau franchise.
Bagi Bunda Sulis dan Teti, sebenarnya dunia
usaha bukan hal baru lagi. Karena sejak duduk di
bangku kuliah, kedua sahabat ini sudah mulai
merintis usaha kecil-kecilan di sela kesibukan kuliah
untuk menambah uang jajan. Berbeda dengan
Nopy yang memiliki semangat dan keinginan tinggi,
tetapi baru mencoba lewat gerai crepes yang
mereka dirikan.
Lucky Crepes mulai dirintis pada 2004, dengan
outlet crepes “tanpa nama”. Lalu dengan modal
pinjaman dari bank, ketiga sahabat ini melangkah
mengembangkan satu outlet menjadi tiga buah outlet.
Melihat kesuksesan usaha yang dirintis tiga
sahabat ini, ada beberapa orang yang tertarik
untuk membuka gerainya di tempat lain. Namun,
baru satu tahun, usaha mereka dikembangkan
dengan pola kemitraan setelah resmi memiliki nama
Lucky Crepes. Saat awal perintisan usaha, ketiga
sahabat ini masih bekerja sebagai karyawan dengan
profesi yang berbeda.
Bunda Sulis sebagai marketing strategy
manager, Nopy sebagai public relation manager
dan Teti bertindak sebagai operational manager.
Namun seiring perkembangannya, akhirnya Teti
memutuskan keluar dari tempat kerja untuk fokus
pada usaha yang mereka rintis yang hingga kini
sudah memiliki 100 outlet lebih tersebar di seluruh
Indonesia.
Dengan membidik pasar menengah ke bawah,
Lucky Crepes optimis masih terbuka peluang ke
depan walaupun makin banyak usaha sejenis bermunculan.
Strategi pemasaran yang dilakukan melalui
media Internet, penyebaran brosur, iklan media cetak,
dan program member get member oleh mitra.
Lucky Crepes juga pernah diliput berbagai media,
seperti Majalah Pengusaha, SWA, Info
Franchise, Pebisnis, Tabloid Peluang Usaha, Kontan,
dan media lainnya yang tentunya sangat membantu
dalam pemasaran.
Program kemitraan yang dirancang Lucky
Crepes berbeda dengan yang lain, yaitu tanpa
franchise fee dan juga tanpa royalti. Dengan tujuan
untuk tidak membebani mitranya. Paket kemitraan
yang ditawarkan pun sangat terjangkau mulai Rp5,5
juta rupiah sudah mencakup join fee, semua
peralatan dan gerai, seragam, dan pelatihan bagi
karyawan. Mitra hanya cukup menyiapkan lokasi
dan karyawan untuk berjualan.
Para mitra biasanya mendapatkan informasi
awal setelah mengunjungi http://www.luckycrepes.com
atau http://luckycrepes.multiply.com. Setelah
itu mereka bisa langsung telpon ke hotline Lucky
Crepes di 08159007272.
Kesuksesan Lucky Crepes tentu tidak terjadi
begitu saja. Perjalanan berliku telah mereka lalui
bersama. Berbagai hambatan yang datang telah
berhasil ditaklukkan. Bunda Sulis sendiri awalnya
bahkan tidak berniat untuk membuka bisnis crepes.
Saat pertama kali memulai bisnis, dia ingin membuat
bisnis tempat penitipan anak dan lembaga
pendidikan setingkat TK atau play group.
Berhubung waktu itu lokasi yang mau dibuat
berada di mal, sehingga terbentur masalah dana
yang cukup besar. Walaupun akhirnya sempat
ditawari investor, dalam realisasinya, jawaban pasti
dari investor tak kunjung tiba.
Lalu dalam perjalanannya, dia bertemu dengan
salah satu perusahaan yang mau bekerjasama
untuk merintis usaha dalam bidang pendidikan.
Namun, jenis pendidikannya lebih ke arah pendidikan
dan pelatihan kewirausahaan, bukan pendidikan
anak. Koordinasi yang kurang bagus, ditambah lagi
dengan kesibukan masing-masing, menyebabkan
kerjasama yang hendak dirintis belum bisa berkembang.
Ide membuka bisnis yang berhubungan dengan
makanan kemudian muncul ketika Bunda Sulis
menyadari bahwa dia dan temannya sama-sama
suka wisata kuliner. Saat Bunda Sulis dan temannya
‘nongkrong’ di pujasera, dia menemukan makanan
yang menurutnya aneh, kue iekker.
Kejadian itulah rupanya memberikan “aha”
baginya. Dari situ kemudian mereka mendapatkan
ide untuk membuat gerobak yang unik. Gerobak itu
rencananya akan dipakai untuk menjual crepes
yang akan mereka bikin. Ide ini terus di follow up
dengan mencoba membuat berbagai resep. Bahkan,
bisa dikatakan mereka sampai bosan dengan
eksperimen resep yang mereka bikin sendiri.
Langkah berikutnya adalah mencari berbagai
peralatan yang dibutuhkan.
Akhirnya, gerai pertama berhasil dibuka di
pasar rumput dan di sebuah sekolah di Bekasi.
Sayangnya, karyawan yang diserahi untuk menjaga
gerai di Bekasi kurang bertanggung jawab sehingga
Bunda Sulis harus nombok saat baru mengawali
usaha tersebut. Kejadian tersebut tidak
membuatnya putus asa. Bunda Sulis kembali
mencari karyawan yang lebih bisa dipercaya.
Hasilnya, dia mendapatkan karyawan yang bagus
sehingga penjualannya terus meningkat dari waktu
ke waktu.
Melihat perkembangan yang positif, Bunda Sulis
berencana menambah armada atau outlet.
Berhubung masih kekurangan modal, dia
memberanikan diri untuk mengambil kredit tanpa
agunan dari sebuah bank swasta. Keputusan
tersebut ternyata tidak salah, karena keuntungan
hasil bisnis Lucky Crepes ini memang jauh lebih
tinggi dari bunga yang harus dibayarkan ke bank.
Beberapa teman Bunda Sulis berminat bergabung
sebagai mitra ketika melihat perkembangan bisnis
yang dirintisnya.
Bunda Sulis pun berinisiatif untuk mendaftarkan
mereknya. Pada saat cabangnya bertambah hingga
mencapai 10 outlet, berbagai media bisnis meliput
perkembangan bisnis Lucky Crepes ini. Liputan
media inilah yang menjadi salah satu faktor
leverage (pengungkit) bisnis Lucky Crepes ini.
Terutama semenjak liputan dari sebuah tabloid
bisnis ternama, banyak sekali mitra usaha yang
mendaftar untuk bergabung.
Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan
kinerja bisnis, kini Lucky Crepes mulai
berekspansi. Dari sisi produk, Lucky Crepes telah
mengeluarkan produk baru yang khas, yaitu
martabak manis, produk wafel, dan pukis parabola.
Inovasi ini dilakukan untuk melengkapi inovasi
dalam sistem penjualan dan kemitraan yang selalu
dilakukan Bunda Sulis. Berbagai inovasi tersebut,
tak ayal lagi semakin mengukuhkan Lucky Crepes
sebagai salah satu pemain yang cukup
diperhitungkan dalam bisnis makanan berbasis
sistem kemitraan.
Selain bisnis makanan, Bunda Sulis juga merintis
bisnis dalam bidang pendidikan. Memiliki
lembaga pendidikan anak yang sebenarnya
merupakan impian Bunda Sulis sejak melangkah ke
jenjang pernikahan. Usaha awal berbisnis, usaha
yang ingin dirintis sebenarnya adalah dunia
pendidikan anak. Namun, Allah punya kehendak lain
dan lebih tahu yang terbaik bagi hamba-Nya. Justru
usaha ini baru bisa terwujud setelah 2 tahun Lucky
Crepes berjalan.
Usaha Bunda Sulis dalam pendidikan anak ini
mulai dirintis sejak akhir 2005. Sementara, itu
yayasan yang menaunginya resmi berdiri pada
Februari 2006. Kelompok Bermain dan TKIT yang
diberi nama Ibnu Rusyid ini resmi beroperasi mulai
tahun ajaran 2006-2007 di Kencana Loka, Bumi
Serpong Damai.
Kelompok Bermain dan TKIT Ibnu Rusyid
dikembangkan dengan menonjolkan konsep
pendidikan karakter dan multiple intelligences. Para
siswa tidak hanya diajarkan membaca dan menulis
saja, tapi pendidikan “good character”-lah yang
lebih diutamakan. Hal ini mengingat bahwa masa
prasekolah dan TK adalah “golden age” yang sangat
penting dan menentukan dalam fase perkembangan
anak berikutnya.
Setelah satu tahun berjalan, Bunda Sulis ke
mudian membuka Kelompok Bermain dan TKIT kedua
yang berlokasi di Citra Raya Tangerang. Dalam
perjalanan selanjutnya, Kelompok Bermain dan TKIT
Ibnu Rusyid juga membuka program TPA Plus dan
English Club for Kids.
Bagi para orangtua dan guru yang ingin lebih
banyak tahu tentang konsep multiple intelegences
dan pendidikan karakter, Yayasan Ibnu Rusyid juga
menyelenggarakan seminar dan pelatihan-pelatihan
khusus. Termasuk bagi mereka yang ingin
mendirikan sekolah, Yayasan Ibnu Rusyid juga
memberikan pelatihan bagaimana menyusun
kurikulum berbasis multiple intelegences dan
pendidikan karakter.
Berhubung masih harus berbagi dengan waktu
kerja di kantor setiap hari, dalam menjalankan
yayasan, Bunda Sulis berpartner dengan tim yang
kesehariannya full time melakukan operasional
yayasan.
Dalam jangka panjang, Ibnu Rusyid juga akan
membuat lembaga pendidikan bagi para guru,
terutama pendidikan berbasis Multiple Inteligences.
Bunda Sulis bahkan mempunyai impian untuk
membuat sekolah khusus bagi para orangtua yang
ingin memperdalam ilmu tentang multiple inteligence
ini. Di samping tentu saja menambah cabang Ibnu
Rusyid yang saat ini baru ada dua.
Tidak berhenti sampai di situ, Bunda Sulis juga
telah mengembangkan sayapnya ke dalam bisnis
salon Muslimah. Salon Muslimah pertama yang
dirintisnya di daerah Villa llhami, Lippo Karawaci
ini memang masih embrio.
Namun, Bunda Sulis bahagia karena salonnya
tersebut juga menunjukkan perkembangan positif.
Ketika ditanya mengenai kesuksesannya, Bunda
Sulis menyatakan bahwa sukses itu sebuah proses,
tidak ada sesuatu yang instan. Seseorang yang
bisa menghargai proses, dia akan pantang
menyerah menghadapi tantangan. Kadang
seseorang sudah berputus asa saat proses masih
berjalan. Sebagai contoh, saat belum berhasil
mencoba satu kali, dia langsung berhenti. Padahal,
proses yang ditempuh tersebut merupakan
pelajaran berharga untuk langkah selanjutnya.
Bunda Sulis juga mengingatkan bahwa sering
kali kita lupa dan hanya berpatok pada hasil
oriented. “Kalau patokan dan tujuan kita hanyalah
hasil, setiap proses yang belum menghasilkan akan
kita anggap sia-sia,” tutur penulis buku Bunda Luar
Blasa ini.
Bagi para pemula dalam berbisnis, Bunda Sulis
menyarankan agar menentukan tujuan yang jelas.
Namun, saat belum sampai tujuan seharusnya kita
sudah berpikir bahwa jalan yang kita tempuh itu
adalah sukses. “Sebenarnya yang pertama
adalah kemauan. Rata-rata dari kita bukan tidak punya
ide, tapi kurang punya kemauan. Jika sudah ada
kemauan insya Allah akan ada jalan, akan ada
keberanian, dan ide akan mudah terealisasi,”
tutur Ibu muda berjilbab ini.
Bunda Sulis juga menjelaskan bahwa keraguan
dan ketakutan, biasanya dipengaruhi oleh mindset
dan pola pikir seseorang, sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Kalau saat ini seseorang berada
pada zona nyaman dan tidak ada kemauan untuk
mengubahnya, pasti dia akan takut dan ragu-ragu terus.
Pikirannya akan dipengaruhi bayang-bayang
kegagalan. Dampaknya, dia tidak akan pernah
berani untuk memulai usaha. “Kalau mau niat mulai
usaha, belajar dan singkirkan dulu pikiran itu,
terutama dengan kemauan kita yang kuat,” tegas
Bunda Sulis yang saat ini masih menekuni karier
sebagai karyawan juga membesarkan beberapa bisnis.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
No comments:
Post a Comment