Meski dibesarkan dalam keluarga pegawai dan
sekian tahun bekerja sebagai profesional, Agus
Ali kini justru tampak sangat menikmati perannya
sebagai pengusaha. Kiprah Agus Ali sebagai
pengusaha, tepatnya dimulai pada 19 Januari 2007.
Saat itu adalah hari terakhir bagi Agus, demikian dia
akrab disapa, menyandang status sebagai
karyawan pada sebuah perusahaan Jepang,
tempatnya bekerja selama 13 tahun terakhir.
Keputusan Agus untuk terjun 100% sebagai
pengusaha tentu telah melalui pertimbangan yang
matang. Hal ini mengingat bahwa sebelumnya dia
sudah mencoba untuk hidup di dua alam (amfibi),
alias menjadi karyawan sekaligus pengusaha. Dia
pun pernah membangun beberapa bisnis, di
antaranya bisnis konveksi dan membuka toko di ITC
Mangga Dua. Sayangnya, beberapa bisnis yang
pernah dirintisnya belum berhasil seperti yang dia
harapkan. Namun, Agus tidak pernah menyerah dan
terus mencari peluang bisnis yang paling cocok dan
pas buat dirinya.
Pada awal 2007, Agus membuat keputusan berani dengan mengepakkan sayap
bisnis yang berhubungan dengan otomotif. Bersama seorang
partner, dia mengajukan diri sebagai franchisee
dengan membuka Autobridal 32 di daerah Cipinang,
Jakarta. Sampai saat ini bisnisnya masih berjalan
dan terus menunjukkan perkembangan yang baik.
Saat ini, bersama partnernya juga, Agus
mengembangkan bisnis dalam bidang pelatihan dan
konsultan dalam bidang teknologi informasi. Pada
bisnis IT ini, Agus seperti benar-benar menemukan
passionnya sehingga dia sangat menikmati ketika
harus terjun langsung ke lapangan.
Berlabuh pada bisnis IT, panggilan jiwanya ini,
tentu tidak lepas dari pekerjaan dia sebelumnya
yang menggeluti dunia IT selama 13 tahun. Bahkan,
ketika ada kesempatan sekolah lagi pada jenjang
pascasarjana, Agus juga mengambil program bidang
IT. Walaupun sempat mencoba berbagai macam
bisnis yang lain, Agus menyimpulkan bahwa
ternyata kehidupannya tidak jauh dari dunia IT.
Agus Ali mengakui, tidak mudah baginya untuk
keluar dan comfort zone. Ketika menjabat sebagai
manajer IT, semuanya serba terlayani. Setelah
keluar dari pekerjaan, dia harus melayani diri sendiri
dan tentu saja dengan biaya sendiri. Hal ini harus
dilakukannya ketika harus “kelayapan”, untuk
bertemu dengan berbagai kalangan, seperti
investor, pejabat, media, dan lainnya.
Namun, ternyata efek yang didapat setelah
keluar dari zona nyaman tersebut luar biasa.
Semuanya seakan mengalir begitu saja. Banyak
kejutan baru yang justru memberikan banyak
manfaat dan pelajaran baginya. Hal-hal yang
pernah dia rencanakan memang ada yang gagal,
tetapi dari kegagalan itulah, justu dia mendapat
jaringan dan hal-hal baru yang lebih dahsyat. Agus
semakin meyakini sebuah ungkapan yang sering
diutarakan para motivator bahwa untuk sukses,
seseorang memang harus berani keluar dari zona
nyamannya.
Proses menjadi pengusaha bagi Agus merupakan pengalaman yang luar biasa.
Untuk itulah dia selalu menikmati setiap proses yang dilaluinya.
Sebagai orang yang sangat menghargai sebuah
proses. Agus menekankan pentingnya melalui
berbagai tahapan untuk mencapai hasil. Kalau
diibaratkan sebuah proyek manajemen, apa pun
yang akan dilakukan tentu melewati sebuah proses,
mulai dari inisiasi, start, implementasi, review, dan
finish.
Mengenai hasilnya, kalau ada masalah pada hasil
akhir berarti ada masalah pada prosesnya. Proses
itulah yang harus diperbaiki lebih dulu. Hasil akan baik
bila prosesnya juga baik.
Jadi, kalau hasilnya balk tetapi prosesnya tidak
balk, ini hanya untung-untungan saja. Jika mau
berhasil menjadi pengusaha, seluruh langkah menuju
ke arah sana juga harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
Knowledge is not power without action plus
brilliant idea, Ilmu pengetahuan tidak akan menjadi
kekuatan bila tidak disertai dengan tindakan konkrit
plus ide yang brilian. ujar pria yang suka bercanda
ini. Ilmu pengetahuan tidak akan menjadi sebuah
power yang dahsyat, jika hanya sekadar dibaca
namun tidak diaplikasikan.
Pengetahuan tanpa action memang akan
percuma. Namun, pengetahuan dengan action saja
pun tidak akan menghasilkan power yang dahsyat
bila tidak diikuti ide brilian. Pengetahuan dengan
action bisa dikatakan hanya sebatas proses amati
dan tiru. Bila menghasilkan ide brilian dan
menerapkannya, akan lengkaplah prinsip dalam
bisnis yang disebut ATM (Amati, Tiru, dan
Modifikasi).
Agus pun menyarankan bagi yang telah membaca buku atau ikut pelatihan
kewirausahaan, agar segera mempraktikkannya. Dengan mempraktikkan
ilmu dalam bisnis sendiri, berbagai ide brilian pasti
akan terus bermunculan, kata Agus meyakinkan.
Namun begitu, Agus juga menekankan penting
nya para pebisnis pemula mempunyai persiapan.
Jangan lompat ke batu yang rapuh, nanti bisa
terpeleset dan jatuh, kata Agus dengan bahasa
kiasan. Batu yang rapuh itu belum bisa dijadikan
pegangan, belum kokoh dan kuat. Para pebisnis
perlu memastikan juga batu tersebut cukup kokoh
dan kuat sebelum melompat di atasnya.
Pemaparan Agus tentang fenomena pindah
kuadran dari karyawan ke pengusaha ini didasarkan
pada pengalamannya sendiri. Saat pertama kali,
berhubung pijakan batu yang tidak kuat, Agus
sempat terpeleset dan merasakan jatuh bangun.
Namun, dia masih beruntung karena bisa cepat
bangkit. Agus pun kembali meneruskan “berenang”
sambil terus membuat fondasi yang Iebih kuat.
Sampai sekarang dia sudah berpijak pada fondasi
itu. Agus terus fokus untuk menguatkan
fondasinya, karena dia yakin dengan bertambahnya
pengalaman dan dukungan teman-teman, serta
network yang besar, fondasi yang Iebih kuat bisa
dia susun.
Secara pribadi, Agus kurang setuju dengan
pendapat yanq menyatakan bahwa kalau mau pindah kuadran, sebaiknya
langsung nyemplung begitu saja, karena nanti
pasti akan dapat ilmunya.
Menurut Agus, bagaimana pun berpindah kuadran dari karyawan ke pengusaha
membutuhkan persiapan yang tidak sederhana.
Terutama persiapan mindset dan mental.
Selain itu, Agus juga menekankan pentingnya
fokus dalam bidang bisnis yang dipilih. Dia sendiri
mempunyai pengalaman soal ini. Agus pernah
serakah dengan menjalani bisnis ini dan itu, namun
hasilnya malah tidak ada yang fokus dan bisnis
gagal satu per satu. Semua rencana jadi
berantakan. Modal jauh berkurang. Tenaga juga
terkuras habis. Namun, anehnya justru yang tidak
direncanakan malah ada yang berhasil.
Dengan latar belakang S2 dalam bidang IT dari
sebuah universitas ternama, dan memegang
sertifikasi internasional, Project Management, Agus
Ali kini juga mengajar berbagai kelas pelatihan untuk
materi IT Project Management dan IT Quality Assurance.
Ketika ditanya mengenai fllosofi work hard,
pray hard, dan play hard, Agus menjelaskan bahwa
kerja keras sudah tertanam sejak dia masuk kerja di
perusahaan Jepang. Dengan metode kerja sampai
‘mati’ saya di tempa habis-habisan selama 13
tahun, paparnya. Hasilnya badan Agus terasa
pegal-pegal kalau tidak melakukan aktivitas.
Otaknya serasa tumpul kalau tidak dipakai.
Terhadap work hard yang dia lakukan ter
hadap bisnisnya, Agus merasa hal itu bukanlah work
hard. Karena dia melakukannya dengan enjoy
sebagai hobi dan bukan kewajiban. Setelah work
hard, dia juga pray hard, dan play hard. Dia selalu
mengimbangi aktivitas bisnisnya dengan aktivitas
spiritual. Di sela-sela kesibukannya, Agus tetap
menyempatkan din untuk bermain tenis atau
badminton yang dilakukannya dua kali seminggu. Di
samping itu, dia juga selalu menikmati waktu
bersama keluarga dengan jalan-jalan atau liburan ke
luar kota.
Menurut Agus, apa pun yang kita kerjakan harus dikejakan
dengan sungguh-sungguh, apakah itu
aktivitas bekeja, olahraga, istirahat, dan
sebagainya. Hasilnya otak dan badan kita bisa
memilah-milah kapan waktunya bekeja keras,
kapan waktunya bermain, dan kapan waktunya
beristirahat.
Agus berusaha menjalani hidup ini sesuai
dengan perasaannya,sesuai hatinya. Dulu saat
mempunyai karier bagus, gaji bagus, rumah tangga
bagus, aset mobil dan rumah bagus, dia masih
merasa hampa, karena sudah tidak ada tantangan
lagi. Kemudian setelah menjadi pengusaha, semua
serasa menjadi tantangan baginya.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
No comments:
Post a Comment