Wednesday, March 13, 2013

Agus Ali, Semula IT Manager Lalu Berani Keluar dari Comfort Zone, Kini Jadi Pengusaha Sukses

Meski dibesarkan dalam keluarga pegawai dan

sekian tahun bekerja sebagai profesional, Agus

Ali kini justru tampak sangat menikmati perannya

sebagai pengusaha. Kiprah Agus Ali sebagai

pengusaha, tepatnya dimulai pada 19 Januari 2007.

Saat itu adalah hari terakhir bagi Agus, demikian dia

akrab disapa, menyandang status sebagai

karyawan pada sebuah perusahaan Jepang,

tempatnya bekerja selama 13 tahun terakhir.

Keputusan Agus untuk terjun 100% sebagai

pengusaha tentu telah melalui pertimbangan yang

 

matang. Hal ini mengingat bahwa sebelumnya dia

sudah mencoba untuk hidup di dua alam (amfibi),

alias menjadi karyawan sekaligus pengusaha. Dia

pun pernah membangun beberapa bisnis, di

antaranya bisnis konveksi dan membuka toko di ITC

Mangga Dua. Sayangnya, beberapa bisnis yang

pernah dirintisnya belum berhasil seperti yang dia

harapkan. Namun, Agus tidak pernah menyerah dan

terus mencari peluang bisnis yang paling cocok dan

pas buat dirinya.

Pada awal 2007, Agus membuat keputusan berani dengan mengepakkan sayap

 

bisnis yang berhubungan dengan otomotif. Bersama seorang

partner, dia mengajukan diri sebagai franchisee

dengan membuka Autobridal 32 di daerah Cipinang,

Jakarta. Sampai saat ini bisnisnya masih berjalan

dan terus menunjukkan perkembangan yang baik.

Saat ini, bersama partnernya juga, Agus

mengembangkan bisnis dalam bidang pelatihan dan

konsultan dalam bidang teknologi informasi. Pada

bisnis IT ini, Agus seperti benar-benar menemukan

passionnya sehingga dia sangat menikmati ketika

harus terjun langsung ke lapangan.

Berlabuh pada bisnis IT, panggilan jiwanya ini,

tentu tidak lepas dari pekerjaan dia sebelumnya

yang menggeluti dunia IT selama 13 tahun. Bahkan,

ketika ada kesempatan sekolah lagi pada jenjang

pascasarjana, Agus juga mengambil program bidang

IT. Walaupun sempat mencoba berbagai macam

bisnis yang lain, Agus menyimpulkan bahwa

ternyata kehidupannya tidak jauh dari dunia IT.

 

 

Agus Ali mengakui, tidak mudah baginya untuk

keluar dan comfort zone. Ketika menjabat sebagai

manajer IT, semuanya serba terlayani. Setelah

keluar dari pekerjaan, dia harus melayani diri sendiri

dan tentu saja dengan biaya sendiri. Hal ini harus

dilakukannya ketika harus “kelayapan”, untuk

bertemu dengan berbagai kalangan, seperti

investor, pejabat, media, dan lainnya.

Namun, ternyata efek yang didapat setelah

keluar dari zona nyaman tersebut luar biasa.

Semuanya seakan mengalir begitu saja. Banyak

kejutan baru yang justru memberikan banyak

manfaat dan pelajaran baginya. Hal-hal yang

pernah dia rencanakan memang ada yang gagal,

tetapi dari kegagalan itulah, justu dia mendapat

jaringan dan hal-hal baru yang lebih dahsyat. Agus

semakin meyakini sebuah ungkapan yang sering

diutarakan para motivator bahwa untuk sukses,

seseorang memang harus berani keluar dari zona

nyamannya.

Proses menjadi pengusaha bagi Agus merupakan pengalaman yang luar biasa.

 

Untuk itulah dia selalu menikmati setiap proses yang dilaluinya.

Sebagai orang yang sangat menghargai sebuah

proses. Agus menekankan pentingnya melalui

berbagai tahapan untuk mencapai hasil. Kalau

diibaratkan sebuah proyek manajemen, apa pun

yang akan dilakukan tentu melewati sebuah proses,

 

mulai dari inisiasi, start, implementasi, review, dan

finish.

 

Mengenai hasilnya, kalau ada masalah pada hasil

akhir berarti ada masalah pada prosesnya. Proses

itulah yang harus diperbaiki lebih dulu. Hasil akan baik

bila prosesnya juga baik.

 

Jadi, kalau hasilnya balk tetapi prosesnya tidak

balk, ini hanya untung-untungan saja. Jika mau

berhasil menjadi pengusaha, seluruh langkah menuju

ke arah sana juga harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya.

Knowledge is not power without action plus

brilliant idea, Ilmu pengetahuan tidak akan menjadi

kekuatan bila tidak disertai dengan tindakan konkrit

plus ide yang brilian. ujar pria yang suka bercanda

ini. Ilmu pengetahuan tidak akan menjadi sebuah

power yang dahsyat, jika hanya sekadar dibaca

namun tidak diaplikasikan.

Pengetahuan tanpa action memang akan

percuma. Namun, pengetahuan dengan action saja

pun tidak akan menghasilkan power yang dahsyat

bila tidak diikuti ide brilian. Pengetahuan dengan

action bisa dikatakan hanya sebatas proses amati

dan tiru. Bila menghasilkan ide brilian dan

menerapkannya, akan lengkaplah prinsip dalam

bisnis yang disebut ATM (Amati, Tiru, dan

Modifikasi).

Agus pun menyarankan bagi yang telah membaca buku atau ikut pelatihan

 

kewirausahaan, agar segera mempraktikkannya. Dengan mempraktikkan

 

ilmu dalam bisnis sendiri, berbagai ide brilian pasti

akan terus bermunculan, kata Agus meyakinkan.

Namun begitu, Agus juga menekankan penting

nya para pebisnis pemula mempunyai persiapan.

Jangan lompat ke batu yang rapuh, nanti bisa

terpeleset dan jatuh, kata Agus dengan bahasa

kiasan. Batu yang rapuh itu belum bisa dijadikan

pegangan, belum kokoh dan kuat. Para pebisnis

perlu memastikan juga batu tersebut cukup kokoh

dan kuat sebelum melompat di atasnya.

Pemaparan Agus tentang fenomena pindah

kuadran dari karyawan ke pengusaha ini didasarkan

pada pengalamannya sendiri. Saat pertama kali,

berhubung pijakan batu yang tidak kuat, Agus

sempat terpeleset dan merasakan jatuh bangun.

Namun, dia masih beruntung karena bisa cepat

bangkit. Agus pun kembali meneruskan “berenang”

sambil terus membuat fondasi yang Iebih kuat.

Sampai sekarang dia sudah berpijak pada fondasi

itu. Agus terus fokus untuk menguatkan

fondasinya, karena dia yakin dengan bertambahnya

pengalaman dan dukungan teman-teman, serta

network yang besar, fondasi yang Iebih kuat bisa

dia susun.

Secara pribadi, Agus kurang setuju dengan

pendapat yanq menyatakan bahwa kalau mau pindah kuadran, sebaiknya

langsung nyemplung begitu saja, karena nanti

pasti akan dapat ilmunya.

Menurut Agus, bagaimana pun berpindah kuadran dari karyawan ke pengusaha

membutuhkan persiapan yang tidak sederhana.

Terutama persiapan mindset dan mental.

Selain itu, Agus juga menekankan pentingnya

fokus dalam bidang bisnis yang dipilih. Dia sendiri

mempunyai pengalaman soal ini. Agus pernah

serakah dengan menjalani bisnis ini dan itu, namun

hasilnya malah tidak ada yang fokus dan bisnis

gagal satu per satu. Semua rencana jadi

berantakan. Modal jauh berkurang. Tenaga juga

terkuras habis. Namun, anehnya justru yang tidak

direncanakan malah ada yang berhasil.

Dengan latar belakang S2 dalam bidang IT dari

sebuah universitas ternama, dan memegang

sertifikasi internasional, Project Management, Agus

Ali kini juga mengajar berbagai kelas pelatihan untuk

materi IT Project Management dan IT Quality Assurance.

Ketika ditanya mengenai fllosofi work hard,

pray hard, dan play hard, Agus menjelaskan bahwa

kerja keras sudah tertanam sejak dia masuk kerja di

perusahaan Jepang. Dengan metode kerja sampai

‘mati’ saya di tempa habis-habisan selama 13

tahun, paparnya. Hasilnya badan Agus terasa

pegal-pegal kalau tidak melakukan aktivitas.

Otaknya serasa tumpul kalau tidak dipakai.

Terhadap work hard yang dia lakukan ter

hadap bisnisnya, Agus merasa hal itu bukanlah work

hard. Karena dia melakukannya dengan enjoy

sebagai hobi dan bukan kewajiban. Setelah work

hard, dia juga pray hard, dan play hard. Dia selalu

 

mengimbangi aktivitas bisnisnya dengan aktivitas

spiritual. Di sela-sela kesibukannya, Agus tetap

menyempatkan din untuk bermain tenis atau

badminton yang dilakukannya dua kali seminggu. Di

samping itu, dia juga selalu menikmati waktu

bersama keluarga dengan jalan-jalan atau liburan ke

luar kota.

Menurut Agus, apa pun yang kita kerjakan harus dikejakan

 

dengan sungguh-sungguh, apakah itu

aktivitas bekeja, olahraga, istirahat, dan

sebagainya. Hasilnya otak dan badan kita bisa

memilah-milah kapan waktunya bekeja keras,

kapan waktunya bermain, dan kapan waktunya

beristirahat.

 

Agus berusaha menjalani hidup ini sesuai

dengan perasaannya,sesuai hatinya. Dulu saat

mempunyai karier bagus, gaji bagus, rumah tangga

bagus, aset mobil dan rumah bagus, dia masih

merasa hampa, karena sudah tidak ada tantangan

lagi. Kemudian setelah menjadi pengusaha, semua

serasa menjadi tantangan baginya.

 

Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan

No comments: