Banyak orang yang menginginkan punya bisnis
sendiri, tetapi hanya sedikit saja yang berani
mewujudkannya. Keberanian di sini tentu
mempunyai arti yang lebih luas. Termasuk di
dalamnya keberanian berpikir di luar jalur pemikiran
orang kebanyakan, berani memikirkan hal-hal yang
tidak pernah dipikirkan oleh orang lain, berani
berpikir ke luar dari jalur berpikir logika rasional,
berani dicemooh, atau diremehkan orang lain.
Memulai berbisnis memang terbukti tidak harus
dengan modal sendiri. Dengan modal keyakinan dan
tekad yang kuat, kendala modal selalu bisa diatasi.
Hal itulah yang dilakukan oleh Ade Hidayat, pemuda
yang tinggal di daerah Banten. Tepat pada 13
Februari 2007, Ade berhasil mengambil alih sebuah
counter usaha seluler di daerah Serang, Banten.
Walaupun saat itu modalnya belum cukup, namun
berkat keinginannya yang kuat dan presentasi yang
meyakinkan, Ade berhasil mengajak temannya untuk
meminjamkan sejumlah uang sebagai modal. Dia pun
kini sudah mempunyai bisnis seluler sebagai hasil
take over dan diberi nama Pandu Seluler.
Bisnis penjualan pulsa dan aksesori handphone
memang sudah merebak di mana-mana. Untuk itu,
Ade berusaha keras untuk memberikan sentuhan
yang berbeda. Pelayanan kepada pelanggan selalu
ditingkatkan agar mereka menjadi pelanggan yang
loyal. Dampaknya, bisnis yang dirintisnya kini
menunjukkan perkembangan yang positif. Omzet
terus meningkat dari bulan ke bulan. Dengan
peningkatan omzet yang signifikan ini, gaji
karyawan pun meningkat karena Ade memberikan
insentif penjualan untuk memotivasi mereka.
Margin keuntungan pada bisnis seluler memang
tidak sebesar bisnis lainnya. Untuk itu, Ade selalu
menekankan pada tingginya volume penjualan. Saat
ini, Ade bisa menikmati keuntungan kotor sekitar
8% dan omzet, sementara keuntungan bersihnya
sekitar 4%. Namun, seiring dengan meningkatnya
keterampilan dan pengetahuan supplier, maka
margin keuntungannya semakin lama semakin besar.
Hasil yang didapat Ade langsung diputar lagi
untuk membesarkan volume usaha. Dia bertekad
tidak mengambil keuntungan untuk keperluan
pribadinya dulu sebelum usahanya berjalan dengan
baik. Suatu saat jika bisnis saya sudah
berkembang di banyak tempat, barulah saya akan
memetik hasilnya. Saya ingin menjadi bos di
perusahaan saya sendiri, ujar Ade Hidayat dengan
nada optimis.
Setelah menjalankan outlet Pandu Seluler selama
enam bulan, Ade semakin yakin dengan
prospek pada bisnis ini. Dia pun membuka cabang
Pandu Seluler 2 pada 4 Agustus 2007. Outlet Pandu
Seluler yang ke-2 ini kondisinya lebih luas dan
permanen. Lokasinya yang terletak di Jalan Raya
Cilegon Km 2 Kepandean Serang ini, boleh dibilang
cukup strategis. Terbukti, belum lama dibuka, tapi
omzet penjualannya terus menunjukkan
peningkatan yang positif. Omzet tersebut didukung
oleh jumlah transaksi per hari yang bisa mencapai
90 transaksi. Sementara kalau sedang sepi, sehari
minimal terjadi 50 kali transaksi.
Ade Hidayat kini telah menjadi sub dealer Dompet Pulsa XL.
Saat ini setidaknya sudah ada 6 Chip
DPXL yang dipakai di counter-counter. Setiap 2-3
hari sekali Ade mengunjungi counter-counter untuk
menagih setoran. Yang mereka bayar hanya yang
sudah terjual. Keuntungannya memang tidak terlalu
banyak, karena yang dia dapat hanya potongan
harga dari dealer. Tapi dengan pengisian yang
kontinyu, dia berharap hasilnya akan semakin meningkat.
Walaupun kios yang disewanya cukup sederhana
dan tidak terlalu besar, ternyata bisa
membukukan omzet yang cukup besar. Ade tidak
pernah gentar setiap kali ada pesaing baru yang
masuk. Dia yakin rezeki tiap orang sudah diatur oleh
Allah, yang tetap konsisten dengan kemurahan
Allah-lah yang akan mendapatkan banyak.
Salah satu kiatnya yang diterapkan adalah
dengan menyediakan stok secara lengkap. item
yang terjual lambat (slow moving) dan untungnya
kecil pun tetap disediakannya karena kelengkapan
sangat disukai pembeli. Ade hanya perlu mengatur
agar stok yang lambat tersebut tidak terlalu banyak
volumenya.
Salah satu misi sosial Ade dalam berbisnis adalah
berupaya menyejahterakan para karyawan agar
mendapatkan penghasilan yang layak. Sementara
misi spiritualnya menjemput rezeki yang Allah
tebarkan di muka bumi, dan menebarkannya kembali
kepada orang yang berhak menerimanya. Untuk
itulah dia selalu optimis karena Allah tidak akan
menyianyiakan usaha hamba-Nya.
Dalam rangka menyejahterakan karyawan, Ade
juga memberikan insentif dari hasil penjualan, selain
gaji tetap tentunya. Otomatis semakin maju dan
tinggi angka penjualan, maka karyawan juga akan
semakin sejahtera. Dia yakin karyawan yang
sejahtera akan bekerja dengan baik dan loyal pada
pekerjaannya. lnsya Allah saya akan terus
menaikkan upah karyawan yang disesuaikan dengan
omzet penjualan, papar ayah dua anak ini.
Selain mempunyai misi utama untuk memberikan
kesejahteraan pada karyawan, Ade juga
bermimpi suatu saat nanti bisnis ini akan menjadi
penopang utama ekonomi keluarga. ‘Saya berharap,
ini adalah kontribusi saya buat warga Cilegon dan
Serang agar terbangun dari tidurnya. Janganlah
hanya berharap bisa bekerja pada orang lain, tapi
ciptakanlah lapangan kerja baru. Alhamdulillah,
dengan 2 counter seluler tersebut, saya sudah
mempekerjakan 2 orang karyawan. Tahun depan
insya Allah minimal 5 karyawan yang bergabung
dengan perusahaan saya, ungkap Ade dengan optimis.
Perjalanan hidup Ade Hidayat sendiri mengisyaratkan
sebuah perjuangan yang tidak kenal
lelah. Tercatat sudah lebih dari 11 tahun dia
bekerja. Beberapa perusahaan telah dia singgahi.
Ade bahkan pernah mengajar di beberapa SMA dan
bimbingan belajar. Setelah malang melintang
sebagai karyawan, impiannya saat ini adalah
bekerja di perusahaan sendiri sebagai entrepreneur.
Langkah mewujudkan impian tersebut telah
dimulai pada Januari 2006. Ade mulai merancang
apa yang akan dia kerjakan di masa mendatang.
Target 10 tahun ke depan sudah dia buat. Dia pun
fokus pada target tersebut. Saat ini, target usaha
yang saya canangkan telah tercapai, bahkan
beberapa poin melampaui target yang sudah dia
buat pada bulan Januari 2006.
Ade percaya dengan prinsip “like attracts like”.
Apa yang ingin dia capai akan tercapai, alam
semesta akan mendukung apa yang diupayakan.
Walaupun saat ini masih bekerja sebagai karyawan,
namun suatu saat nanti, beberapa tahun lagi bisnis
yang dirintisnya akan menjadi pekerjaan utama. Dan
seragam kekaryawanan ini akan dia lepaskan
dengan bangga tanpa mengharap pesangon. Dalam
berbisnis, dia menemukan kepuasan batin yang
selama ini dia dambakan.
Langkah pertama telah dilakukan, tinggal
menunggu langkah-langkah selanjutnya yang
membutuhkan komitmen, kesabaran, ketabahan,
dan rasa syukur. hambatan, rintangan, dan
kegagalan justru akan membuat kita lebih kreatif
untuk mencari cara lain, strategi jitu, dan inovasi,
kata Ade dengan nada yang meyakinkan.
Dalam perjalanan bisnisnya, Ade Hidayat menarik
beberapa benang merah bahwa dalam
berbisnis diperlukan beberapa hal di antaranya
adalah kesetiaan terhadap partner bisnis,
memberikan manfaat sebesar-besarnya pada
customer, mendidik karyawan secara baik dan
benar, fokuskan pada keahlian, jalin silaturahmi
dengan semua pihak, dan selalu menepati janji. Dia
juga menegaskan pentingnya fokus pada bisnis
tertentu dan perlunya mempelajari strategi bisnis
orang-orang yang telah sukses.
Dalam menjalani kehidupannya, Ade Hidayat
begitu terinspirasi dengan sebuah kisah seorang Pak Tani.
Alkisah, zaman dahulu kala ada seorang
petani miskin yang hidup dengan seorang
anaknya. Mereka hanya memiliki seekor kuda
kurus yang sehan-hari membantu mereka
menggarap ladang yang tidak seberapa
luasnya. Pada suatu hari, kuda Pak Tani
satu-satunya tersebut menghilang, lari begitu
saja dari kandang menuju hutan.
Orang-orang di kampung yang mendengar
berita itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh
malang nasibmu. Pak Tani hanya menjawab,
Malang atau beruntung, aku tidak tahu.
Keesokan harinya, ternyata kuda Pak Tani
tersebut kembali ke kandangnya, dengan
membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera
saja ladang Pak Tani yang tidak seberapa luas
dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah
perkasa. Orang-orang dari kampung
berbondong datang dan segera mengerumuni
koleksi kuda-kuda yang berharga mahal
tersebut dengan kagum. Para pedagang kuda
segera menawar kuda-kuda tersebut dengan
harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak
Tani pun menerima uang dalam jumlah
banyak, dan hanya menyisakan satu kuda liar
untuk berkebun membantu kuda tuanya.
Orang-orang kampung yang melihat peristiwa
itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh
beruntung nasibmu. Pak Tani hanya
menjawab, Malang atau beruntung, aku tidak
tahu ...
Keesokan hariinya, anak Pak Tani pun dengan
penuh semangat berusaha menjinakkan
kuda barunya. Namun, ternyata kuda tersebut
terlalu kuat sehingga pemuda itu jatuh dan
patah kakinya.
Orang-orang kampung yang melihat peristiwa
itu berkata, Wahai Pak Tani, sungguh
malang nasibmu. Pak Tani hanya menjawab,
Malang atau beruntung, aku tidak tahu ...
Pemuda itu pun terbaring dengan kaki
terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya.
Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah
bisa pulih kembali. Keesokan harinya,
datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu.
Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk
bergabung menjadi pasukan raja bertempur
melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh
pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang
sakit dan cacat. Anak Pak Tani pun tidak harus
berperang karena dia cacat.
Orang-orang kampung berurai air mata
melepas putra-putranya bertempur, dan
berkata, Wahai Pak Tani, sungguh beruntung
nasibmu. Pak Tani hanya menjawab, malang
atau beruntung, aku tidak tahu ....
Ade sangat terinspirasi dengan sikap Pak Tani
yang sering disebut, non-judgement. Sebagai
manusia, kita memiliki keterbatasan untuk
memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan
Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita sebut hari
ini sebagai kesialan, barangkali di masa depan
baru ketahuan adalah jalan menuju
keberuntungan, kata Ade menjelaskan.
Maka, orang-orang seperti Pak Tani di atas,
berhenti untuk menghakimi kejadian dengan label
beruntung, sial dan sebagainya. Karena,
siapalah kita ini menghakimi kejadian yang
kita sungguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya
nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaannya,
bisa jadi bukan suatu kesialan, manakala
ternyata status jobless-nya telah memecut dan
membuka jalan bagi dirinya untuk menjadi bos besar
di perusahaan lain.
Hadapi badai kehidupan sebesar apa pun.
Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal
hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di
dermaga saja, kata Ade memperkuat pemahamannya.
Memulal bisnis ibarat membuat sebuah bola
salju, kemudian kita mencoba menggelindingkannya.
Mungkin di awal-awal masih belum begitu terlihat
mencolok perubahannya, tapi ketika bola salju terus
digelindingkan, semakin lama akan membesar dan
terus membesar. Itulah salah satu hukum bisnis.
Kalau kita tekun menjalankannya, akan semakin
besar pula bisnis yang kita jalankan. Ketekunan
dalam menggelindingkan atau menjalankan roda
bisnis inilah yang akan menjadikan bisnis semakin
besar. Jadi kuncinya, segeralah memulai berbisnis
dan jangan ragu-ragu. Kemudian tekunlah dalam
menjalankannya sehingga bisnis kita akan semakin
besar dan semakin kuat.
Dari Buku: Rahasia Jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
No comments:
Post a Comment