Wednesday, March 13, 2013

Arya Yoga, Sosok Wirausahawan Difabel Sukses Lewat Usaha Asesoris Motor

Semua manusia tentu menginginkan keberhasilan

dalam hidup. Untuk itulah setiap orang memiliki

cita-cita atau impian yang hendak direngkuhnya.

Demikian juga dengan Arya Yoga Rudhita, yang

akrab dipanggil Yoga, terus berjuang menggapai

impiannya. Kemauan dan mimpi-mimpinya yang

tinggi tak menyurutkan langkahnya untuk terjun

berbisnis, meski kecelakaan telah merenggut

sebagian daya kakinya untuk bergerak. Dua kakinya

saat ini memang lumpuh sehingga harus selalu

ditopang dengan sebuah kursi roda. Semangatnya

 

yang luar biasa untuk menggapai asa, mengalahkan

semua keterbatasan fisik yang menderanya. Dia

layak menjadi contoh pembelajaran

entrepreneurship bagi para kawula muda yang ingin

terus berkarya.

Saat ini, Yoga memang masih tercatat sebagai

mahasiswa di sebuah universitas swasta di Jakarta.

Ketertarikannya pada dunia bisnis membuatnya

mengambil jurusan manajemen pemasaran. Namun

di tengah kesibukannya, dia nekat mendirikan usaha

sendiri untuk mewujudkan cita-citanya.

Keterbatasan fisik benar-benar tidak mampu

menjadi penghalang baginya. Walaupun kemana-mana

 

dia harus memakai kursi roda, Yoga

tetap maju bertekad membangun kerajaan

bisnisnya. Dia pun berharap bisnis perlengkapan dan

aksesori sepeda motor yang dirintisnya bisa cepat

berkembang. Bio Motor Sport, nama toko yang

dipilihnya, kini menempati sebuah ruko yang

berlokasi di Jalan Raya Kalimalang nomor 75 Bekasi

Timur.

Walaupun saya masih pemula, saya bertekad

untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses,

tegas pemuda kelahiran Oktober 1979 ini.

Sebetulnya saya merasa agak terlambat saat

terjun dalam usaha ini, seharusnya saya

memulainya sejak dulu. But it’s better late than

never, tutur anak pertama dari dua bersaudara ini.

Bisnis perlengkapan motor di bawah bendera

Bio Motor Sport ini, pertama kali dirintisnya pada

2006. Keputusannya untuk memilih bisnis dalam

 

bidang ini tidak lepas dari kegemarannya naik motor

sejak dulu. Dia pun mempunyai mimpi untuk

membuka usaha di bidang perlengkapan motor itu.

Namun, setelah peristiwa kecelakaan yang

membuat kakinya lumpuh, Yoga sempat melupakan

mimpinya.

Awalnya dalam sebuah kesempatan, Yoga bertemu

 

dengan seorang teman yang mempunyai ide

untuk membuka usaha perlengkapan sepeda motor,

seperti helm, jas hujan, spion, hiasan plat nomor,

dan aksesori ringan lainnya. Setelah berdiskusi

mengenai prospek bisnis ini, Yoga berkesimpulan

bahwa usaha di bidang perlengkapan motor ini

cukup menjanjikan. Seiring meningkatnya jumlah

pengguna sepeda motor, otomatis kebutuhan

terhadap berbagai perlengkapan dan aksesori motor

akan terus meningkat. Saat membuka usaha ini

bersama temannya, investasi awal yang

dikeluarkannya tidak terlalu besar, sekitar Rp35 juta.

Sayangnya, bisnis yang dijalankan Yoga bersama

 

temannya ini tidak berjalan mulus. Dia telah

dibohongi oleh teman yang menjadi partner

bisnisnya. Rupanya teman Yoga melakukan mark-up

harga sewa toko, pembelian barang, dan

memunculkan biaya operasional yang sebetulnya tidak ada.

Yoga pun langsung penasaran. Akhirnya dia

turun sendiri menghubungi para supplier atau

distributor, dan menanyakan berbagai harga

pembelian untuk produk yang pernah dibelinya.

 

Ternyata harga sebenarnya jauh iebih murah dari

yang tertera di bon pembelian. Saat itu, Yoga

merasa sangat kecewa dengan partner bisnisnya.

Pengalaman pahit yang diaiaminya pertama kali

memulai berbisnis tersebut, memberikan pelajaran

berharga baginya tentang pentingnya membangun sebuah kepercayaan.

‘Saya tidak kapok. Justru makin semangat untuk

 

terus belajar. Saya bertekad untuk memulai dari

awal bisnis ini sendirian, cetus Yoga sambil

mengenang saat mencoba memulai bisnisnya sendiri.

Bulan pertama hingga ketiga, omzet penjualan

usahanya masih sangat kecil sehingga belum bisa

menutupi biaya operasional. Saat itu, Yoga memang

tidak menyebarkan brosur atau sarana promosi

lainnya untuk memperkenalkan toko aksesori

motornya. Walaupun dia sebetulnya cukup paham

tentang strategi pemasaran, tampaknya dia ingin

tokonya berkembang secara “alamiah” saja.

Baru seteiah berjalan tiga bulan, orang-orang

yang lewat di sepanjang Jalan Raya Kalimalang ini

mulai banyak yang mampir dan bertanya-tanya.

Lokasi tokonya yang persis di pinggir Jalan Raya

Kaiimaiang Bekasi Timur, memang boieh dibilang

sangat strategis. Setiap hari, jalan di depan

tokonya diiewati ribuan motor, baik dari arah

Jakarta maupun Cikarang. Letaknya yang tidak jauh

dan pintu toi Bekasi Timur, membuat tokonya

berada di antara sekian banyak tempat penitipan

motor yang bertebaran di kawasan itu.

Belajar dari pengaiaman pertamanya yang tertipu

 

dalam melakukan pembelanjaan ke supplier.

Yoga selalu mencari sumber supplier yang mampu

memberikan harga yang terbaik. Berkat

kegigihannya, dia kini mempunyai beberapa supplier

dengan harga yang sangat kompetitif. Dengan

menguasai mata rantai supplier tersebut, Yoga pun

mampu memberikan harga yang cukup kompetitif

kepada para konsumen. Harga yang murah tersebut

tak ayal lagi menjadi salah satu faktor larisnya

produk yang dijualnya.

Kesuksesan bisnis di bidang ini, selain ditentukan

 

oleh lokasi outlet yang strategis, juga didukung

oleh kepiawaian pemilik untuk selalu berkomunikasi

dengan para pecinta motor, atau komunitas

penggemar sepeda motor. Keakraban yang

dibangun dengan komunitas penggemar motor, akan

menjadi salah satu leverage atau daya ungkit bagi

pemasaran seluruh produk yang terkait dengannya.

Dengan demikian, secara otomatis Yoga bisa

mengetahui aksesori atau jenis perlengkapan motor

apa yang sedang ngetren.

Selain berjualan di outlet-nya sendiri, Yoga

juga sempat menitipkan barang dagangannya ke

teman-teman yang berjualan voucher dan aksesori

handphone, tetapi hasilnya ternyata kurang memuaskan.

Rencana ke depan, Yoga ingin mengembangkan

bisnisnya tersebut di kawasan jalur pantura dengan

menggandeng beberapa mitra. Dia melihat potensi

pasar di kawasan tersebut sangat besar. Para

anak muda di kawasan ini terkenal suka

 

‘mendandani’ motornya, tandasnya.

Saat ini Yoga memang lebih berkonsentrasi untuk

 

terus meningkatkan omzet tokonya. Hal ini tidak

lepas dari keinginannya untuk menjadi authorized

distributor untuk beberapa produk yang selama ini

dijualnya. Jika omzet sudah besar, para produsen

peralatan dan perlengkapan sepeda motor tentu

mau menunjuk toko saya menjadi distributor,

tambah Yoga dengan nada optimis.

Untuk mencapai tujuan tersebut, selain berjualan

 

secara offline, Yoga juga membuat website

untuk memasarkan produknya secara online. Melalui

website tersebut dia berharap bisa menjangkau

pasar yang lebih luas.

Dalam menjalani bisnis ini, Yoga benar-benar

mengandalkan kejujuran para karyawan. “Sejauh ini

alhamdulillah tidak ada masalah dengan mereka.

Saya mencoba mengontrol mereka melalui laporan

harian dan bulanan,” papar Yoga.

Dibantu dua orang karyawannya yang menunggu

 

toko secara bergantian, Yoga juga selalu

mengadakan stock opname setiap bulan untuk

mengontrol keluar masuknya barang. Walaupun

masih sibuk kuliah, Yoga masih sempat melakukan

pembelanjaan dan melakukan kontrol atas seluruh

barang yang ada di tokonya.

Harga produk yang dijual di tokonya berkisar

antara Rpl5 ribu hingga Rp5OO ribu. Barang yang

paling mahal adalah helm dengan kualitas yang

sangat bagus. Untuk menjual helm jenis ini, dia

harus pandai-pandai menjelaskan kepada calon

 

pembeli mengapa harga helm tersebut lebih mahal.

Hal ini tentu terkait dengan faktor perlindungan

yang lebih kuat dibandingkan dengan jenis helm lainnya.

Sebagaimana bisnis yang lain, usaha perlengkapan

 

dan aksesori motor ini ada kalanya ramai,

tapi ada juga masa-masa sepi. Biasanya omzet

melambung tinggi saat menjelang lebaran, karena

banyak orang yang membeli helm baru untuk pulang

kampung. Apalagi toko Yoga berada tepat di jalur

lalu lintas yang dilalui para pemudik. Hal ini

membuat pengunjung di tokonya sangat ramai

menjelang lebaran. Namun sebaliknya, saat setelah

lebaran, penjualannya turun tajam. Masa sepi ini

biasanya bisa berlangsung hingga dua bulan.

Berdasarkan pengalamannya selama ini, Yoga

kini bisa mengetahui kapan harus menyiapkan stok

yang banyak untuk waktu tertentu, dan bagaimana

strategi mempertahankan omzet jika musim paceklik

penjualan tiba. Toko yang biasa buka dari jam

delapan pagi hingga jam sembilan malam itu pun,

kini semakin punya banyak pelanggan.

Sebenarnya, saat ini memang sudah banyak

orang yang terjun dalam bisnis perlengkapan dan

aksesori sepeda motor, khususnya di sepanjang

Jalan Raya Kalimalang ini. Namun, Yoga tidak

pernah khawatir dengan tingkat persaingan yang

 

semakin ketat. Dia selalu memandang positif sebuah

persaingan. Dengan adanya pesaing, kita justru

 

dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif, ujar Yoga

menanggapi menjamurnya pesaing di bisnis ini.

Sadar akan kondisi persaingan tersebut, Yoga

 

selalu berusaha untuk menciptakan pelayanan yang

unik. Hal ini dilakukannya untuk membedakan diri

dengan pesaing lainnya. “Saya tidak ingin sekadar

berjualan barang saja. Saya ingin memberikan value

lebih kepada para pelanggan saya,” ujar pemuda

yang selalu berkacamata ini.

Menurut Yoga, menjadi berbeda itu lebih penting

 

daripada sekadar memberikan harga yang lebih

murah. Persaingan yang hanya menekankan pada

harga justru bisa memperparah kondisi menuju

perang harga yang tidak sehat. Yang penting,

harga harus tetap bersaing, tetapi ada nilai tambah

lain yang tidak dimiliki pesaing. Salah satu kuncinya

tentu saja ada di pelayanan. Untuk itu, Yoga selalu

menjalin hubungan baik dengan pelanggannya.

“Saya selalu mengatakan kepada karyawan

saya bahwa pelanggan yang datang untuk bertanya

saja itu lebih baik daripada tidak ada yang datang

sama sekali,” ungkap pemuda yang punya hobi fotografer ini.

Yoga juga sadar bahwa keberhasilan dalam

berbisnis harus didukung oleh seluruh anggota tim

yang terdiri dan para karyawan. Sehingga dia

sangat memerhatikan kesejahteraan para

karyawannya. Dia juga ingin karyawannya sukses

 

dan suatu saat bisa memiliki usaha sendiri seperti

dirinya. Menurut Yoga, saat ini bukan zamannya lagi

orang sukses sendirian, para karyawan harus

menjadi bagian dari rencana sukses juga.

Selain berbinis perlengkapan dan aksesori sepeda motor,

 

Yoga juga merintis usaha grosir sepatu

bersama beberapa temannya. Saat ini, usaha

sepatunya tersebut menempati sebuah ruko di

kawasan bisnis Pasar Tanah Abang Jakarta.

Naluri bisnis Yoga makin terasah seiring dengan

perjaanan waktu. Dia sadar bahwa ketajaman naluri

bisnis yang bagus tidak dapat diraih dalam waktu

singkat. Sebagai wirausahawan, dia berusaha untuk

terus mengasah ketajaman naluri tersebut agar bisa

mengambil keputusan bisnis dengan tepat.

Menurut Yoga, dalam dunia wiraswasta, seorang

 

pengusaha tidak hanya bersaing dengan

perusahaan sejenis, tetapi juga harus bersaing

dengan keadaan dan situasi tertentu. Mulai dari

kondisi makro ekonomi, suhu politik, perubahan

kebijakan pemerintah dan sebagainya. Agar dapat

mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin

terjadi, seorang pengusaha perlu terus melatih naluri

 

kewirausahaannya,agar selalu siap

menghadapi kondisi apapun.

Seorang pengusaha perlu menyadani sepenuhnya

bahwa ketika memutuskan untuk menjadi pengusaha,

 

maka cara berpikir, berbicara, maupun bertindak

harus mencerminkan seorang pengusaha sejati.

Makin lama menekuni dunia wirausaha, makin

banyak pengalaman yang didapat, dan tentu makin tajamlah

 

nalurinya. Bagi Yoga, belajar bagi seorang pengusaha tidak

 

mengenal usia. Belajar bisa dilakukan setiap

saat, kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa

saja. Langsung terjun menjalankan bisnis juga

merupakan pembelajaran bisnis yang paling nyata.

Ketika sudah terjun langsung, informasi dan

pengetahuan yang terkait akan mengalir seperti air.

Apalagi jika didukung dengan banyak membaca buku

dan bergabung dengan komunitas pengusaha.

Sebagai pengusaha pemula, dengan cara belajar

tersebut, Yoga merasa lebih mudah mendapatkan

berbagai ilmu bisnis praktis yang dibutuhkannya.

“Kita dapat belajar dari kesalahan dan pengalaman

 

diri kita sendiri maupun dari pengalaman

orang lain, ungkap pemuda yang baru berusia 28

tahun ini. Belajar dari kesalahan dan pengalaman

orang lain adalah cara belajar yang paling mudah

dan murah. Walaupun pengalaman orang lain

tersebut mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi kita.

Belajar memang tidak pernah ada ruginya.

Seberapa besar pun biaya yang telah dikeluarkan.

Bila kita tidak belajar, biaya yang dikeluarkan untuk

sebuah pengalaman buruk pastilah akan jauh lebih

mahal dan menyakitkan. Yoga memang bukan yang

pertama dalam bisnis ini, tapi dia berusaha untuk

 

menjadi yang terbaik. Dalam perjalanan menuju ke

sana, dia pun tidak takut untuk tampil berbeda dengan yang lain.

Kesuksesan Yoga dalam mengembangkan diri

dan bisnisnya tidak lepas dari peran serta

keluarganya. Yoga sangat berterima kasih atas

dukungan yang luar biasa dari seluruh keluarga dan

calon istrinya. “Tanpa mereka, saya tidak bisa

seperti sekarang ini”, kata Yoga mengungkapkan

apresiasi untuk keluarganya.

 

Dari Buku: Rahasia jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan

No comments: