Semua manusia tentu menginginkan keberhasilan
dalam hidup. Untuk itulah setiap orang memiliki
cita-cita atau impian yang hendak direngkuhnya.
Demikian juga dengan Arya Yoga Rudhita, yang
akrab dipanggil Yoga, terus berjuang menggapai
impiannya. Kemauan dan mimpi-mimpinya yang
tinggi tak menyurutkan langkahnya untuk terjun
berbisnis, meski kecelakaan telah merenggut
sebagian daya kakinya untuk bergerak. Dua kakinya
saat ini memang lumpuh sehingga harus selalu
ditopang dengan sebuah kursi roda. Semangatnya
yang luar biasa untuk menggapai asa, mengalahkan
semua keterbatasan fisik yang menderanya. Dia
layak menjadi contoh pembelajaran
entrepreneurship bagi para kawula muda yang ingin
terus berkarya.
Saat ini, Yoga memang masih tercatat sebagai
mahasiswa di sebuah universitas swasta di Jakarta.
Ketertarikannya pada dunia bisnis membuatnya
mengambil jurusan manajemen pemasaran. Namun
di tengah kesibukannya, dia nekat mendirikan usaha
sendiri untuk mewujudkan cita-citanya.
Keterbatasan fisik benar-benar tidak mampu
menjadi penghalang baginya. Walaupun kemana-mana
dia harus memakai kursi roda, Yoga
tetap maju bertekad membangun kerajaan
bisnisnya. Dia pun berharap bisnis perlengkapan dan
aksesori sepeda motor yang dirintisnya bisa cepat
berkembang. Bio Motor Sport, nama toko yang
dipilihnya, kini menempati sebuah ruko yang
berlokasi di Jalan Raya Kalimalang nomor 75 Bekasi
Timur.
Walaupun saya masih pemula, saya bertekad
untuk menjadi seorang wirausahawan yang sukses,
tegas pemuda kelahiran Oktober 1979 ini.
Sebetulnya saya merasa agak terlambat saat
terjun dalam usaha ini, seharusnya saya
memulainya sejak dulu. But it’s better late than
never, tutur anak pertama dari dua bersaudara ini.
Bisnis perlengkapan motor di bawah bendera
Bio Motor Sport ini, pertama kali dirintisnya pada
2006. Keputusannya untuk memilih bisnis dalam
bidang ini tidak lepas dari kegemarannya naik motor
sejak dulu. Dia pun mempunyai mimpi untuk
membuka usaha di bidang perlengkapan motor itu.
Namun, setelah peristiwa kecelakaan yang
membuat kakinya lumpuh, Yoga sempat melupakan
mimpinya.
Awalnya dalam sebuah kesempatan, Yoga bertemu
dengan seorang teman yang mempunyai ide
untuk membuka usaha perlengkapan sepeda motor,
seperti helm, jas hujan, spion, hiasan plat nomor,
dan aksesori ringan lainnya. Setelah berdiskusi
mengenai prospek bisnis ini, Yoga berkesimpulan
bahwa usaha di bidang perlengkapan motor ini
cukup menjanjikan. Seiring meningkatnya jumlah
pengguna sepeda motor, otomatis kebutuhan
terhadap berbagai perlengkapan dan aksesori motor
akan terus meningkat. Saat membuka usaha ini
bersama temannya, investasi awal yang
dikeluarkannya tidak terlalu besar, sekitar Rp35 juta.
Sayangnya, bisnis yang dijalankan Yoga bersama
temannya ini tidak berjalan mulus. Dia telah
dibohongi oleh teman yang menjadi partner
bisnisnya. Rupanya teman Yoga melakukan mark-up
harga sewa toko, pembelian barang, dan
memunculkan biaya operasional yang sebetulnya tidak ada.
Yoga pun langsung penasaran. Akhirnya dia
turun sendiri menghubungi para supplier atau
distributor, dan menanyakan berbagai harga
pembelian untuk produk yang pernah dibelinya.
Ternyata harga sebenarnya jauh iebih murah dari
yang tertera di bon pembelian. Saat itu, Yoga
merasa sangat kecewa dengan partner bisnisnya.
Pengalaman pahit yang diaiaminya pertama kali
memulai berbisnis tersebut, memberikan pelajaran
berharga baginya tentang pentingnya membangun sebuah kepercayaan.
‘Saya tidak kapok. Justru makin semangat untuk
terus belajar. Saya bertekad untuk memulai dari
awal bisnis ini sendirian, cetus Yoga sambil
mengenang saat mencoba memulai bisnisnya sendiri.
Bulan pertama hingga ketiga, omzet penjualan
usahanya masih sangat kecil sehingga belum bisa
menutupi biaya operasional. Saat itu, Yoga memang
tidak menyebarkan brosur atau sarana promosi
lainnya untuk memperkenalkan toko aksesori
motornya. Walaupun dia sebetulnya cukup paham
tentang strategi pemasaran, tampaknya dia ingin
tokonya berkembang secara “alamiah” saja.
Baru seteiah berjalan tiga bulan, orang-orang
yang lewat di sepanjang Jalan Raya Kalimalang ini
mulai banyak yang mampir dan bertanya-tanya.
Lokasi tokonya yang persis di pinggir Jalan Raya
Kaiimaiang Bekasi Timur, memang boieh dibilang
sangat strategis. Setiap hari, jalan di depan
tokonya diiewati ribuan motor, baik dari arah
Jakarta maupun Cikarang. Letaknya yang tidak jauh
dan pintu toi Bekasi Timur, membuat tokonya
berada di antara sekian banyak tempat penitipan
motor yang bertebaran di kawasan itu.
Belajar dari pengaiaman pertamanya yang tertipu
dalam melakukan pembelanjaan ke supplier.
Yoga selalu mencari sumber supplier yang mampu
memberikan harga yang terbaik. Berkat
kegigihannya, dia kini mempunyai beberapa supplier
dengan harga yang sangat kompetitif. Dengan
menguasai mata rantai supplier tersebut, Yoga pun
mampu memberikan harga yang cukup kompetitif
kepada para konsumen. Harga yang murah tersebut
tak ayal lagi menjadi salah satu faktor larisnya
produk yang dijualnya.
Kesuksesan bisnis di bidang ini, selain ditentukan
oleh lokasi outlet yang strategis, juga didukung
oleh kepiawaian pemilik untuk selalu berkomunikasi
dengan para pecinta motor, atau komunitas
penggemar sepeda motor. Keakraban yang
dibangun dengan komunitas penggemar motor, akan
menjadi salah satu leverage atau daya ungkit bagi
pemasaran seluruh produk yang terkait dengannya.
Dengan demikian, secara otomatis Yoga bisa
mengetahui aksesori atau jenis perlengkapan motor
apa yang sedang ngetren.
Selain berjualan di outlet-nya sendiri, Yoga
juga sempat menitipkan barang dagangannya ke
teman-teman yang berjualan voucher dan aksesori
handphone, tetapi hasilnya ternyata kurang memuaskan.
Rencana ke depan, Yoga ingin mengembangkan
bisnisnya tersebut di kawasan jalur pantura dengan
menggandeng beberapa mitra. Dia melihat potensi
pasar di kawasan tersebut sangat besar. Para
anak muda di kawasan ini terkenal suka
‘mendandani’ motornya, tandasnya.
Saat ini Yoga memang lebih berkonsentrasi untuk
terus meningkatkan omzet tokonya. Hal ini tidak
lepas dari keinginannya untuk menjadi authorized
distributor untuk beberapa produk yang selama ini
dijualnya. Jika omzet sudah besar, para produsen
peralatan dan perlengkapan sepeda motor tentu
mau menunjuk toko saya menjadi distributor,
tambah Yoga dengan nada optimis.
Untuk mencapai tujuan tersebut, selain berjualan
secara offline, Yoga juga membuat website
untuk memasarkan produknya secara online. Melalui
website tersebut dia berharap bisa menjangkau
pasar yang lebih luas.
Dalam menjalani bisnis ini, Yoga benar-benar
mengandalkan kejujuran para karyawan. “Sejauh ini
alhamdulillah tidak ada masalah dengan mereka.
Saya mencoba mengontrol mereka melalui laporan
harian dan bulanan,” papar Yoga.
Dibantu dua orang karyawannya yang menunggu
toko secara bergantian, Yoga juga selalu
mengadakan stock opname setiap bulan untuk
mengontrol keluar masuknya barang. Walaupun
masih sibuk kuliah, Yoga masih sempat melakukan
pembelanjaan dan melakukan kontrol atas seluruh
barang yang ada di tokonya.
Harga produk yang dijual di tokonya berkisar
antara Rpl5 ribu hingga Rp5OO ribu. Barang yang
paling mahal adalah helm dengan kualitas yang
sangat bagus. Untuk menjual helm jenis ini, dia
harus pandai-pandai menjelaskan kepada calon
pembeli mengapa harga helm tersebut lebih mahal.
Hal ini tentu terkait dengan faktor perlindungan
yang lebih kuat dibandingkan dengan jenis helm lainnya.
Sebagaimana bisnis yang lain, usaha perlengkapan
dan aksesori motor ini ada kalanya ramai,
tapi ada juga masa-masa sepi. Biasanya omzet
melambung tinggi saat menjelang lebaran, karena
banyak orang yang membeli helm baru untuk pulang
kampung. Apalagi toko Yoga berada tepat di jalur
lalu lintas yang dilalui para pemudik. Hal ini
membuat pengunjung di tokonya sangat ramai
menjelang lebaran. Namun sebaliknya, saat setelah
lebaran, penjualannya turun tajam. Masa sepi ini
biasanya bisa berlangsung hingga dua bulan.
Berdasarkan pengalamannya selama ini, Yoga
kini bisa mengetahui kapan harus menyiapkan stok
yang banyak untuk waktu tertentu, dan bagaimana
strategi mempertahankan omzet jika musim paceklik
penjualan tiba. Toko yang biasa buka dari jam
delapan pagi hingga jam sembilan malam itu pun,
kini semakin punya banyak pelanggan.
Sebenarnya, saat ini memang sudah banyak
orang yang terjun dalam bisnis perlengkapan dan
aksesori sepeda motor, khususnya di sepanjang
Jalan Raya Kalimalang ini. Namun, Yoga tidak
pernah khawatir dengan tingkat persaingan yang
semakin ketat. Dia selalu memandang positif sebuah
persaingan. Dengan adanya pesaing, kita justru
dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif, ujar Yoga
menanggapi menjamurnya pesaing di bisnis ini.
Sadar akan kondisi persaingan tersebut, Yoga
selalu berusaha untuk menciptakan pelayanan yang
unik. Hal ini dilakukannya untuk membedakan diri
dengan pesaing lainnya. “Saya tidak ingin sekadar
berjualan barang saja. Saya ingin memberikan value
lebih kepada para pelanggan saya,” ujar pemuda
yang selalu berkacamata ini.
Menurut Yoga, menjadi berbeda itu lebih penting
daripada sekadar memberikan harga yang lebih
murah. Persaingan yang hanya menekankan pada
harga justru bisa memperparah kondisi menuju
perang harga yang tidak sehat. Yang penting,
harga harus tetap bersaing, tetapi ada nilai tambah
lain yang tidak dimiliki pesaing. Salah satu kuncinya
tentu saja ada di pelayanan. Untuk itu, Yoga selalu
menjalin hubungan baik dengan pelanggannya.
“Saya selalu mengatakan kepada karyawan
saya bahwa pelanggan yang datang untuk bertanya
saja itu lebih baik daripada tidak ada yang datang
sama sekali,” ungkap pemuda yang punya hobi fotografer ini.
Yoga juga sadar bahwa keberhasilan dalam
berbisnis harus didukung oleh seluruh anggota tim
yang terdiri dan para karyawan. Sehingga dia
sangat memerhatikan kesejahteraan para
karyawannya. Dia juga ingin karyawannya sukses
dan suatu saat bisa memiliki usaha sendiri seperti
dirinya. Menurut Yoga, saat ini bukan zamannya lagi
orang sukses sendirian, para karyawan harus
menjadi bagian dari rencana sukses juga.
Selain berbinis perlengkapan dan aksesori sepeda motor,
Yoga juga merintis usaha grosir sepatu
bersama beberapa temannya. Saat ini, usaha
sepatunya tersebut menempati sebuah ruko di
kawasan bisnis Pasar Tanah Abang Jakarta.
Naluri bisnis Yoga makin terasah seiring dengan
perjaanan waktu. Dia sadar bahwa ketajaman naluri
bisnis yang bagus tidak dapat diraih dalam waktu
singkat. Sebagai wirausahawan, dia berusaha untuk
terus mengasah ketajaman naluri tersebut agar bisa
mengambil keputusan bisnis dengan tepat.
Menurut Yoga, dalam dunia wiraswasta, seorang
pengusaha tidak hanya bersaing dengan
perusahaan sejenis, tetapi juga harus bersaing
dengan keadaan dan situasi tertentu. Mulai dari
kondisi makro ekonomi, suhu politik, perubahan
kebijakan pemerintah dan sebagainya. Agar dapat
mengantisipasi setiap perkembangan yang mungkin
terjadi, seorang pengusaha perlu terus melatih naluri
kewirausahaannya,agar selalu siap
menghadapi kondisi apapun.
Seorang pengusaha perlu menyadani sepenuhnya
bahwa ketika memutuskan untuk menjadi pengusaha,
maka cara berpikir, berbicara, maupun bertindak
harus mencerminkan seorang pengusaha sejati.
Makin lama menekuni dunia wirausaha, makin
banyak pengalaman yang didapat, dan tentu makin tajamlah
nalurinya. Bagi Yoga, belajar bagi seorang pengusaha tidak
mengenal usia. Belajar bisa dilakukan setiap
saat, kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa
saja. Langsung terjun menjalankan bisnis juga
merupakan pembelajaran bisnis yang paling nyata.
Ketika sudah terjun langsung, informasi dan
pengetahuan yang terkait akan mengalir seperti air.
Apalagi jika didukung dengan banyak membaca buku
dan bergabung dengan komunitas pengusaha.
Sebagai pengusaha pemula, dengan cara belajar
tersebut, Yoga merasa lebih mudah mendapatkan
berbagai ilmu bisnis praktis yang dibutuhkannya.
“Kita dapat belajar dari kesalahan dan pengalaman
diri kita sendiri maupun dari pengalaman
orang lain, ungkap pemuda yang baru berusia 28
tahun ini. Belajar dari kesalahan dan pengalaman
orang lain adalah cara belajar yang paling mudah
dan murah. Walaupun pengalaman orang lain
tersebut mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi kita.
Belajar memang tidak pernah ada ruginya.
Seberapa besar pun biaya yang telah dikeluarkan.
Bila kita tidak belajar, biaya yang dikeluarkan untuk
sebuah pengalaman buruk pastilah akan jauh lebih
mahal dan menyakitkan. Yoga memang bukan yang
pertama dalam bisnis ini, tapi dia berusaha untuk
menjadi yang terbaik. Dalam perjalanan menuju ke
sana, dia pun tidak takut untuk tampil berbeda dengan yang lain.
Kesuksesan Yoga dalam mengembangkan diri
dan bisnisnya tidak lepas dari peran serta
keluarganya. Yoga sangat berterima kasih atas
dukungan yang luar biasa dari seluruh keluarga dan
calon istrinya. “Tanpa mereka, saya tidak bisa
seperti sekarang ini”, kata Yoga mengungkapkan
apresiasi untuk keluarganya.
Dari Buku: Rahasia jadi Entrepreneur Muda – Kumpulan kisah para pengusaha muda yang sukses berbisnis dari nol, Penulis: Faif Yusuf, Penerbit: DAR! Mizan
No comments:
Post a Comment