Wednesday, June 6, 2012

Yohan Tirta Wijaya, Pemilik Konsultan Arsitektur CV. Genesis Plus:Berkarya mewarnai Indonesia

Ia bisa memilih hidup ‘aman’ dengan menjadi karyawan di sebuah biro arsitek di Singapura. Namun, menjadi mengusaha memberikan tantangan dan kesempatan yang menurutnya tak terbatas. Modal utamanya : tekad, kreativitas, dan pemanfaatan aset yang telah dimilikinya. Dari garasi orang tua di Bandung, biro arsitenya kini telah dapat menangani proyek di Medan, Padang, hingga Balikpapan.



APABILA KEBANYAKAN ORANG tua tidak mcnihil­anaknya berwirausaha saat dewasa, sejak belia Yohan Tirtawijaya telah dilatih mendukung usaha kedua orang tuanya. Pembelajaran etos kerja keras dan pantang menyerah sudah dirintisnya sejak ia mulai dapat memahami usaha orangtua yang, menjalankan usaha toko grosir. "Ayah saya adalah seorang pekerja keras. Saya ingat hari Minggu pun beliau bekerja demi mencari nafkah untuk keluarga," kenang Yohan akan ayahnya yang memiliki jam terbang tinggi dan pernah jatuh bangun dalam menjalankan usaha.

Etos kerja sedemikian rupa itu diwariskan kedua orangtuanya. Sewaktu masa sekolah, seringkali Yohan diminta membantu melayani pembeli ataupun sekadar membantu apa saja yang bisa dikerjakan. Begitu tekunnya ia membantu orangtua, pada usia 15 tahun ia sudah bisa mengendarai mobil karena tiap hari menjadi kenek – membantu sopir mengirim barang ke konsumen yang letaknya di pinggiran kota. Hidup tidaklah gampang - barangkali itulah the moral of story diajarkan kedua orangtuanya.

Uniknya, pengalaman masa kecil itu menuai ‘ideologi’ Yohan yang baru. "Saya berketetapan tidak suka berjualan karena hanya melakukan rutinitas yang membosankan dan kurang menantang."



TERINSPIRASI RICHARD GERE

Barangkali karena tertantang mencari pengalaman baru itulah Yohan sempat bingung ketika akan memilih jurusan pada saat hendak kuliah. Namun, sebuah film yang dibintangi RichardGere mendadak mengilhamkan sesuatu baginya. Richard Gere yang sedang memerankan seorang arsitek memamerkan karya menarik berbentuk maket. Maket itulah yang lantas membuat Yohan berketetapan hari untuk menjadi seorang arsitek.

Yohan melihat betapa menantang profesi seorang arsitek. Pada setiap proyek, selalu ada desain yang berbeda. Inilah tanda yang menurutnyamerupakan kompatibilitas dengan karakternya."Profesi ini jauh dari membosankan, bahkan memberikan kepuasan yang bakal menyenangkan," demikian pikirnya saat itu mendorongnya kuliah di jurusan Teknik Arsitektur ITB Bandung.

Richard Gere yang sedanng memerankan seorang arsitek yang memamerkan karya menarik berbentuk maket. Maket itulah yang lantas membuat Yoh berketetapan untuk menjadi seorang arsitek

Namun, jalan hidup tak selamanya mulus. Tepat pada 1998, badai krismon alias krisis moneter menerpa lautan ekonomi Indonesia. Tiba‑tiba saja, profesi arsitek sepertinya tak lagi menjanjikan. Ketika satu demi satu perusahaan properti berguguran. pembangunan perumahan banyak yang tertunda. Menurut Yohan, sekitar 90% teman-temannya
yang lulus dari jurusan Teknik Arsitektur akhirnya menerima pekerjaan apapun asal bisa bekerja. Namun, untunglah ia memperoleh kesempatan bekerja di sebuah biro konsultan desain arsitektur PMA (Penanaman Modal Asing) di Bandung yang saat itu sedang menangani proyek hotel Chedi. Selama setahun ia pun terlibat dalam design
developnent
hotel tersebut di Hang Zhou, Cina. Baginya, pengalaman bekerja dalam tim yang dikepalai oleh arsitek senior asal Yugoslavia dan Prancis itu merupakan pengalaman berharga untuk belajar mengenal proses produksi sebuah kantor konsultan arsitek.





BIODATA

YOHAN TIRTAWIJAYA

Lahir: Bandung, 17 November 1976 Email: yohan@bdg.cetrin.net.id



PENDIDIKAN:

2005 S2 Prasetya Mulya Business School-, Jakarta

1998 S1 ITB Jurusan Teknik Arsitektur



NAMA USAHA:

Konsultan Arsitektur CV. Genesis Plus: architecture-interior­contractor

Website: www.genesisplus.co.id

Alamat: Paskal Hypersquare A 20 Lt. 4, Ji. HOS Cokroaminoto 25-27, Bandung, Jawa Barat.

Telp/Fax. : 022 70500599. Hp: 0811 229525. Email: genesis@bdg.centrin.net.id



PENGHARGAAN:

2008 Finalis Wirausaha Wirausaha Muda Mandiri

2008 Pemenang Sayembara Desain Gereja GKI Anugerah – Bandung

2008 10 Desain Terbaik Lomba Desain Dapur Gramedia- Seri Rumah Ide, Imelda Akmal

Architecture



KARIER/PROFESI:

2000 Asisten Arsitek di ACI Architect Singapore

1998 Junior di Denniston Consultant Ltd. Bandung


Merasa sudah memperoleh bekal pengalaman, Yohan memberanikan diri membuka biro konsultan arsitek sendiri. Kesempatan itu datang ketika ia bekerja, ia memenangkan sayembara gereja GKI Anugerah di Jalan Protokol Bandung. Pada pandangannya inilah proyek perdana yang bisa dijadikan momentum awal usaha Bermodalkan proyek ini, sisa gaji bulan terakhir dijadikan modal usaha. "Uangnya tidak sampai sejuta rupiah, tapi saya bertekad bulat akuisisi garasi milik orang tua sebagai ruang kerja," katanya tertawa mengenang. Itulah asal mulanya ia mendirikan biro konsultan anti Genesis Architects.

Ternyata tekad bulat bukan satu-satunya modal yang diperlukan untuk memulai usaha. Selama setahun, ia hanya mendapatkan beberapa proyek desain rumah tinggal yang bisa dihitung dengan jari "Saat itu, memang saya tidak punya rencana marketing, finansial, maupun pengembangan usaha. Dalam bayangan saya, proyek akan datang dengan sendirinya. Wah, ternyata itu hanya mimpi di siang bolong" tambah Yohan. 'Statusnya' sebagai self employee tidak lantas berganti ke kuadran employer karena jumlah order tak kunjung bertambah. Dengan kondisi yang tidak maju-maju dan putus asa, lama-lama ia tergiur dengan cerita teman-temannya yang bekerja di luar negeri dan membawa pulang dolar yang makin lama semakin berharga dibanding­kan rupiah saat itu.

Modal tekad bulat akhirnya berganti menjadi nekat bulat untuk mencari pekerjaan ke Singapura, demikian Yohan menggambarkan situasinya saat itu. Tanya ada jaminan mendapatkan pekerjaan di negeri jiran yang makmur itu, ia langsung melamar ke perusahaan konsultan secara door to door. Memperoleh tiga kali kesempatan interview, dalam waktu dua minggu akhirnya ia diterima bekerja di sebuah konsultan lokal ACI Architects.

Saat itu, barulah Yohan merasakan senangnya hidup mapan sebagai asisten arsitek. Namun, ia tetap memiliki biro arsitek sendiri.

Wah, ternyata itu hanya mimpi di siang bolong,” tambah Yohan. ‘Statusnya’ sebagai self employee tidak lantas berganti ke kuadran employer karena jumlah order tak kunjung bertambah









INDAHNYA MENTAL PENGUSAHA

Pengalaman setahun di Singapura membukakan mata Yohan bahwa membuka usaha sendiri di Indonesia jauh lebih terbuka. Berbekal pelajar­i hurl kegagalan pertama, ia kini menyadari bahwa ketrampilan dan hobi mendesain saja tidak cukup untuk membuka usaha. sendiri. "Perlu diper­lengkapi dengan kemampuan mendapatkan konsumen," Yohan berilham.

Tentu saja bukan berarti godaan tak pernah datang. Bergaul dengan teman-teman yang bukan pengusaha - kebanyakan mereka memilih bekerja sebagai karyawan - sesekali membuatnya berpikir apakah jalan ini sudah benar. Apalagi, pada awal-awal ia merintis usaha - apalagi tanpa modal- arus kas masih pas-pasan alias nyaris tidak ada sisanya untuk keperluan sendiri. Prioritasnya adalah, "Membayar gaji seluruh karyawan terlebih dulu, baru kita bisa menikmati sisanya. Pada saat inilah keyakinan untuk lanjut bertahan atau keluar berwirausaha berada di ambang kritis. Apalagi saat bergaul dengan teman-teman karyawan yang ke­lihatansudah nyaman dengan gaji yang diterima," katanya mengenang.

Namun Yohan kembali lagi kepada target yang telah dicanangkan sendiri. Brand Genesis yang telah dikibarkannya, harus berdiri. Usaha jasa di bidang arsitektur, interior, dan konstruksi ini, harus eksis! Mulailah ia melakukan pengembangan usaha dengan membuat sendiri produksi pesanan mebel dan konstruksi bangunan. Dari tiga divisi [divisi Irktur-arsitektur-interior-kontraktor] yang dikembangkan, tiap divisi memiliki SDM kompeten untuk mengelola pekerjaan masing-masing.

Namun, seperti pengalaman sang ayah yang jatuh bangun, Yohan pun mengalaminya. Pada suatu hari tiba-tiba saja ia dipercaya mengerjakan seluruh furnitur sebuah rumah dengan total nilai proyek ratusan juta. Karena belum berpengalaman, akhirnya proyek tersebut selesai dalam waktu setahun dengan harga-harga barang yang sudah naik. Kesempatan berkembang berubah menjadi kekecewaan karena konsumen tidak puas dengan lama pengerjaan dan kualitas pengiriman.



MENAMBAH KEAHLIAN

Dari kekecewaan itu, Yohan menyadari bahwa is perlu belajar lebih banyak untuk memberikan layanan yang lebih baik dan berkembang lebih pesat. Dengan kondisi usaha yang seadanya sambil bekerja di waktu siang ia melanjutkan studi S2-nya di Prasetya Mulya Business School di Jakarta setiap malam. Impiannya adalah melengkapi ilmu dasar arsiteknya dengan pengetahuan manajemen bisnis yang dibutuhkan.

Lambat laun, prinsip-prinsip Yohan mengenai bisnis semakin jelas. Salah satunya adalah, apabila usaha dijalankan dengan benar maka perlu ada kejelasan target market agar usaha marketing yang dilakukan dapat sesuai dengan target market yang dituju. Sambil belajar ilmu-ilmu marketing di tempat kuliah, ia langsung mencoba menerapkannya di tempat usaha. Dari mencoba  berpromosi dengan mengikuti pameran desain di Jakarta, mempublikasikan karya-karyanya lewat kerja sama dengan pihak media, hingga bekerja dengan developer ternama untuk membuat show unit interior hingga talon konsumen dapat melihat dan merasakan secara langsung kualitas produksi interior Genesis.

Siapa menabur benih dia juga yang akan menuai panen. Ungkapan itu juga berlaku pada pengalaman hidup Yohan. Selama beberapa tahun terakhir ia menuai sukses yang cemerlang. Dari kegiatan promosi aktif menjemput bola Yohan mulai meluaskan target market ke luar Bandung.



Siapa menabur benih, dia juga yang akan menuai panen. Dari kegiatan promosi aktif menjemput bola, Yohan mulai meluaskan target market ke luar Bandung. Proyek yang dikerjakan pun meluas mulai dari Medan, Padang, Batam, Jabodetabek, hingga ke Balikpapan.

Proyek yang dikerjakan pun meluas mulai dari Medan, Padang, Batam, Jabodetabek, hingga ke Balikpapan. Istilah 'jago kandang', tidak ada dalam kamus perusahaannya. Bahkan salah satu klien yang menggunakan jaanya berasal dari Hong Kong dan Malaysia. Pengalaman bekerja di Singapura yang cuma setahun seolah-olah menjadi tempat pembelajaran untuk bisa berbisnis dengan klien luar negeri.

Ilmunya - dari teori maupun pengalaman - menelurkan strategi yang jitu. Di antaranya, perusahaannya menyediakan produk dan layanan jasa dengan cara yang kreatif, inovatif, dan affordable alias harga terjangkau. Nama usahanya pun berubah pada tahun 2007 dari CV. Genesis menjadi CV. GENESISPLUS, karena adanya filosofi ingin memberikan nilai tambah dalam tiap layanan dan produknya. Dengan pada fokus target konsumen end user dan retail ia kini lebih banyak menangani proyek bangunan berskala 15-20 tukang bangunan dengan durasi proyek 3-6 bulan, dan rata-rata proyek interiornya melibatkan  8-10 tukang kayyu dengan finishing sampai 1 bulan ia lebih terarah menetapkan strategi strategi marketing. Modal 10 juta yang ditanam 7 tahun lalu kini tumbuh dan berkembang berlipat-lipat.

"Bahkan strategi bisnis juga langsung saya terapkan pada calon istri saya yang saat itu berprofesi sebagai guru les piano privat," kata Yohan yang menikah dengan Elsye Elisabeth Winata. Profesi sang istri ditanganinya langsung. Mulai dari sewa tempat, membeli peralatan musik dan fasilitas lainnya hingga overhead untuk membiayai SDM, "Puji syukur kepada Tuhan karena kesabaran dan ketekunan mengelola usaha kedua dengan modal hobi istri saya ini bisa membuahkan hasil," ungkapnya lagi.

Semua hasil karya desain rumah dan interior ditujukan agar pemakai dapat merasakan kualitas desain yang baik. Idealisme itu pula yang ia sematkan dalam produk unggulan yang membuatnya terpilih sebagai finalis tingkat nasional WMM Mandiri dari Bandung.

Tapi penghargaan sebagai finalis WMM tidak menjadikan Yohan berpuas diri. Sebab respons Yohan tentang sukses sederhana saja; syukuri kesuksesan yang telah tercapai, namun tetap ingat masih banyak anak tangga tantangan dan kesuksesan lainnya yang menunggu untuk dicapai. Masih banyak ruang untuk peningkatan kualitas layanan dan improvisasi dengan semangat untuk menjadi yang terbaik.



Hukum Wirausaha #12

Berpikir Pasar



Salah satu cara untuk memaksimalkan cara berpikir pasar dan berpikh realistic adalah dengan menghubungkan  sumber-sumber daya pada pasar dan tujuannya.

- Rhenald Kasali



WIRAUSAHA BUKANLAH SEORANG yang selfish atau narcis, la adalah seorang yang memikirkan orang lain, yaitu pasar adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kebutuhan -kebutuhan dan keinginan-keinginan yang belum tentu sama kebutuhan/keinginannya dengan kebutuhan wirausaha.

Cara berpikir usahawan berbeda dengan profesionalisme  eksekutif, karena pertama-tama is mencari pasar lebih dulu. Pasar yang didapat adalah wujud kepercayaan didapat baru barang diproduksi dan modal dicari. Semua itu awalnya adalah kepercayaan. Di tengah-tengah banyak persoalan-persoalan kredibilitas, maka siapapun yang dapat mengedepankan kepercayaan memiliki masa depan.

Sebaliknya professional selalu berpikir linear kumpulkandata, cari modal, lakukan produksi, dan pemasaran bila modal telah tersedia.

Ada tiga hal yang dapat dipelajari. Pertama, kita tidak bisa hanya meniru dari apa yang sudah dilakukan orang lain. Bisnis peniruan akan terkesan murahan tak punya harga diri dan melanggar etika. Sebaliknya, segala sesuatu yang sulit hanya akan sulit di depan namun akan berujung jadi mudah dan akan jadi enak nantinya. Every beginning is difficult.

Yang kedua, ketika kita mengembangkan sesuatu yang tidak dikenal, pasti juga tidak mudah dikenal orang. Oleh karena itu diperlukan upaya yang luar biasa. Tidak bisa dengan cara-cara yang biasa. Harus secara luar biasa. Setiap pelukis itu memerlukan etalase. Kalau seseorang menjadi pelukis dan lukisannya ticlak pernah ditaruh di etalase tidak akan menarik. Yohan Tirtawijaya melayani segmen-segmen tertentu agar karya-karyanya mudah di­lihat orang. Restoran, tempat tinggal, dan kantor, ia sulap menjadi gedung yang unik yang menimbulkan keserasian dan mempunyai ciri khas.

Yang ketiga, masalah modal. Biasanya, orang yang berpikir secara biasa itu adalah cari dulu modalnya, baru cari pasarnya. Kalau sekarang paradigmanya sudah harus dibalik. Pasarnya lebih dulu, uangnya mengikut. Pasarnya ada, uangnya akan mengikut. Dari mana uangnya? Karena kita bisa dipercaya. Maka raihlah kepercayaan, baliklah cara berpikir, supaya kita meraih keberhasilan.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 1: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

1 comment:

coki said...

Ini bener2 Kisah nyata