BONITA DALAM BAHASA Spanyol berarti wanita jelita. Nama inilah yang begitu lekat dan tak bisa dipisahkan dari Jefri Van Novis, pria lajang kelahiran Bukittinggi 27 tahun yang lalu. Ke mana-mana ia selalu membawa pakaian dalam wanita. Bahkan di pasar grosir Aur Kuning di Bukittinggi dan berbagai pasar di Padang, Sumatera Barat, Jefri identik dengan Bonita.
Meski begitu, jangan burn-burn salah sangka dan menudingnya banci. Bila ia selalu membawa-bawa pakaian dalam wanita, itu karena urusan bisnis semata. Tegasnya, bisnisnya adalah jual beli produk pakaian dalam wanita bermerek Bonita. Bisnis ini ditekuninya sejak menjelang ia masuk perguruan tinggi.
Usai menamatkan pelajaran di SMU Negeri 3 Bukittinggi, pada tahun 2000, meski sangat ingin, Jefri yang termasuk murid terpandai di sekolahnya ini tak terlalu yakin ia bisa melanjutkan studi ke universitas. "Dari mana biayanya, orangtua saya bukan orang berada," kenangnya. Meski begitu, ia tetap mengikuti SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan mengincar salah satu fakultas terfavorit di perguruan tinggi terfavorit di Sumatera Barat. Syukur kepada Allah, "Ketika hasil SPMB diumumkan, nama saya tercantum di daftar mereka yang diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang," ujarnya.
Meski senang dan bangga, namun membersit juga rasa khawatir: bagaimana membayar biaya kuliah yang terbilang tinggi bagi keluarganya, serta biaya hidup selama berkuliah di Padang. Maka muncullah gagasan untuk berkuliah sambil berdagang. "Semua keluarga mendukung pilihan ini. Apalagi keluarga kami memang berlatar belakang pedagang," tuturnya.
Modalnya adalah tekad dan kepercayaan dari kakak sepupunya, karena Jefri tak memiliki modal sepeser pun. la mendapat kredit selama satu minggu.
Maka jadilah Jefri pedagang produk pakaian dalam wanita - bra, celana dalam, korset, dan sejenisnya - merek Bonita, yang diproduk kakak sepupu di Jakarta. Modalnya adalah tekad dan kepercayaan dari kakak sepupunya, karena Jefri tak memiliki modal sepeser pun. la mendapat kredit selama satu minggu. Jadi produk yang diambilnya baru dibayar seminggu kemudian.
Untuk mencari uang guna membayar uang masuk kuliahnya, Jefri langsung bergerak memasarkan produk bagi kalangan menengah ke bawah ini di pasar Aur Kuning, Bukittinggi, pasar grosir terbesar di Sumatera Barat. Lokasi pasar ini sangat strategic, tak jauh dari terminal bis antarkota, sehingga membuatnya semakin ramai dikunjungi. Banyak pedagang dari daerah-daerah lain yang datang berbelanja ke pasar ini untuk didistrusikan ke berbagai kota lainnya.
Jefri memang tipikal orang Minang asli, ulet dan pantang menyerah. Hari pertama menginjak kota Padang, ia langsung memasarkan produk ini. Semua peluang dijajalnya. Selain memasok toko-toko grosir, juga memasarkan ke pedagang eceran dan kaki lima - tentunya dengan harga yang berbeda, sehingga ia mendapatkan margin lebih besar lagi. Semua toko di Padang ditawarinya.
Tanggapannya sangat beragam. "Ada yang suka dan memuji, tak ada juga yang meremehkan produk kami," katanya. Namun berbagai sambutan miring itu tak mampu mematahkan semangatnya. "Kalau kita menawarkan 10 toko saja, mudah-mudahan ada satu yang membeli produk kami," ujarnya. Karena ia menawarkan ke ratusan toko, maka jumlah toko yang berkenan membeli produknya pun lumayan banyak.
BIODATA
JEFRI VAN NOVIS, SE
Bukittinggi, 16 November 1981
Alamat: JL. By Pass Pasar Aur Kuning, Bukittinggi Sumatera Barat
PENDIDIKAN:
S1 Universitas Andalas
NAMA USAHA:
PT. Bonita Anugrah Pratama Tour And Travel
Deskripsi usaha: Penjualan Tiket Pesawat, Paket Tour, Umrah, Haji Plus, Rental Mobil dan Voucher Hotel
Alamat: Bukittinggi, Padang, Payakumbuh dan Jakarta. HP. 0812 672 1668
PENGHARGAAN:
2008 Finalis Wirausaha Muda Mandiri 2008
Top Ten Tour and Travel in West Sumatera dari Dinas Pendidikan Darah Perak Malaysia
Ke kampus pun ia tak ragu membawa barang dagangannya ini dan menawarkannya kepada rekan kuliahnya. Sambutan teman-temannya pun beragam, adanya yang salut terhadap semangatnya dan ada pula yang melecehkan. "Saga sempat dijuluki tauke bra. Biar saja, saya malah menikmatinya," ujarnya santai. Malah julukan itu membuat Jefri dan dagangannya kian dikenal. "Banyak juga rekan-rekan wanita yang memesan dagangan saya," katanya. Belakangan, ketika usahanya kian berkembang, koleganya yang sempat melecehkan itu malah berbalik salut kepadanya.
Meski sangat sibuk berbisnis, bukan berarti kuliahnya diabaikan. Bahkan Jefri mampu menyelesaikan studinya di Jurusan Manajemen Pemasaran hanya dalam tempo 3,5 tahun. IPK (Indeks Prestasi Kumulatif)-nya pun terbilang tinggi, 3,3 dari skala 4.
Untuk bisa menyelesaikan kedua kegiatan - kuliah dan berbisnis - dengan baik, Jefri memang harus sangat disiplin membagi waktunya. Tiada kata berleha-leha dalam kamus Jefri. Tiap Senin hingga Jumat, sejak pagi hingga sore ia kuliah dengan tekun. Sore hari ia berkeliling Pasaraya Padang menagih pembayaran produknya kepada toko-toko yang mengambil produknya. Jumat sore ia pulang ke Bukittinggi, membawa uang untuk disetorkan, sekaligus mengambil produk barn untuk dipasarkan.
Sebelum pulang ke Bukittinggi, Jefri biasanya mendatangi satu semi satu toko yang biasa dipasoknya. "Cari order," katanya. Minggu sore ia telah ada di Padang kembali untuk menyerahkan pesanan pelanggan-pelanggannya. "Begitulah saya setiap minggu," katanya. Toh di Bela-Bela kepadatan jadwalnya ini ia masih menyempatkan kursus bahasa Inggris. "Ini merupakan modal penting dalam menghadapi persaingan global," katanya.
Usai berkuliah pada tahun 2004, Jefri masih tetap memasok barang dagangannya ke Padang. Namun sehari-hari ia lebih banyak berada di Bukittinggi, membantu kakaknya berdagang pakaian dalam di pasar Aur Kuning. Sambil membantu kakaknya ini ia mempelajari seluk-beluk pasar grosir terbesar di Sumatera Barat ini dan mencoba mengenali potensi-potensi bisnis yang bisa digali dari jejaring yang dikembangkannya di sana.
Akhirnya pada tahun 2006 ia pun merasa mantap untuk membangun bisnisnya sendiri yang terpisah dari sang kakak. Bisnis pakaian dalam ditinggalkannya, semua pelanggannya diserahkan kepada kakaknya itu. Namun ada satu yang tak bisa dilepasnya: nama Bonita, yang dipandangnya sudah melekat dengan personal brandnya dan membawa hoki. Perusahaannya yang bergerak di industri perjalanan dan wisata diberinya nama Bonita Tour and Travel. Perusahaan ini terutama melayani pemesanan tiket pesawat udara untuk tujuan ke dalam maupun ke luar negeri.
Dengan modal yang tidak terlalu banyak, Jefri merintis usaha barunya dengan menjadi subagen penjualan tiket pesawat. Setelah setahun menjadi subagen, Jefri bisa mewujudkan keinginannya menjadi agen resmi. "Sebagai agen resmi, kita bisa menikmati komisi penuh, Berta mendapat sejumlah insentif lainnya," katanya.
Pada April 2007 ia menggandeng sang kakak untuk mendirikan perseroan terbatas sebagai syarat untuk bisa menjadi agen resmi. Di sini pun ia merangkak dari bawah. Karena modalnya terbatas, ia hanya bisa mengajukan agen satu demi satu maskapai. Berawal dari Mandala Airlines, lalu Batavia Air. Namun berkat kegigihan menjual tiket, kemudian satu demi satu penerbangan lainnya - termasuk maskapai besar seperti Garuda Indonesia - mulai mempercayakan penjualan tiket mereka kepada Bonita.
Potensi bisnis di sektor ini terbilang besar. Orang Minang dikenal sebagai perantau yang kerap bepergian ke seantero pelosok Nusantara - bahkan juga ke mancanegara - untuk berniaga dan menggerakkan roda bisnis mereka. Dengan jejaring lugs di kalangan para pedagang besar dan grosir di Pasar Aur Kuning, Jefri bisa meraup peluang itu. Hubungan baiknya dengan sejumlah perusahaan dan instansi pemerintah juga membuat banyak di antara organisasi tersebut yang memesan tiket kepadanya. "Alhamdulillah, cukup banyak yang mempercayakan semua urusan perjalanan penerbangannya. kepada Bonita," ungkap Jefri. Di antaranya ada perusahaan CNI, Tupperware, sejumlah showroom mobil di Bukittinggi, dan sekretariat DPRD Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Bahkan ia juga meraih kepercayaan dari Jabatan Pendidikan Perak Darul Ridzuan, Malaysia, karena mampu memberikan layanan yang sangat memuaskan kepada tiga rombongan dari Malaysia yang berkunjung ke Bukittinggi.
Jefri mengakui, ketatnya persaingan antarmaskapai penerbangan dan banyaknya bis antarkota antarprovinsi membuat margin dari penjualan tiket perjalanan udara makin lama makin kecil. "Tapi jika kita geluti secara serius, lama-lama pelanggan kita kita makin banyak dan hasil hasilnya pun makin banyak," ujarnya.
Setiap bulannya kini rata-rata Bonita bisa menjual sekitar seribu tiket ke berbagai destinasi. Sekitar 70% pelanggannya berasal dari lingkungan Pasar Aur Kuning, selebihnya dari berbagai instansi dan perusahaan swasta. Selain menjual tiket perjalanan udara seluruh maskapai penerbangan domestik dan sebagian penerbangan internasional, kini Bonita menjual paket perjalanan wisata, perjalanan ibadah umrah, haji ONH plus, serta rental mobil dan voucher hotel.
Berbeda dengan kebanyakan biro perjalanan di Bukittinggi dan sekitarnya, yang sekadar menyediakan tiket, Bonita Tour and Travel memberi sejumlah nilai tambah dengan menyediakan travel untuk antarjemput dari Bukittinggi ke Bandar Udara Minangkabau Padang yang berjarak lebih kurang 100 km. Untuk pembelian 10 tiket sekaligus, ia juga memberi satu tiket travel gratis. Ia juga bersedia mengantarkan tiket yang dibeli ke alamat pelanggan. "Pemesanan bisa dilakukan melalui telepon atau SMS," katanya. "Kami juga menyediakan hotline service untuk pemesanan maupun keluhan."
Setiap bulannya kini rata-rata Bonita bisa menjual sekitar seribu tiket ke berbagai destinasi. Sekitar 70% pelanggannya berasal dari lingkungan Pasar Aur Kuning.
Kesungguhan Jefri membesarkan Bonita terlihat dari berbagai upaya promosi yang dilakukannya. Seluruh ilmu yang dipelajarinya di perguruan tinggi, dan yang dipetiknya dari pengalaman langsung berbisnis sejak semester pertama kuliah diterapkannya untuk memperkenalkan, menarik perhatian, membujuk, dan membangun loyalitas pelanggan. Secara teratur ia rajin mengunjungi langganan perusahaannya untuk mengakrabkan hubungan, sekaligus `menjemput bola' jika ada kebutuhan tiket. "Untuk langganan saga juga tidak mengenakan biaya pembatalan (cancelation fee) pesanan tiket," kata Jefri. Se-lain itu, pembayaran tiket juga tak harus tunai. "Bonita bisa memberi waktu tenggang beberapa hari."
Jefri tak ragu menyebarkan 2 ribu brosur ke berbagai toko di Aur Kuning dan menempel stiker promosi di angkot-angkot. Ia juga menggencarkan promosi dari mulut ke mulut, beriklan secara teratur di media cetak dan radio lokal, serta aktif membuka stand atau booth di berbagai pameran usaha. Jefri juga menerapkan memberikan bonus point untuk setiap pembelian tiket, travel, atau sewa mobil di Bonita. Untuk pelanggan yang mengumpulkan 88 point pesawat ia memberikan satu tiket gratis untuk ruse yang sama.
Sukses membesarkan Bonita di kota asalnya, Jefri bertekad merentangkan sayapnya ke Jakarta dan akan membuka cabang di berbagai kota lainnya. Di Jakarta, misalnya, akhir Mares lalu ia membuka cabang di Pasar Blok A, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kita tabu lokasi ini sangat strategic karena merupakan pusat bisnis grosir yang bukan saja melayani seluruh Indonesia, melainkan juga ekspor dan impor ke kawasan Timur Tengah, Afrika, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, bahkan juga ke pasar Amerika dan Eropa. Bisa dipastikan kebutuhan tiket ke berbagai penjuru dunia terbuka luas.
Namun berbeda dengan di our Kuning dan Bukittinggi umumnya yang pasarnya telah dikuasainya dengan baik, di sini Jefri harus bekerja keras lagi - apalagi di sini juga tentunya telah banyak biro perjalanan lainnya yang telah menancapkan kukunya lebih dulu. Namun jika Bonita - si gadis cantik dan luwes - bisa merebut hati pelanggan barunya, tak pelak lagi bisnisnya akan membuahkan hasil berlipat ganda. Namun Jefri tak kehabisan akal. "Pelanggan kami yang selama ini membc1i di Buht i mj,,gi banyak yang berdagang di sini. Merekalah target awal kami," katanya. Banyak pelanggan loyalnya yang bertindak sebagai evangelist, merekomendasikan kepada calon pelanggan baru. Hasilnya, "Pelanggan baru yang membeli di sini pun cukup banyak," katanya.
Dari sekadar berjualan tiket, Jefri juga ingin membesarkan bisnisnya ke bidang terkait. Lingkup usaha seputar bisnis ini memang masih sangat potensial untuk digali. "Usaha di luar ticketing pesawat sangat menjanjikan," katanya. Untuk sasaran jangka pendek, ia berniat mengembangkan layanan jasa pengiriman, seperti kargo dan titipan kilat. Layanan ini sudah dirintisnya dari kantor barunya di Pasar Tanah Abang Blok A. "Respon pasarnya sangat bagus," ungkapnya. Bahkan, berdasarkan kebutuhan pelanggannya, ia juga berniat masuk ke usaha penukaran uang (money changer). "Doakan agar semua usaha ini bisa berhasil," katanya.
Seiring dengan itu, angannya pun melambung. "Impian terbesar saga adalah membangun perusahaan penerbangan Bonita Air," katanya. Dan seiring dengan itu bisnisnya pun terns membumbung tinggi, lebih tinggi dari pesawat yang tengah terbang di udara.
Hukum Wirausaha #24
Bersahabat dengan Ketidakpastian
Di tengah-tengah kesulitan, selalu tersimpan kesempatan.
- Albert Einstein
SEGALA SESUATU YANG kita dipelajari di bangku sekolah adalah ilmu pasti. Seakan-akan di dunia ini hanya ada satu keadaan, yaitu keadaan yang pasti. Bahkan belakangan ini, telah terjadi tradisi baru dalam ilmu-ilmu sosial di mana para ilmuwan telah berupaya sangat keras menjadikan segala ketidakteraturan alam semesta ke dalam hukum-hukum alam (a law) atau sesuatu yang mendekati hukum (a law like).
Dalam keteraturan kita menjadi lebih nyaman dengan kepastian, meski alam semesta sesungguhnya menyandang keadaan alami, sesuatu yang selalu penuh misteri. Terkadang diwarnai gejolak-gejolak, sesuatu yang terjadi tiba-tiba, tidak dapat dijelaskan dan ada saja ketidakakurasian prediksi. Dengan kata lain alam dan manusia menyandang perbuatan ketidakpastian.
Demikian pulalah dengan perilaku manusia, bisnis, kesuksesan dalam menjalankan sesuatu, atau treatment apapun pun yang kita jalankan selalu saja diwarnai dengan ketidakpastian.
Banyak pemula gagal dalam berwirausaha dan memilih balik kembali ke dalam dunia kerja semata-mata karena mereka gagal menanamkan 'passion" mereka ke dalam alam ketidakpastian. Mereka awalnya berpikir bah wa bisnis adalah kegiatan yang menguntungkan, penuh kekayaan. Kalau ada modal (baca: uang), maka akan ada pengembalian keuntungan (return). Padahal kegiatan berbisnis adalah berselancar di antara gelombang-gelombang ketidakpastian.
Supaya Anda tidak tergelincir dan kehilangan 'passion" sebelum usaha Anda mengalami aborsi, bersahabatlah dengan ketidakpastian. Perhatikanlah tip berikut ini:
- Ingatlah, tidak semua kehendak manusia selalu dapat menjadi kenyataan. Hendaknya kita selalu berharap pada hat yang terbaik, namun selalu bersiap menerima atau menghadapi kenyataan-kenyataan yang buruk.
- Kita belum tentu mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi setiap langkah yang kita jalankan selalu ada yang dapat dipelajari. Kita tidak bisa meramalkan sesuatu dengan pasti namun talk akan ada hasil tanpa perbuatan. Kumpulan dari perbuatan itulah yang akan mengubah nasib kita, menjadi sesuatu.
- Ketidakpastian eksis saat kita tidak mengenali apa yang kita hadapi, sesuatu yang jarang, unik, berbeda dari yang kita kenal, atau tidak ada umpan balik. Kenalilah, bersahabatlah dengan data dan informasi, sampai Anda mengenal betul pola, aktor, dan akibat-akibatnya.
- Semakin pasti suatu bisnis, semakin kecil risiko yang Anda hadapi, namun semakin kecil kemungkinan keuntungan yang bisa Anda raih. Demikian pula sebaliknya, semakin besar ketidakpastian – semakin besar keuntungan yang tersandang di baliknya.
- Cara berpikir sebaliknya juga perlu dihayati. Semakin besar probabilitas keuntungan yang ditawarkan (misalnya yang didapat dari berbisnis), semakin besar risikonya. Dan segala sesuatu yang semakin pasti (misalnya penerimaan gaji tetap sebagai karyawan), semakin kecil imbalannya.
- Tidak ada kepastian yang sempurna. Sekalipun sesuatu terkesan lebih pasti, didalamnya selalu terkandung ketidakpastian. Yang ada hanyalah persepsi terhadap risiko.
- Untuk mengurangi risiko, selain bersahabat dengan data dan informasi, milikilah payung-payung cadangan, jangan menaruh telur dalam satu keranjang, ciptakan faring laba-laba (melalui hubungan-hubungan pendukung), tanamkan keahlian dan reputasi, kurangi beban-beban yang berlebih (fokuslah pada keunggulan) dan jalani segala sesuatu yang Anda cintai.
Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 1: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.
No comments:
Post a Comment