PAGI YANG MENGGELIAT di kota Bogor terasa sejuk. Dunia mulai bangun, senada dengan berputarnya roda kegiatan hari itu. Hanya 15 menit bermobil dari Kampus IPB - Dermaga Bogor, terbentang sebuah perumahan sederhana bertipe 22/60. Mungil, tapi fungsional. Inilah tempat untuk pulang - bagi mereka yang terbilang miskin. Inilah hasil cipta seorang muda yang tak hanya peduli pada dirinya sendiri, tapi juga peduli pada kaum yang tak seberuntung dirinya. Kepedulian yang mengantarnya pada sebuah hidup yang bermakna - sebuah hidup yang berlandaskan keseimbangan.
Adalah Elang Gumilang (24), wirausaha muda yang berada di balik pembangunan perumahan amat sederhana itu. Tangan dinginnya menelurkan apa yang selama ini sangat jarang dilakukan pengembang kawakan - bermodal besar atau kecil - untuk mencipta perumahan khusus orang miskin.
Selama ini, bisnis properti sepertinya hanya ditujukan bagi kaum berpunya, demikian Elang berpikir. Mereka yang papa dan membutuhkan tempat bernaung justru hanya punya mimpi untuk memiliki rumah sendiri. "Ada 75 juta penduduk negeri ini yang membutuhkan rumah. Ini peluang bisnis, tapi kita sekalian ibadah membantu orang juga," katanya.
TARGET 2000 RUMAH
Berayahkan seorang kontraktor, buat Elang bukan hal mustahil mencoba segala jenis usaha. Ditambah sejumlah pertimbangan mendalam, awal 2005 - tatkala ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) - ia mulai membeli sepetak tanah dan membangun rumah pertamanya. Modal diperoleh dari patungan bersama teman-temannya semasa SMA maupun kuliah. Rumah sederhana berukuran 22 meter persegi dengan lugs tanah 60 meter persegi itu langsung pindah tangan ketika selesai dibangun. Terbukti, orang haus akan rumah murah seharga 25-37 juta rupiah - harga yang bagi sebagian kalangan menengah sangat atas tidak cukup untuk membeli mobil, bahkan tas bermerek - karena mengidamkan tempat berlindung yang pasti.
Saat itu, jumlah pekerja Elang baru sekitar tujuh orang untuk mengurusi administrasi hingga pemasaran. Namun lambat laun, bisnisnya ini berakar, menggeliat, dan bertumbuh. Dari satu unit, Bertambah terus menjadi tiga unit. Bertambah terus, sampai sudah sekitar lebih dari 200-an rumah dibangunnya. Target yang dicanangkannya tak tanggung-tanggung. Perusahaan Semesta Guna Grup miliknya, ingin membangun 2.000 unit rumah sederhana. Dalam waktu setahun, investasi yang ditanamkan naik berlipat. Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, melejit hingga lima kali lipat dalam dua semester.
Omzet per tahunnya pasti bikin pengusaha mana pun berdecak kagum - mengingat awal mula sepak terjangnya - karena tak kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan. Belum lagi dari kontrak preperiodik terbarunya menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.
BIODATA
ELANG GUMILANG
Bogor, 6 April 1985
Email: ksatria_paningit2@yahoo.com
PENDIDIKAN:
2003 —Sekarang Mahasiswa Manajemen FEM Institut Pertanian Bogor
NAMA USAHA:
Developer Griya Salak Endah I & Griya Salak Endah II
Alamat: JI. Kyai Haji Abdullah No. 194, Ringroad Taman Jasmin, Bogor
Telp: 0251 215567, Fax: 0251 2263870
PENGHARGAAN:
2008 Indonesia's Top Young Entrepreneur
2007 Pemenang I Wirausaha Muda Mandid Kategori Mahasiswa Program Diploma dan Sarjana
LAIN LAIN:
2008 — Sekarang Developer Griya Salak Endah I, Griya Salak Endah II, Bumi Warnasari Endah, Pertambangan Pasir Kuarsa, Griya Ciampea Endah
Elang Gumilang, mahasiswa sederhana dari IPB - kampusnya petani - anak H. Enceh dan Hj. Prianti, kini mempekerjakan ratusan karyawan pada setiap proyeknya. Sekitar 30 tenaga adminitrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap membantunya. Elang - lajang kelahiran Bogor, 6 April 1985 - telah mengepakkan sayap bisnis sejauh yang ia bisa, dan terbang setinggi yang dapat ia capai.
'OTOT' DAN 'OTAK' BISNIS
Elang terlahir dari keluarga yang lumayan berada, namun bergaya hidup bersahaja. Pendidikan moral dari orangtuanya tertanam baik.
Ajaran itu terus berurat akar dalam dirinya. Sebagai pelajar sekolah, ia termasuk siswa yang gemilang. Jiwa wirausaha Elang mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMU. Ia mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliah. Tanpa sepengetahuan orangtua, ia berjualan donat keliling ke sekolah-sekolah dasar di Bogor. Namun, akhirnya orangtuanya tahu juga. Elang disuruh berhenti berjualan karena UAN (Ujian Akhir Nasional) telah menjelang.
Dilarang berjualan donat, pemenang lomba bahasa Sunda tahun 2000 se-Bogor ini tertantang mencari uang dengan cara lain. Pada 2003, ketika Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba Java Economic Competition se-Jawa, Elang mengikutinya dan berhasil memenanginya. Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Hadiah uang yang diperolehnya, ia kumpulkan untuk modal kuliah.
Setelah lulus SMU, Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB tanpa tes. Saat itulah, bermodalkan uang sejuta rupiah, ia kembali berniat untuk memiliki sebuah usaha.
Awalnya, uang itu ia belanjakan sepatu, yang lantas dijual di Asrama Mahasiswa IPB. Hanya perlu waktu sebulan, ia sudah bisa mengantongi uang Rp 3 jutaan. Sayang, setelah berjalan beberapa tahun, supplier yang digunakannya menurunkan kualitas sepatu. Bisnis sepatu pun sirna. Ia melihat, lampu-lampu redup di kampus 1PB sebagai peluang bisnis pengadaan lampu. Elang mencoba menerapkan strategi bisnis tanpa modal.
Kepak Sayap Keseimbangan
TERBIASA MENDAPATKAN SESUATU dengan usaha menumbuhkan ide kreatif Elang Gumilang untuk berwirausaha. Sejak kecil, ia diajari bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat diperoleh cuma-cuma. Jiwa wirausahanya mulai tumbuh A duduk di bangku kelas 3 SMU, saat ia bertekad memiliki uang sepuluh juta rupiah sebagai modal kuliahnya. la mulai dengan berjualan donat keliling, sepatu hingga ayam potong. Prinsip hidupnya yang mengutamakan keseimbanganpunmenjadi dasar untuk mendirikan rumah sehat sederhana yang difokuskan untuk kalangan berpenghasilan rendah.
Q: Sejak kapan Elang mulai berbisnis?
A: Saya sudah memulainya Sejak masih di bangku SD, tapi benar-benar serius menjadi entrepreneur saat duduk di bangku SMA tahun 2002. Saat itu, saya menargetkan diri sendiri untuk punya uang sepuluh juts rupiah supaya bisa kuliah. Saya mulai dengan berjualan donat diam-diam. Namun akhirnya, alhamdulillah ketahuan orangtua. Disuruh berhenti dulu sebab ujian akhir telah menjelang. Kemudian saya mengubah taktik. Kalau tadinya berbisnis dengan cara berjualan donat, lalu saya mulai hunting perlornbaan-perlombaan. Itu yang menyebabkan saya bisa menjadi pemenang di beberapa perlornbaan di tingkat nasional. Dan mendapatkan hadiah lumayan.
Q: Setelah mencoba berbagai bisnis pads akhirnya terdampar di satu hisnis, apa itu?
A: Sejak mengikuti lomba, saya mulai punya kebiasaan untuk berpikir tentang masa depan. Saya pikir, mungkin saya kurang bersyukur. Saya sering menyesali keterbatasan diri. Setelah menyadari apa kekurangan saya, Saya sholat istigarah. Setelah sholat istiqarah, di dalam mimpi, saya lihat bangunan-bangunan seperti di Manhattan City. Wow, bangunannya keren-keren. Setelah bertanya kepada orang di dalam mimpi: Itu siapa yang membangun? Kata orang di dalam mimpi itu: Itu kan Anda sendiri. Ya sudah.
Q: Manhattan City di New York?
A: Betul
Q : Pernah ke Manhattan ?
A : belum. (tertawa)
Q : Belum pernah. Jadi angan-angan yang keluar dalam bentuk mimpi. Lantas bagaimana membangun usaha perumahan ?
A : Yang jelas kita harus bisa membaca pasar. Sekarang ini pemerintah sedang peduli terhadpa masyarakat kelas menengah ke bawah. Sedangkan di Indonesia masih ada sekitar 70 juta rakyat yang belum memiliki rumah. Itu merupakan pasar yang sangat besar. Apalagi sekarang ada subsidi dari Menteri Perumahan Rakyat untuk masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah.
Q : Itu artinya anda memasuki segmen Rumah sederhana ?
A : Betul
Q : Siapa yang memberitahu anda harus begini ?
A: Ada beberap pengusaha, baik itu kontributor yang mengerti konstruksi, developer, dan juga orang hukum. Jadi itu semua diambil secara kebetulan, sebagian-sebagian.
Q : Apa yangmendorong anda berbisnis ?
A : ada empat hal. Pertama, ingin membahagiakan orangtua. Kedua, manusia itu akan dikenang dengan karyanya, nama baiknya. Yang ketiga, ingin membuktikan sukses tidak harus dimulai dengna memiliki gelar lebih dulu, atau mesti tua dulu. Kesuksesan bisa dimulai sejak kita muda. Dan yang keempat, globalisasi. Ketika saya berada di tingkat dua, saya belajar. teori keuangan sedangkan teman-teman di luar negeri sudah lebih dinamis. Mereka sudah bisa membuat kerjasama dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Saya tidak mau kalah. Usia saya sama dengan mereka, yang membedakan hanya bagaimana cara kita membuat dunia kita lebih baik dari hari ini.
Ia mengisahkan hikayat seorang pemuda miskin di Amerika Latin. Setiap hari si pemuda melambaikan tangan pada seorang pengusaha tembakau kaya raya dari Amerika yang sedang bertandang. Pada awalnya, lambaian tangan itu tidak dipedulikan. Namun, karena selalu berulang, pengusaha tembakau itu penasaran dan menanyakan maksud sang pemuda. Jawab si miskin adalah: "Saya punya tembakau kualitas bagus. Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO dulu dari Bapak." Setelah mendengar jawaban tersebut, si pengusaha kaya lalu membuatkan tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal itu, sang pemuda mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk dijual ke Amerika lewat si pengusaha kaya raya itu. Maka, jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal.
Strategi inilah yang ditiru Elang. Bermodal surat dari kampus, ia melobi perusahaan lampu Philips pusat untuk menyetok lampu di kampusnya. "Alhamdulillah proposal saya gol, dan setiap penjualan saya mendapat keuntungan Rp15 juta," ucapnya bangga. Namun, karena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, terpikir oleh Elang untuk mencari bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng, Elang mulai menekuni jualan minyak goreng ke warung-warung. Tapi, karena bisnis minyak ini 80 persen menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliah, ia memutuskan untuk berhenti berjualan.
Menyimak perjalanannya, Elang mengaku bahwa bisnis demi bisnis yang dilakukannya lebih banyak menggunakan otot dari pada otak. Ia lalu berkonsultasi ke beberapa pengusaha dan dosennya untuk memperoleh wawasan lain. Enlightment lalu ditemukannya. Berbisnis tidak harus selalu memakai otot, dan banyak peluang bisnis yang tidak menggunakan otot.
Setelah mendapat berbagai masukan, merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di kampusnya. Karena lembaga kursus itu ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi memercayakan lembaganya itu menjadi mitra. Karena dalam bisnis ini ia tidak terlibat langsung, ia manfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai marketer perumahan.
UNTUK ORANG LAIN
Sebenarnya, tanpa beralih ke bisnis properti, untuk dirinya sendiri, Elang tidak bisa dibilang kurang mapan. Pemuda antirokok ini sudah mempunyai rumah dan mobil sendiri. Namun di balik keberhasilannya itu, Elang merasa ada sesuatu yang kurang. "Kenapa kondisi saya begini, padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini?" ia berdialog dengan nuraninya.
Ilham dari Atas diperolehnya. Bisnis propertilah yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Namun, bisnis properti yang ditujukan untuk orang miskin lebih karena hatinya ikut tersentuh. "Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun. Biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan kemahalan, jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah," ungkapnya pada sebuah kesempatan.
Karena modalnya pas-pasan, untuk media promosinya sendiri, Elang hanya mengiklankan di koran lokal. Karena harganya yang relatif murah, pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meski harganya murah, tapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplet, seperti Klinik 24 jam, angkot 24 jam, rumah ibadah, sekolah, lapangan olah raga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staf tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung.
Sukses yang sudah di tangan tidak membuat Elang lupa diri. Justru, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyek ia selalu menyisihkan 10 persen untuk kegiatan aural. "Uang yang 10 persen itu saya masukkan ke BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang yang kurang modal," bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki mengandung hak orang miskin yang wajib dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin. Pendiriannya; sedekah tidak perlu banyak tapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut.
Masih banyak sebenarnya yang ingin Elang lakukan. Di antaranya, ia bercita-cita ingin mendirikan perusahaan yang dapat mempekerjakan 100 ribu orang. Elang Gumilang, masih akan terus mengepakkan sayap.
Seorang Elang Gumilang yang hanya seorang anak kampung, dan kampungan, tiba-tiba oleh Bank Mandiri diajari ilmu manajemen yang sesungguhnya supaya bisa bergaul. Bank Mandiri juga memberikan segala fasilitas, dan yang paling utama dari itu semua adalah kredibilitas dan reputasi. Jadi yang tadinya orang bilang hanya punya satu perumahan, sekarang Saya sudah memiliki tiga perumahan.
Hukum Wirausaha #1
Kenali dan Guntinglah Belenggu Yang Mengikat Kaki dan Pikiran-Pikiranmu
Kita semua adalah tahanan pada sebuah penjara. Yang ineinbedakan satu dengan yang lain adalah beberapa orang menernpati sel berjendela, sedangkan lainnya menempati sel tanpa jendela.
- Kahlil Gibran
ADA DI ANTARA kita yang mempunyai sayap dan memiliki kebebasan untuk terbang kemanapun kita henclak pergi. Namun tak seclikit di antara anak-anak muda yang tidak memilikinya sama sekali. "Kalau tak punya sayap, bagaimana bisa terbang?" tanya penerima hadiah Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus.
Yang lebih menyedihkan sebenarnya terjadi pada mereka yang sesungguhnya memiliki sayap, namun membiarkan kaki dan tangannya terbelenggu. lbarat burung dara yang tak boleh terbang jauh, bulu-bulu pada sayapnya dipotong menjadi pendek oleh pemiliknya. Yang lebih beruntung nasibnya, bulu-bulu itu disulam menjadi satu oleh pemiliknya. la hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya saja di darat, tak bisa terbang tinggi seperti yang lain.
Demikian pulalah dengan manusia. Banyak orang yang berkenalan dengan cara berbisnis berkali-kali, namun tak semuanya clapat mengerakkan sayapnya tinggi ke angkasa. Ada semacam belenggu. Ya di tangan, ya di kaki. Di dalam pikiran atau di dalam hati. la menghalangi, menghambat, menurunkan nyali, menyurutkan tindakannya.
Saya ingin menegaskan, sebelum kalian terbang, bukalah, guntinglah, cabik cabiklah belenggu-belenggu yang mengikat diri dengan penuh keberanian atau tumbuhkan kembali bulu-bulu yang sudah dipotong pendek agar punya kekuatan baru. Tanpa keberanian, tak akan pernah kalian terbang tinggi melihat indahnya cakrawala. Berikut adalah saran-saran yang clapat saga berikan untuk menggunting belenggu:
- Kenali belenggu-belenggu diri dengan memeriksa inventory dari daftar belenggu ini: keluarga (yang terlalu banyak aturan atau membuat Anda terlalu nyaman), sikap-sikap negatif (pencemburu, pemarah, fanatisme/dogmatisme, reaktif, gengsi, pemalu, pencemooh, racist, serakah, tak bisa mengontrol diri, dan seterusnya), kecerdasan (terlalu tergantung pada diri sendiri), tak ada tantangan, lingkup terlalu sempit, pergaulan, dan sebagainya.
- Setelah mengenali belenggu-belenggu diri, cobalah keluar dengan memeriksa apakah semua itu memberi hasil yang Anda inginkan? Kalau Anda tidak suka dengan hasil yang Anda cari keluarlah dari sana dan lepaskan selimut rasa nyaman Anda. Carilah lingkungan baru. Ingatlah, manusia-manusia unggul akan merekrut manusia-manusia unggul. Sedangkan manusia kelas dua hanya akan mengambil manusia-manusia kelas tiga atau kelas empat yang kwalitasnya lebih rendah.
- Latihlah otot otot tangan dan kaki yang jarang dipakai dengan bergerak setahap demi setahap. Jangan menyerah dan kembali pulang sebelum Anda berhasil berjalan dengan kepala tegak membawa hasil yang Anda inginkan.
- Hidup Anda bukan ditentukan oleh "sejarah hidup Anda," melainkan respons apa yang Anda ambil terhadap kejadian-kejadian yang menimpa Anda. Orang-orang yang gagal tak berani menggunting belenggu. Mereka malahan membuat belenggu yang lebih kuat dengan menyalahkan masa lalu.
- Anda sendirilah yang harus membebaskan belenggu-belenggu pada diri Anda. Setelah itu carilah orang-orang yang bersedia menjadi guru bagi hidup Anda. Guru-guru itu harus Anda bayar dengan kerja keras, disiplin, sikap-sikap positif, karya-karya spektakuler dan kebaikan hati. Mereka akan mengajarkan bagaimana cara nya terbang dengan terbang bersama.
- Setelah semua belenggu terlepas, janganlah berfokus pada hat-hat yang tidak bisa Anda kerjakan. Berfokuslah pada apa yang bisa Anda kerjakan. Jangan mencemburui keberhasilan orang lain, karena setiap orang memiliki keunikan dan caranya masing-masing. Kembangkanlah kebisaan baru yang Anda kembangkan sendiri.
Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 1: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.
No comments:
Post a Comment