Wednesday, June 6, 2012

Nur Annisa Rahmawati, Pemilik Butik Annisa (Butik Online): PerempuanBisa Berdaya, juga suka bergaya

Sebenarnya Indonesia tak pernah kekurangan sosok-sosok perempuan yang mewwarisi perpaduan keperkasaan dan kelembutan para srikandi terdahulu – dari HR Rasuna Said sampai Tjut Nyak Din, dari Dewi Sartika sampai Kartini. Banyak dari mereka yang namanya tak pernah tergores lewat tinta emas di kertas putih media nasional. Beruntung, Annisa – bermakna ‘perempuan’ dari bahaa Arab – mengenal online pada zamannya. Lewat www.butikannisa.com, ia berhasil memberdayakan kaum perempuan dan membat mereka juga bergaya.



GEMPA TAHUN 2006 yang menghancurkan perekonomian banyak keluarga di Yogyakarta memang berakibat banyak. Ada orang yang hilang rumah, hilang kepercayaan hilang diri, bahkan hilang juga akal sehat. Namun ada orang yang terbangkit bangkit asanya dan tergali semangatnya akibat bencana alam yang tak dapat diprediksi itu. Nur Annisa Rahmawati ST., MM, beruntung termasuk golongan orang yang terakhir itu. Tersentuh akan penderitaan orang di sekitarnya - kaum ibu yang sepanjang hidupnya tak pernah memiliki kepercayaan diri karena hanya mengasuh anak atau memasak di dapur, tak memiliki keberanian untuk mengatakan ‘tidak’ pada apa pun yang mungkin tak seharusnya mereka alami karena tak dapat menunjang ekonomi keluarga - Annisa merasa ingin memberdayakan kaum perempuan. Kalau saja diberdayakan kaum ibu bisa menjadi insan yang berjiwa pengusaha, pikir Annisa.

Terdorong oleh keinginannya untuk membantu kaum ibu di lingkungannya, puteri bungsu dari tiga bersaudara ini lantas memutar otak untuk menciptakan lapangan kerja bagi mereka. Berbekal hobi merancang busana muslimah yang ditekuninya sejak kuliah, Annisa memutuskan untuk berbisnis busana muslimah. Ketertarikan Annisa pada dunia wirausaha ini sudah dimulai sejak masa awal kuliah  di Fakultas Teknik Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Cita-citanya mungkin diwarisinya dari orangtua yang pengusaha alumunium Namun keinginan untuk hidup mandiri dan memiliki kebebasan waktu dalam bekerjalah yang semakin memperkuat niat kelahiran 29 Mei 1982 ini untuk berwirausaha.

Dengan modal awal sekitar empat juts rupiah, Annisa mulai membangun bisnis dengan memanfaatkan rumahnya sebagai rumah produksi. Dua orang tetangga membantunya dalam proses produksi, satu sebagai penjahit dan satu lagi sebagai pemayet. Batik Annisa begitu ia menamainya, memproduksi berbagai busana muslimah yang terbuat dari berbagai macam bahan seperti, sifon, thai silk, katun, dan rawsilk. Tidak hanya busana muslimah, butik ini juga memproduksi gaun pesta, selop brokat, serta bando jilbab. Seluruh produk yang dibuat dikerjakan secara manual sehingga terjamin eksklusivitasnya.



Dengan modal awal sekitar empat juta rupiah, Annisa mulai membangun bisnis dengan memanfaatkan rumahnya sebagai rumah produksi. Dua orang tetangga membantunya dalam proses produksi, satu sebagai penjahit dan satu lagi sebagai pemayet.



Melalui butik yang didirikan pada 1 Mei 2007 ini, Annisa membantu kaum muslimah berbusana sesuai syariah, namun tetap berkelas dan anggun di segala suasana. Konsep busana muslim yang chic, elegen, dan syari'di Butik Annisa menjadikan koleksinya cocok digunakan kalangan muslimah berusia 25 sampai 40 tahun.




BIODATA

NUR ANNISA RAHMAWATI

Yogyakarta, 29 Mei 1982

Email: nurannisar@yahoo.com



PENDIDIKAN :

2005 - 2007 Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Islam Indonesia (UII)

2000 - 2005 S1 Teknik Industri , Universitas Islam Indonesia, Ull

2001 - 2004 D3 Universitas Gadjah Mada, jurusan Public Relations



PERUSAHAAN:

CV. Annisa Mutiara Persada (Butik Annisa) (Butik Online baju Muslim) Website :  www.butikannisa.com

Alamat : Jl. Kemasan 71 Kotagede, Yogyakarta 55173 – Indonesia

Telp. 0274 370675, HP: 0811 251842



PENGHARGAAN:

2008 Pemenang Kategori The Best Development Business Campus Entrepreneur Program  Ciputra – UGM

2008 Finalis Wirausaha Muda Mandiri

2009 Dekranas Award, kategori "Best Quality Product



LAIN-LAIN :

Ags, 2008 - Des 2008 Dosen Tamu di Universitas Gadjah Mada program Community Entrepreneur Program

Mar 2007 - Des 2007 Staf di CEEDEDS, di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Nov 2005 - Jan 2007 Marketing Manager Radi Female Yogyakarta

Feb 2004 - Jan 2005 Freelance Reporter Garuda In-Flight Magazine

Mei 2002 - Mei 2003 Asisten Pengajar TK ABA Komp. Masjid Perak, Yogyakarta

Jul 2000 - Jul 2001 Sukarelawan LSM Hadang Narkoba, Yogyakarta



PEREMPUAN INGIN BERDAYA

Merintis sebuah usaha memang bukan hal yang mudah. Begitu pula yang dirasakan oleh sarjana teknik dan magister manajemen yang pernah bekerja di Pusat Studi Bencana Universitas Islam Indonesia ini. Annisa menyadari bahwa dalam berbisnis diperlukan keuletan, kesabaran, dan intuisi yang tajam. Dukungan dari keluarga membuatnya semakin gigih menjalani bisnis.

Berbagai upaya pemasaran produksi butik yang terletak di jalan Kemasan 71 Kotagedhe Yogyakarta ini telah dilakoni oleh Annisa. Milis, blog, dan pameran menjadi sarana promosi dan pemasaran hasil kreasi perempuan yang berjilbab sejak tahun 2004 ini. Baginya milis dan blog adalah tempat berbisnis sekaligus sarana untuk menampilkan kreasi terbaik.

Selain rajin berpartisipasi dalam pameran busana, Annisa selalu berusaha untuk menghasilkan kreasi-kreasi baru di butiknya Kedua hal tersebut merupakan strategi yang digunakan Annisa untuk mengembangkan bisnisnya. "Ide untuk membuat rancangan atau model produk bisa diperoleh dari berbagai sumber. Kadang-kadang saya berburu ide produk di internet atau majalah, tetapi tidak jarang mendapat masukan dari para pelanggan yang mengunjungi pameran ungkapnya.

Butik Annisa terus berkembang berkat kerja keras perempuan lulusan S2 UII Yogyakarta ini. Usahanya yang sungguh-sungguh membuat produksi butik ini mampu menembus pasar internasional. Wilayah pemasaran koleksi busana kreasi Annisa pun meluas sampai ke negara tetangga, misalnya Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, dan Australia. Beberapa negara Eropa seperti Prancis dan Jerman juga telah menjadi target pasarnya.

Salah satu strateginya adalah harga yang terjangkau. Karena banyak menggunakan kain, umumnya busana muslimah tergolong mahal. Namun Annisa dapat mematok harga yang cukup realistis. Kisaran harga untuk atasan misalnya: Rp 100.00-Rp.200.000, setelan Rp 200.000-Rp 300.000, gamis: Rp 300.000- Rp 400.000, kebaya muslimah: Rp 300.000 - Rp 400.000, gaun pesta Rp 400.000 - Rp 500.000, selop brokat: Rp 150.000, dan bando jilbab: Rp 75.000.



Memanfaatkan Teknologi Digital

MOTIVASI NUR ANNISA Rahmawati untuk memberdayakan kaum ibu di kota Gede,Jogjakarta pasca-gempa besar pada 2006, pada dasarnya adalah supaya kaum dapat mandiri dan membantu menyokong perekonomian keluarga. Untuk itu ia membuat layanan butik online, www.butikannisa.com. Pada awalnya ia berkonsentrasi berkonsentrasi pada pembuatan baju muslimah, namun seiring berkembangnya permintaan, kini pemegang gelar magister manajemen itu juga membuat berbagai aksesori busana muslim baik untuk pasar dalam maupun luar negeri. Penggunaan teknologi komunikasi untuk bisnis butik di kota dulu pernah menjadi sentra kerajian perak ini merupakan sebuah langkah strategis Annisa untuk menjadi generasi mandiri yang berdampak bagi lingkunganya.

Q: Bukankah busana muslim memiliki pangsa pasar tersendiri?

A: Sekarang busana muslim lebih mengglobal. Dalam artian jika dulu iden­tik dengan ibu-ibu, namun saat ini remaja sampai wanita usia 25 tahun pun tiudah banyak yang berbusana muslim.

Q: Saat ini busana muslim pun sudah bervariasi sehingga terlihat lebih modis. Namun jika kits berbicara soal pemasaran online, cakupannya tentu sampai ke mancanegara. Setiap orang yang dapat mengakses situs Anda, langsung dapat melakukan order. Dari mana saja biasanya pesanan datang?

A: Saar ini order terbesar dari luar negeri datang dari Brunei Darussalam, Singapura, dan Australia.

Q: Gempa bumi memicu Anda untuk melakukan usaha ini?

A: Sebenarnya motivasi saya itu lebih dilatarbelakangi oleh menurunnya perekonomian keluarga yang berakibat besar terhadap pendapatan ibu rumah tangga. Sebelum gempa terjadi mereka tidak berkewajiban men­cari nafkah. Tapi gempa mengakibatkan hancurnya sejumlah workshop aksesori perak yang dikelola keluarga mereka sehingga usaha perak pun menurun. Selain itu usaha angkutan andong juga hancur. Padahal mayori­tas suami mereka bekerja sebagai buruh perak dan usaha andong.

Q: Jadi alai produksinya hilang, kemampuannya untuk menghasilkan uang pun hilang. Anda lalu memanfaatkan keahlian Anda supaya me­reka juga bisa berkembang dan mendapatkan income. Pertanyaannya, mengapa Anda memilih penjualan secara online? Kenapa tidak mem­buka toko biasa saja?

A: Banyak keuntungan berbisnis online, di antaranya untuk biaya set-up bisnis relatif rendah. Tidak perlu punya toko dan secara otomatis me­ngurangi biaya operasional, pemasaran, overhead, dan lain-lain. Dulu saya belum punya website, saya menggunakan blog gratis. sehingga modal saya untuk pemasaran itu nol.

Q: Tetapi bukankah tiap bangsa berbeda-beda selera busananya?

A: Salah satu baju yang dipakai peraga adalah model yang disukai orang Me­layu. Ini adalah salah satu busana pesanan orang-orang Malaysia, Brunei, dan Singapura, yang kebanyakan orang Melayu. Ciri khasnya, mereka lebih suka pakai rok. Berbeda dengan orang kita yang lebih suka pakai celana panjang karena lebih praktis. Model Melayu ini detailnya ada payer dan ada parel, itu merupakan istilah-istilah untuk hiasan yang kita tampilkan di baju.

Q: Anda memiliki tiga gelar, D3, S1, dan S2. Dan saat ini suami Anda sedang belajar S3 di Prancis. Lalu mengapa Anda terjun ke dunia bisnis dan mau menjadi seorang wirausaha?

A: Terkadang saya juga heran, banyakyang bertanya mengapa saya berwirausaha setelah mendapatkan gelar S2. Namun saya berpikir justru saya bersekolah hingga S2 untuk memperkaya ilmu sehingga punya banyak bekal yang bisa diterapkan saat saya berwirausaha. Sedari dulu cita-cita saya adalah berwirausaha, maka Sekolah D3 Komunikasi, S1 Teknik Industri, dan S2 Magister Manajemen itu, saya ambil benang merahnya. Karena saya percaya banyak hal yang bisa saya terapkan untuk kemajuan bisnis nantinya.

Q: Bagaimana peranan Bank Mandiri untuk mendukung bisnis seperti Ibu Annisa?



NUR ALFA AGUSTINA (BANK MANDIRI):

PERLU DIKETAHUI BAHWA Annisa sekarang sudah menjadi alumni, bukan mahasiswa lagi. Namun Bank Mandiri – da­lam melaksanakan program Wirausaha Muda Mandiri – tidak hanya fokus kepada teman-teman generasi muda yang masih mahasiswa. Kepada Annisa yang sudah lulus, Bank Mandiri memberikan pinjaman lunak dan sampai saat hi juga masih melakukan pembinaan.



INTERNET SEBAGAI SARANA PEMASARAN

Annisa layak berbangga karena hasil usahanya telah membuahkan hasil. Kurang dari lima tahun, Butik Annisa yang omzetnya hanya Rp 1 jt per bulan kini melejit menjadi 70 jt per bulan. Belum lagi jumlah tenaga kerja yang bisa diserap oleh usahanya ini. Karyawan yang bekerja padanya telah bertambah dari yang sebelumnya hanya 2 orang menjadi 40 orang.

Bila saja Annisa adalah ibu-ibu biasa yang tak melek inleriw barangkali ceritanya akan lain. Mungkin harus bertahun-tahun lagi, kisah sukses tentang dirinya dimuat di berbagai media. Mungkin juga ia mengikuti lomba Wirausaha Muda Mandiri yang diselenggarakan Bank Mandiri. Untunglah ia terlahir dalam cohort internet yang membuatnya melek internet. Tahu bahwa produksi busana muslimnya tak hanya dapat mengandalkan strategi word of mouth alias pemasaran dari mulut ke mulut namun dapat menggunakan sarana internet yang tangan-tangannya menggurita ke seluruh dunia. Lewat www.butikannisa.com ia berhasil melipatgandakan modal empat juta rupiah menjadi 33 juta rupiah dalam waktu hanya tiga bulan.

Tentu saja semua itu tak dapat diraih dalam sekejap. Juga bukan karena faktor keberuntungan semata. Mengelola ibu-ibu yang memiliki urusan rumah tangga sendiri-sendiri tentu saja juga membutuhkan kesabaran dan sensitivitas tersendiri. Namun ia berhasil mengatasi problem apa saja yang mungkin terjadi, lebih karena ia sendiri seorang perempuan yang mengerti masalah perempuan lainnya.

Kendati menggunakan internet sebagai sarana utama, bukan berarti Annisa tidak pernah memamerkan hasil produksinya. Cara konvensional ini justru memang tidak pernah lekang oleh zaman. Orang (terutama perempuan) masih selalu ingin meraba, menyentuh, ataupun, mencium produk yang akan dibeli. Oleh karena itu, Annisa juga masih selalu rajin berpameran. Kiatnya adalah menjadikan pameran untuk lebih mendekatkan diri kepada pelanggan secara nyata, menampung masukan-masukan dari talon konsumen, bahkan juga menampung konsumen.



Untunglah, ia terlahir dalam cohort internet yang membuatnya melek internet. Tahu bahwa produksi busana muslimnya tak hanya dapat mengandalkan strategi word of mouth alias pemasaran dari mulut ke mulut, namun dapat menggunakan sarana internet yang tangan-tangannya menggurita ke seluruh dunia.



Lalu apakah Annisa sudah merasa puas dengan hasil yang diperolehnya saat ini? Belum. Ia masih menyimpan keinginan untuk m perbesar usahanya. Bisnis baginya adalah tempat untuk beraktualisasi, serta menjadi sarana untuk mengaktualisasikan diri, serta menjadi untuk sosialisasi dan memberikan manfaat bagi orang lain serta untuk membantu perekonomian keluarga.

Ambisinya itu tidak lepas dari keinginannya untuk membantu lebih banyak orang di sekitarnya. Ia ingin membesarkan usaha hingga mampu memberikan kesempatan kerja yang lebih luas lagi kepada tetangga sekitarnya baik itu penjahit, Sulam pita, pembuat bahan alami, dan sebagainya. Dan hal ini tidak lepas dari apa yang telah menjadi keyakinannya, perempuan bisa berdaya dan juga suka bergaya.

K unci untuk berwirausaha adalah "Action, action, dan action", kita bisa belajar kalatt kita action dulu. jangan takut dengan ketiadaan modal. Keta­kutan-ketakutan itu harus dieliminasi, yang penting adalah action dan pada prakteknya nanti kita akan belajar se­iring dengan waktu.

Hukum Wirausaha #11

Gunakanlah Teknologi, Jangkau Mereka Dari Sini

Ada dua jenis batu, yang satu di rebut batu penghalang, yang satu lagi disebut batu loncatan. Yang membeda kannya adalah orang yang melihatnya

-Unknown



"GUNAKANLAH TEKNOLOGI," UJAR Nur Alfa Agustina (CSR Bank Mandiri) saat mengomentari bisnis yang Flu, oleh Annisa.Anak-anak muda memang memiliki kelebihan kelebihan dan kenikmatan-kenikmatan sendiri yariq lath lebih besar daripada generasi di atasnya. Kelebihan terutama pada aspek teknologi, yaitu teknologi informasi.

Thomas Friedman, penulis buku The World is Flat (2005) bahkan sampai bertaruh bahwa teknologi ini telah mendatarkan dunia yang memudahkan kita jelajahi abad ke 21 dengan globalisasi. Mesin-mesin terhubung dengan sesama mesin, mesin pencari bekerja demikian cepat dan semua itu dapat dilakukan dimana saja– ke seluruh penjuru dunia, tanpa kabel.

Orang-orang tua mungkin kesulitan menjelajahi dunia maya ini karena mereka semua adalah pendatang-pendatang baru dalam dunia maya (digital immigrant). Namun tidak demikian bagi generasi Annisa. Mereka dan kalian semua adalah penduduk asli dunia maya (native digital). Kalian membentuk komunitas-komunitas kecil di desa-desa maya, terhubung satu dengan yang lain dalam bahasa yang kalian mengerti sendiri.



Oleh karena itu perhatikan tip ini baik-baik:

  • Pasar dalam dunia maya berbeda dengan pasar di dunia rill. Kalian yang dibesarkan dalam dunia maya ber­saing secara global dan pesaing-pesaing kalian bukanlah warung di rumah sebelah melainkan mereka yang tinggal di Malaysia, Brunei, Jepang, Belanda, Uni Emirates, atau di Rusia sang.

  • Sekalipun mulai terbentuk selera global ter­hadap produk-produk fashion, namun tiap-tiap negara memiliki tradisi, tata nilai, alam, dan kebiasaan yang ber­beda-beda. Bidiklah mereka dalam bingkai pasar masing­-masing, namun berikan kualitas yang setingkat di atas pesaing-pesaing Anda.

  • Interaktif. Pasar global menghendaki suatu hubungan yang bersifat interaktif, yang memudahkan mereka berinteraksi, mengajukan pernyataan-pernyataan meminta tip, dan berdialog. Berikanlah ruang bagi mereka untuk berinteraksi secara sehat.



Teknologi berhubungan dengan generasi, yaitu kapan Anda mempelajarinya atau apakah Anda mengenal­nya. Namun sekalipun teknologi burn itu bukan milik generasi Anda, tidak ada salahnya belajar dan menerapkannya.

- Rhenald Kasali

  • Speed Marketing. Inti dari teknologi adalah it tingnya respons yang cepat dari setiap interaksi ataupun transaksi yang dipertukarkan. Kecepatan merespon, dalam hitungan jam atau menit bukan harian apalagi bulanan.

  • Kendati produk yang Anda tawarkan kaya dengan unsur etnik dan religius yang kental, kepekaan terhadap kebutuhan-kebutuhan lokal dapat menjadikan produk Anda sebagai kiblat bagi mereka. Kendati dunia Islam ada di Arab Saudi, namun dalam soal busana, dan selera dapat dimulai dari Indonesia. Ingatlah bukan Italia yang mempopulerkan pizza yang lezat melainkan Amerika Serikat. Busana muslim pun dapat dipopulerkan dari Indonesia

  • Perbaharui penampilan secara tetap dan tampil­an dengan segar dalam setiap kesempatan dengan infor­masi yang selalu updated.

  • Outsourcing. Teknologi informasi memungkin­kan seorang produsen menemukan kombinasi produksi yang efisien yang dapat berasal dari manta negara. Dengan demikian bahan-bahan bisa saja berasal dari Tiongkok, jahitannya ada di sini, kemasan dibuat di India, sedangkan desainnya bisa darimana saja. Perluaskan jang­kauan produksi Anda.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 1: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

No comments: