Wednesday, June 6, 2012

Henky Eko Sriyanto, Pemilik bakso Malang Kota “Cak Eko”: Lingkaran labaBakso Malang

Semangkuk bakso dengan kuah kaldu grih yang masih megepul, ditambah sedikit sambal saos, dan kecap, ditaburi seledri dan bawang goreng, hmm… sangat mengiurkan. Semakin pedas, semakin seru. Ditengah menjamurnya resto yang menjual makanan dari negeri asing, mulai dari steak hingga kebab, bakso tetap menjadi pemenang abadi yang tak ada tandingannya. Bisnis yang tak ada matinya inilah yang sukses dikembangkan Henky Eko Sriyanto melalui Bakso Malang Kota “Cak Eko”.

SIAPA YANG TAK suka pada bakso? Dari anak kecil, hing orang tua, rasanya hampir tak ada yang tak menyukai bola daging gurih ini. Tak kenal musim dan tak kenal krisis, jajananini selalu dicari. Lokasi pun sepertinya tak jadi masalah. Mangkal di depan sekolah atau terselip di antara gedung tinggi perkantoran bakso selalu dikerumuni penggemarnya. Jangkauan konsumenpun nyaris tanpa batas, dari anak sekolah sampai para eksekutif mobil mewah. Tak pandang bulu, apakah tempat jualannya berbentuk gerobak di pinggir jalan, menempati sebuah sudut food court, menjadi restoran ataupun kedai khusus bakso. Tak pula melihat usia, jenis kelamin, dan juga membedakan suku.

BISNIS YANG TAK PERNAH MATI

Peluang itulah yang ditangkap oleh Henky Eko Sriyantono, seorang pengusaha bakso malang yang sukses. Awalnya, ia agak bingung ketika melihat sebuah kedai bakso yang disesaki pengunjung di bandara internasional Soekarno Hatta. Eko berpikir, berapa harga menyewa tempat di bandara sebesar itu. Jika sang pemilik mampu membayar sewa, artinya bisnis itu sangat menguntungkan. Biaya sewa bisa tertutup oleh keuntungan.

Pemandangan yang bagi Eko mengagum­kan ini membuatnya berpikir tentang prospek bisnis bakso. Sebenarnya, dunia bisnis bukan mainan baru baginya. Bisa dibilang, jiwa bisnis sudah merasuk ke dalam dirinya. Berbisnis telah dijalaninya Sejak 1997, saat ia mencoba keberun­tungan dalam dinamika dunia ponsel. Tapi, rupa­nya ponsel bukanlah benda keberuntungannya. Tak putus asa, setahun kemudian ia berganti haluan. Bisnis MLM coba diikutinya. Cukup setahun, tahun berikutnya ia memutuskan ter­jun ke agrobisnis jahe. Sepertinya, ini juga bu­kan pilihan tepat. Sejak itu hampir setiap tahun ia berpindah jenis bisnis, mulai dari aksesori berupa tas dan dompet, busana muslim, barang kerajinan, hingga mobil. Tapi belum satu pun ia menemukan produk yang tepat untuk ia geluti.

Semuanya merugi. Sebabnya sangat bermacam-macam. Antara lain produk tertentu tidak tepat menyasar target market tertentu. Tak hanya itu, Eko juga sempat ditipu. Namun, asa belum putus dibenaknya. Mulailah ia terjun bebas di dunia makanan. Pria yang biasa disapa dengan sebutan Cak Eko ini membangun usaha katering rumahan, Namun Gagal. Ia coba membeli waralaba makanan ringan tapi keuntungan yang diimpikan tak kunjung datang. Sempat pula mencoba menjual bandeng tanpa duri. Tetap tak membuahkan hasil.



BIODATA

HENKY EKO SRIYANTONO (CAK EKO)

Surabaya, 5 Mei 1974

Email : bakso_cak_eko@yahoo.com / henkyes@yahoo.com

Website: www.cakeko.co.nr

PENDIDIKAN:

2001 - 2003 S2 Teknik Sipil Manajemen Proyek Universitas Indonesia

1992 - 1996 S1 Teknik Sipil ITS

NAMA USAHA:

Bakso Malang Kota "Cak Eko' (Waralaba Kuliner Bakso Malang)

Website: www.baksomalangcakeko.co.nr

Alamat : Jl. Raya Hankam Jatiwarna, Jati Melati, Bekasi, Jawa Barat

Telp/Fax : 021 93846527, 021 84307897 HP: 0811 950321, 0859 21699018

Email : bakso_cak_eko@yahoo.com

PENGHARGAAN :

2009 Pemilik dan Pendiri Waralaba Bakmi Jawa Jogya Mbah Tarmo

2008 Pemenang IWirausaha Muda Mandiri kategori Mahasiswa Program Pascasarjana dan Alumni

2008 The Best in Business Prospect Indonesia Franchise

2008 Pernenang I Bisnis Indonesia Young Entrepreneur Award

2007 Indonesian Small Medium Business Entrepreneur Award dari Menkop & UKM

2007 Indonesian Innovative Creative Award 2007 dari Menteri Koperasi & UKM, Menakertrans & Menperin

LAIN-LAIN :

2008 - Sekarang Pemilik & Pendiri Waralaba Ayam & Bebek Goreng Sambel 2007 - Sekarang Pemilik & Pendiri Waralaba Soto Ayam Kampoeng Jolali 2006 - Sekarang Pemilik & Pendiri Waralaba Bakso Malang Kota "Cak Eko'

BUKU :

The Cak Eko Way, Kiat Menggapai Kesuksesan Bisnis Bermodal Tekad & Sedekah, 22 Desember 2008

Obat Paling Mujarab Sembuhkan Penyakit Penyebab Kebangkrutan Usaha", Elexmedia Komputin­do,22 Oktober 2008.

15 Jurus Antirugi Buka Usaha Rumah Makan" Elexmedia Komputindo, 2 Juli 2008.

Resep Paling Manjur Menjadi Karyawan Kaya Raya",Elexmedia Komputindo,Oktober 2007

Untunglah. Pada sebuah pagi yang inspiratif, kedai bakso di bandara mendatangkan ilham untuk berbisnis bakso.

Kali ini Eko tak man sembarangan dan ingin melangkahkan kakinya dengan lebih hati-hati. Untuk itu, ia yang mulanya tak punya pengetahuan apa pun tentang bakso tak segan-segan berguru. Ia terjun langsung untuk belajar pada ahli pembuat bakso malang di Surabaya dan Malang.

Berbekal pengetahuan yang baru dipelajarinya, ia mencoba meramu beberapa resep bakso. Setelah pantang menyerah selama tiga bulan, ia menemukan formula yang memuaskan: bakso kenyal yang gurih tanpa pengawet dengan kuah yang segar.

MEMBANGUN WARALABA

Pada pertengahan tahun 2006, barulah ia mulai merintis bisni bakso dengan mengusung nama Bakso Malang Kota "Cak Eko". konsumen tak berhenti menjejali kedainya. Tapi Eko tak besar kepala, dan cepat merasa puas. Ia mencoba menciptakan inovasi baru supaya pelanggan tidak merasa bosan dengan bakso andalannya. Inovasi ini ia terapkan hampir di semua aspek, seperti proses pembuatan produk produksi, dan sistem distribusi.

Strategi promosi pun dirancang ulang. Salah satu caranya adalal dengan mengembangkan situs Bakso Malang Kota "Cak Eko" (wvvv baksomalangcakeko.co.nr) dan aktif masuk ke berbagai kelompok milis. Agar lebih menarik perhatian konsumen, ia juga memuat logo yang unik. Cara lain yang ia lakukan dalam memperkenalkan produk terbilang konvensional tapi ampuh, yaitu menyebarkan flyers ke banyak tempat (seperti perumahan dan perkantoran), memasang spanduk di tempat-tempat strategic, serta memasang iklan di sejumlah media (antara lain koran dan majalah). Ia tak hanya memerhatikan kualitas produk melainkan juga mempertimbangkan kebersihan, kehalalan, higienitas, dan kesehatan. Untuk meyakinkan orang bahwa produknya halal dan berkualitas, ia mendapatkan sertifikat halal dari  MUI, sertifikat BPOM Dinas Kesehatan, serta sertifikat uji laboratorium. Di situ terlihat bahwa produknya bebas dari formalin, borak dan zat lain yang membahayakan kesehatan.

Produk yang ditawarkan Eko terbilang unik. Ia tidak hanya menjual satu jenis jajanan melainkan juga jenis makanan khas Jaw Tengah dan Jawa Timur lain. Di antaranya soto ayam dan daging, cwe mie malang, nasi, dan mi goreng jawa.

Kesuksesan meraih penggemar dalam waktu sekejap membuahkan gagasan baru dalam benak Eko, yaitu menjual waralaba bisnis tersebut. Rupanya, kesempatan berbisnis dengan sistem waralaba ini langsung disambar oleh orang-orang yang berjiwa pengusaha. Mereka merasa mendapat keuntungan dengan mengambil waralaba Bakso Malang Kota "Cak Eko". Dengan modal yang tak terlalu besar, pembeli waralaba (franchise) sudah bisa memprediksi omzet yang akan dirm h Bahkan dalam menjalankan usaha ini mereka akan terus dipantau dan dibantu oleh pemilik waralaba (franchisor) agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Calon pembeli waralaba boleh memilih jenis usaha yang paling sesuai dengan kemampuan financial dan kemampuan menjalani usaha. Untuk lokasi biasanya Eko juga akan turun tangan memberi saran tentang pemilihan lokasi yang strategic.

Calon pembeli waralaba pun tak perlu khawatir memikirkan bahan baku. Karena dengan modal itu Eko akan menyediakan bahan baku termasuk daging sapi segar dan bumbu jadi, yang dipasok secara rutin. Selain itu, ia juga mengadakan pelatihan untuk para calon karyawan, misalnya bagi para koki dan para pramusaji. Dengan demikian rasa masakan dan layanan Bakso Kota Malang Cak Eko akan selalu sama, di manapun Anda berada.

Untuk membeli waralaba ini, tidak sulit. Calon pembeli hanya perlu menyediakan modal minimum sekitar Rp50 juta. Dari pengama­tan Eko, para franchise sudah bisa mendapat­kan modalnya kembali rata-rata dalam 8 bulan. Sebab, ia menghitung, omzet dari penjualan bak­so malang ini bisa sekitar Rp3 juta per hari atau sekitar Rp80 juta sebulan.

.
Sebuah Gagasan dari Ruang Tunggu Bandara

SEKALI LAGI KITA akan belajar bahwa keinginan seseorang untuk hidup mandiri tidaklah semudah membalikkan tangan. Wirausahawan muda asal Surabaya, Henky Eko Sriyantono mengalami jatuh bangun mengecap kegagalan hingga 10 kali ketika memulai bisnisnya. Baru setelah berusaha selama 8 tahun, Henky mulai menemukan kemandiriannya setelah merintis usaha Bakso Malang Kota “Cak Eko” di rumahnya di daerah Jatiwarna, Bekasi. Pada 2006, Eko menawarkan sistem franchise melalui website, yang segera mendapatkan sambutan positif. Saat ini Bakso Malang Kota "Cak Eko" sudah mempunyai 85 cabang di seluruh Indone­sia tersebar mulai dari Jabodetabek hingga Palu. Dengan kemampuan merekrut pekerja sebanyak 300-400 orang, omzet ke-85 cabang di seluruh Indonesia itu bisa mencapai 1,6 — 2 miliar per bulan. Sebuah pencapaian yang mengagumkan.

Q: Kenapa idenya bakso?

A: Idenya sederhana saja. Pada 2005 secara tidak sengaja saya melihat ada gerai bakso di bandara Cengkareng. Hal itu membuat saya terpikir bahwa hanya dengan berjualan bakso, seseorang bisa menyewa gerai di bandara yang biayanya pasti ratusan juta rupiah setahun. Kalau begitu, bisnis ini sangat prospektif. Dari situlah inspirasi saya muncul.

Q: Sebelumnya, ternyata Anda sudah pernah memulai bisnis yang lain, ya. Sampai Anda juga menulis buku berjudul Obat Mujarab. Disebutkan juga Sembuhkan Penyakit Penyebab Kebangkrutan Usaha. Nah, satu hal yang pasti menarik, ini pasti ada hubungannya dengan buku ini. Anda pernah bangkrut? Pernah mengalami kegagalan usaha?

A: Ya, saya sudah pernah bangkrut sepuluh kali. Sudah mulai bisnis sejak 1997, mulai dari jual ponsel bekas sampai agrobisnis. Gagal. Setelah itu, husana muslim sampai kerajinan barang antik, saya tekuni. Barangnya laku, tapi saya baru dapat uangnya tiga minggu kemudian. Cash-flow tidak lancar. Lalu saya pikir, bisnis itu ternyata perlu sistem, sedangkan waktu itu saya berusaha tanpa sistem. Makanya ketika ada business opportunity ,nam tahun lalu, langsung saya ambit. Modalnya hanya 5 juta rupiah, sudah hpat gerobak. Kalau dibilang batik modal, belum pada waktu itu. Namun saya jadi dapat ilmu.

Q: Kalau saya Iihat, tukang bakso hanya membuka satu gerai, dan ada di situ terus. Paling ditambah perlahan-lahan menjadi dua atau tiga, dengan uangnya sendiri. Lain hainya dengan Cak Eko, dia membuka cabang. Ini merupakan suatu business opportunity yang di-franchise-kan. Selain itu metode promosinya berbeda. Ilmu lapangan UKM berbeda dengan ilmu sekolahan.

A: Saya waktu itu menggunakan strategi mengirim email ke pemimpin redaksi majalah-majalah. Saya cerita; saya setiap jam 3 pagi harus meng­giling daging di pasar Pondok Gede, terus bikin bakso untuk jualan. Nah, ternyata itu menyentuh.

Q: Dengan dimuat di media akhirnya datanglah orang-orang yang ingin membeli franchise itu? Dijual berapa franchise-nya?

A: Pertama itu saya menarik franchise itu antara 30 sampai 35 juta rupiah. Mereka memperoleh peralatan. Karyawan dari pihak mitra kami ajarkan bagaimana cara memasaknya. Namun bahan baku kami sediakan. Itu 85 persen. Kuah baksonya instan, sudah saya ramu. Tinggal didihkan berapa liter air, dimasukkan begitu saja sudah jadi. Karena sudah diberi brand, rasanya juga harus sama.

Q: Usaha yang kecil, biasanya orang belum merekrut karyawan yang banyak. Apalagi sekretaris, jadi biasanya dipekerjakan suami istri ya.

Tadi disebutkan ada sepuluh penyakit kebangkrutan. Salah satunya adalah mengajak istri. Mengajak istri ternyata juga bisa jadi masalah?

A: Memang saya mengalami proses dari gagal jatuh-bangun sampai sekarang dapat mandiri. Istri saya juga tahu bagaimana komitmen saya ter­hadap usaha sehingga pada saat melakukan usaha bakso, mindset bisnis­nya sudah terbentuk. Mulai dari bagaimana saya struggle untuk meyakin­kan bahwa kesuksesan tinggal satu langkah lagi. Saya selalu bilang seperti itu. Nah akhirnya pada saat saya buka usaha bakso, kerangka pemikiran istri sudah terbentuk untuk berwirausaha.

Q: Oke. Yang jadi masalah seperti apa kalau suami istri terlibat? Mindset yang tadi diceritakan?

A: Kalau mindset-nya belum siap itu, lebih nyaman kalau pihak suaminya tetap menjalankan pekerjaannya. Seorang karyawan lebih baik jangan keluar dari zona amannya dulu, sebab kalau tidak siap isa akan merasa terganggu. Nantinya, risiko pendapatan berhadapan dengan istri.

Q: Sebenarnya mungkin yang dimaksud oleh Cak Eko begini, sebagai seorang suami yang sudah memasuki kuadran wirausaha, ketika sudah invest, dia punya expected income. Expected income itu adalah penghasil­an kira-kira setelah berapa tahun, setelah usahanya jalan pendapatan­nya akan sampai. Sementara istrinya itu tidak punya expected income itu. Yang dia rasakan uang dapurnya berkurang, suaminya tak punya uang atau uangnya keluar terus, Ialu resah, dan mulai menghambat karena takut.





PUNYA MIMPI LAIN

Namun, Eko tak ingin berhenti sampai di situ. Masih banyak cita-cita yang ingin ia capai. Misalnya, Eko bertekad membuat bakso nice jadi makanan yang bergengsi, tidak kalah dari makanan-makanan asing yang juga banyak menjadi favorit, terutama di kota besar. Ia juga ingin memperluas pasar hingga ke berbagai kota di tanah air. Tak hanya itu ia bahkan bercita-cita membuat produknya dikenal di manca negara. Kabarnya Eko berencana membuka cabang di Singapura dan Amerika Serikat. Yang jelas, satu mimpinya yang mulia sudah bisa 10 wujudkan yaitu menyediakan lapangan pekerjaan bagi banyak orang?

Di samping itu Eko juga rajin berbagi ilmu. Ia tak segan beberkan rahasia kesuksesan bisnisnya. Ia memberikan workshop wirausaha kepada sejumlah mahasiswa. Kepeduliannya ini karena ia ingin agar banyak pengusaha muda yang tumbuh di antara calon lulusan kampus. Ia berharap mereka tidak mencari pekerjaan melainkan membuka lapangan kerja baru.

Eko bisa dibilang merupakan pemain baru di dunia bisnis kuliner Tapi, belum genap tiga tahun usianya, bisnis bakso malang kebangaannya itu bukan hanya menjadi usaha rumahan semata melainkan berkembang menjadi sebuah kerajaan bisnis. Hingga kini waralaba bisnis tersebut telah tersebar di sejumlah kota di hampir seluruh penjuru Indonesia (dari Sumatera hingga Kalimantan, Sulawesi, Maluku Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat). Jumlah kedainya mencapai lebih dari 102, sementara ia sendiri memiliki 3 cabang diantaranya,

Ia berhasil menepis anggapan banyak orang bahwa bisnis bakso bukanlah bisnis yang modern, gaya, dan mendatangkan banyak laba. Perjalanannya membangun bisnis ini telah banyak menginspirasi orang sehingga mereka terpacu mengikuti jejak langkahnya untuk menjadi pengusaha sukses.

Hukum Wirausaha #5

Belajar Dari Kegagalan

Kalau saya tidak pernah berani tersasar, kalian tidak akan pernah me nemukan jalan hart.- Christopher Columbus



SAAT DITERTAWAKAN OLEH orang-orang Spanyol karena tersasar, Christopher Columbus mengeluarkan wisdom "Kalau saya tidak pernah berani tersasar, kalian tidak akan pernah menemukan jalan baru." Semua orang heran, mengapa ia tetap bisa tersenyum kala diolok-olok sebagai orang gagal dan bodoh. Padahal jelas ia telah melakukan kesalahan. Bayangkan puluhan kapal beserta awaknya telah diserahkan Ratu Isabel agar Columbus menyelesakan misi perjalanan lautnya: Menemukan India.

Alih-alih menemukan India, ia cuma mendarat di Amerika Selatan. Lebih fatal lagi, orang-orang di pulau itu ia paksakan namanya menjadi Indian. la merasa sudah menemukan India karena di sana ada rempah-rempah yang dicari kerajaan Spanyol seperti yang diucapkan pedagang-pedagang Arab yang biasa berclagang ke Eropa.

Namun meski diolok-olok, popularitas Christopher Columbus tidak pernah pudar. la tetap dikenal sebagai penjelajah hebat yang membuka cakrawala manusia da­lam berpikir. la benar. Kalau kita tidak pernah mau kesasar, maka kita tidak akan pernah menemukan jalan-jalan baru di dunia ini.

Seperti itu pulalah yang dapat dipelajari dari Henky "Cak Eko" Sriyantono. la menyeberangi pulau sambil ter­antuk-antuk sepuluh kali sebelum akhirnya menemukan "pulau" yang is cari yaitu Bakso Malang Kota. Yang pen­ting dalam hidup ini bukan sukses atau gagal tetapi kalau gagal atau berhasil, apa pembelajaran yang dapat ditarik dan hasil yang telah dicapai itu.

Belajar dari Cak Eko, saga ingin memberi Anda be­berapa tip berikut ini:

  • Setiap waktu yang Anda habiskan untuk apa saja anggaplah semua biaya, tenaga, dan waktu yang Anda keluarkan itu sebagai investasi Anda. Dengan investasi itu berarti Anda telah berkorban. Periksalah semua investasi itu dan kalau hasilnya negatif (Anda kehilangan), satu hasil yang pasti Anda bisa dapatkan, adalah pembelajaran. Periksalah dan renungi pembelajaran itu.

Banyak orang yang gagal tidak mengambil hikinah apa-apa. Dia orang bodoh - Jauhilah dia. Namun kepada yang belajar dari kegagalan patut kita temani, sebab mereka akan kembali dalam membawa berkat bagi orang lain.

- Rhenald Kasali

  • Sukses bukanlah merupakan kumpulan dari bukit-bukit tinggi yang Anda raih, melainkan kalau anda jatuh ke bawah, seberapa cepat Anda bangkit kembali (the speed of recovery).

  • Sukses berarti Anda menang bersama, yaitu bersama-sama dengan pelanggan Anda, partner Anda atau pasangan hidup Anda. Inilah hukumnya:

  • Kalau saya menang – dia kalah; Saya hanya menang sekali saja.

  • Kalau saya kalah – dia menang; Dia hanya me­nang sekali saja.

  • Kalau kita sama-sama menang; Kita akan meme­nangkan babak-babak selanjutnya, terus menerus.

  • Kalau kita sama-sama kalah; Selamat tinggal –Kita bubar saja.

  • Setiap kegagalan terjadi karena kita tidak men­genal sistem bisnisnya. Kenalilah dan bekerjalah dengan sistem dan aturannya.

  • Setiap kegagalan dapat terjadi kalau Anda terlalu menguras energi. Inilah ABC dari energi yang terkuras:

  • Aktivitas tanpa arah yang jelas

  • Beban tanpa tindakan nyata

  • Konfliktanpa kesudahan

  • Maka bekerjalah dengan arah yang jelas (sistem, rencana, navigasi), lakukanlah tindakan-tindakan rill, dan hiduplah dalam damai.

Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 1: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

No comments: