WARGA BATAM LAYAK berterima kasih kepada Denni Delyandri (29). Berkat ide sarjana teknik tersebut, mereka jadi punya oleh-oleh khas dari kotanya: kek Pisng Villa. Identitas kuliner ini membuat kota mereka sejajar dengan daerah wisata lain, seperti Yogyakarta yang memiliki bakpia, Babat punya wingko, Medan yang punya bika ambon, Palembang punya empek-empek, Manado punya klapper tart, atau Bali yang punya brem.
Maklum saja dalam dunia pariwisata (dengan mobilitas penduduk yang tinggi), makanan khas merupakan faktor penting untuk menjadi ikon sebuah kota. Sebelum tahun 2006 bisa dikatakan Batam tidah memiliki makanan khas. Padahal dengan posisinya yang strategic " terletak di jalur pelayaran internasional - pulau yang berada di sebelah utara Indonesia itu telah menjadi kota tujuan wisata bagi kalang turis domestik. Per tahun tak kurang dari 1,5 juta wisatawan berkunjung ke kawasan tersebut sehingga Batam menjadi kota dengan tingkat kunjungan wisata terbesar ketiga setelah Bali dan Yogyakarta.
Tidak hanya itu, sebagai kota perdagangan, pulau kecil ini juga dihuni masyarakat yang sangat heterogen. Sudah tentu sesekali mereka butuh mudik atau mendapat kunjungan dari sanak kerabatnya. Masyarakat yang tinggal di sana pun sering kebingungan mencari buah tangan khas yang bisa dibawa keluar pulau. Masalah ini mendapat jawaban setelah pasangan Denni dan Selvi Nurlia menciptakan kek pisang Villa. Terutama setelah kue ini berhasil berkembang sebagai produk andalan yang bisa dibawa sebagai buah tangan, baik bagi pendatang maupun penduduk asli.
Didirikan pada 2006, CV Media Kreasi Bangsa milik Denni kini telah berkembang menjadi satu-satunya perusahaan yang fokus menggarap produk berupa oleh-oleh khas Batam. Selain kek pisang, outlet Villa juga menyediakan kerupuk udang super dari Tanjung Balai Karimun, kerupuk ikan, kerupuk sotong, kue gelombang Malaysia, dan lain-lain. Jenis-jenis makanan ini merupakan dagangan titipan dari beberapa usaha mikro keeil dan menengah (UMKM) yang tersebar di wilayah Kepulauan Riau.
Produk Kek Pisang Villa bisa disebut merupakan tonggak pembuktian terhadap keyakinan Denni sejak bertekad masuk ke dunia usaha. Melalui perusahaan tersebut, iamembuktikan bahwa tekat masuk ke dunia wirausaha mampu mengubah hidupnya 180 derajat. Bukan hanya dari sisi finansial, produk kek pisanglah yang telah mcngubah mindset-nya dari karyawan biasa menjadi pribadi yang mandiri. "Dan saya bangga karenanya," tegas Denni.
Awalnya, alumnus Universitas Andalas Sumatera ini bekerja sebagai karyawan di pabrik elektronika. Gajinya cukup untuk hidup di Batam tapi tidak memadai untuk mewujudkan berbagai impian. Aplagi setelah istrinya yang juga sarjana teknik memutuskan keluar dari pokerjaannya ketika mengandung anak pertama mereka.
Masyarakat yang tinggal di sana pun sering kebingungan mencari buah tanga khas yang bisa dibawa keluar pulau. Masalah ini mendapat jawaban setelah pasangan Denni dan Selvi Nurlia menciptakan ke pisang Villa
MODAL AWAL KOMPOR MINYAK
Bahu membahu, pasangan muda itu mencoba mencari penghasilan tambahan. Sebuah kompor minyak tanah, salah satu kado pernikahan menjadi modal awal. Mereka membeli kerupuk mentah di pasar, digoreng, lalu dikemas secara sederhana sebelum didistribusikan ke warung-warung dan rumah makan di sekitar rumah. Lumayan laku, tapi lama-lama usaha ini mandeg. Keduanya kelelahan karena semua mereka kerjakan sendiri.
BIODATA
DENNI DELYANDRI
Magelang, 11 Juni 1980
Email: denni@kekpisangvilla.com
PENDIDIKAN:
1998 - 2003 S1 Teknik Elektro, Universitas Andalas
NAMA USAHA:
Kek Pisang Villa (Produksi & Retail oleh-oleh khas Batam) Website: www,kekpisangvilla.com
Alarnat: JI. Imam Bonjol Blok F / 51 Nagoya, Batam Telp/Fax: 0778 458354,0778 454957
PENGHARGAAN :
2008 Juara III Wirausaha Muda Mandiri Kategon Mahasiswa Program Pascasarjana dan Alumni
2008 UKM terbaik se Provinsi Kepri
Berkali-kali setelah itu mereka tetap terus mencoba mencari penghasilan tambahan. Misalnya berjualan kue buatan Selvi yang dititipkan ke beberapa kantor perusahaan. Namun usaha ini pun lagi-lagi tidak membuahkan hasil yang memuaskan karena semua dikerjakan sendiri.
Dalam masa pencarian itu Denni menemukan sebuah buku yaitu memberinya pencerahan. Buku berjudul Rich Dad, Poor Dad karya Robert T. Kiyosaki itu membangkitkan keberaniannya untuk mengambil risiko. Ia berani mengambil kredit dari koperasi tempat bekerja. Namun lagi-lagi usahanya gagal dan uangnya amblas.
Namun, didorong semangat Kiyosaki, Denni dan Selvi tak jera dan pantang menyerah. Ia mulai meyakinkan dirinya dengan membuat motto bisnisnya: Take Action, Make It Happen. Kembali mereka mencoba bidang usaha lain sambil terus mencari referensi bisnis. Sadar ilmu bisnis yang mereka kuasai sangat minim, pasangan ini senantiasa berusaha menambah wawasan dengan mempelajari bermacam. macam buku bisnis plus berselancar di dunia maya.
Suatu kali mereka terinspirasi sebuah compact disc mengenai seminar yang didapatkan melalui internet. Maka mereka pun mencoba membuat sebuah event organizer (EO). Proyek pertama mereka adalah menyelenggarakan sebuah seminar yang diharapkan eksklusit, dan menarik dengan mendatangkan seorang motivator ternama. Melalui rekomendasi beberapa teman mereka bisa mendatangkan Jaya Setiyabudi. Setelah seminar hubungan mereka berlanjut karena Denni masuk dalam organisasi kewirausahaan dan asosiasi wirausaha yang dimotori Jaya. Di dalam organisasi itulah Denni mendapatkan banyak pengalaman berharga sebagai wirausaha.
Sementara itu, Selvi merintis usaha kek pisangnya. Awalnya Denny memasarkan produk ini dengan sistem kemitraan bersama tem"m temannya yang menjadi karyawan di kawasan industri perusahaan Mukakuning. Untuk setiap box Kek Pisang Villa yang terjual Denni memberi komisi Rp 3.000 bagi temannya itu. Untuk mitra yang bisa memenuhi target penjualan 100 kota, masih ada lagi bonus senilai Rp 100.000. Denni berharap insentif ini bisa menambah semangat paramitra dalam memasarkan dan menjual ini. Dengan cara ini bisnis kek pisang ini terus berkembang. Karena kek buatan istrinya enak dan harganya terjangkau, serta tidak dibuat massal, pesanan terus mengalir. Dari hanya 30 kotak, lama-lama mereka mampu menjual 400 kotak per hari.
Di Batam Tidak Ada Kebun Pisang
PULAU BATAM YANG berada di jajaran kepulauan Riau memiliki keistimewaan karena jaraknya yang dekat dengan Singapura, sehingga memungkinkan banyak wisatawan dan usahawan yang melancong ke pulau ini. Potensi ini menjadi inspirasi bagi Denni Delyandri untuk menciptakan oleh-oleh khas kota Batam yang selama ini tidak ada. Kek pisang Villa, tercipta dari sebuah perjalanan panjangnya yang memulai usaha dengan berjualan onde-onde, krupuk hingga menjadi Event Organizer. Keahlian sang istri, Selvi Nurlia, dalam membuat kue akhirnya membuat Denni beralih ke bisnis kek pisang pada 2006. Awalnya hanya tiga loyang per hari, kini Denni yang memiliki motto "Take action and make Happen" mampu menjual 800 – 1000 loyang setiap hari dan memiliki 5 toko dengan omzet sekitar Rp. 25 juta per hari. Tidak hanya soal rasa yang dikembangkan dalam sejumlah varian, pengemasannya juga didesain secara khusus guna memudahkan konsumennya membawa pulang sebagai oleh-oleh. Kek Pisng Villa buatan Denni, tidak hanya menjadi ciri khas kota Batam, tapi juga menjadikan Denni juara 3 program Wirausaha Muda Mandiri 2008.
Q : Anda berasal dari Padang, memangnya punya darah dagang, ya?
A : Katanya begitu, tapi nyatanya tidak semua orang Padang bisa jadi pedagang. Karena teman-teman saya yang orang Padang, saat ini masih banyak yang jadi karyawan juga.
Q : Anda juga sempat menjadi karyawan ?
A : Iya, di salah satu perusahaan elektronik selama tiga tahun. Awalnya saya ke Pulau batam benar-benar untuk mencari pekerjaan, dan tidak berniat untuk membuka usaha. Namun ternyata menjadi karyawan itu tidak enak, karena semua dibatasi. Jam kerja dibatasi, izin dan keuangan juga dibatasi. Tidak akan pernah seorang karyawan mendapatkan hasil yang lebih dari jam kerjanya, karena aturan soal waktu. Misalnya dia bekerja dari pukul 7 pagi sampai pukul 4 sore, maka hasil yang ia dapatkan hanya sebatas waktu tersebut.
Q : Tetapi kan pendapatannya pasti
A : Pasti, tetapi tidak mencukupi. Terlebih untuk keadaan saat ini
Q : Jadi menurut anda lebih penting tidak apsti tetapi mencukupi ?
A : Betul.
Q : Kek pisang ini terlihat unik. Terdiri dari berbagai macam varian, ya ?
A : Ada lima varian rasa : Blackforest, keju, blueberry, mixed fruit, dan original. Original adalah kek yang belum diberi topping. Perbedaan rasa setiap kue itu terletak di toppingya. Bentuk awalnya bulat, namun agar mudah dibawa dan dikemas secara baik, dimodifikasi menjadi bentuk kotak.
Q : Tadi disebutkan varian rasanya ada lima, tapi bukankah dulu variannya banyak sekali ?
A: Dulu awalnya kami sangat bergairah untuk membuat retail, sampai ada 12 rasa yang kami kembangkan. Ada rasa choco, mete, pandan, dan lainnya. Namun setelah kami meosisikan Villa sebagai produk oleh-oleh, jumlah varian sebanyak itu hanyak membingungkan konsumen saja. Selain itu biaya prodksi juga akan semakin meningkat. Setelah melewati riset akan rasa apa yang paling disukai, diperoleh lima rasa di atas.
Q : Konsep bisnis anda ini menarik karena oleh-oleh kuliner khas daerah ini belum dimiliki oleh Batam. Potensi apa lagi yang dimiliki Pulau Batam ?
A: Saat ini Batam sedang maju. Dulu hanya sekadar kota industri yang masyarakatnya sangat heterogen. Kini Batam menjadi tujuan wisata, bahkan menempati posisi nomor 3 setelah Bali. Hampir 1,5 juta wisatawan setiap tahun mampir ke pulau Batam untuk mengikuti MICE (Meeting, Invention, Convention and Exhibition), sehingga mobilitasnya tinggi. Maka dari itu kami memilih peluang di sana karena belum ada satu oleh-oleh pun yang menjadi ciri khas Batam. Selain itu kebiasaan orang Indonesia yang menitip buah tangan setiap kali ada kerabat atau sahabat yang berpergian ke tempat jauh. Inilah yang saya lihat sebagai peluang.
Q: Tapi, mengapa pisang? Bukankah di Pulau Batam tidak ada kebun pisang?
A: Benar, tidak ada kebun pisang di Pulau Batam. Namun, yang saya miliki saat itu hanyalah resep istri yang pandai membuat kek pisang. Cocok untuk dijadikan oleh-oleh yang unik. Pasokan pisangnya dapat didatangkan dari Sumatera Utara, cukup dekat ke Batam.
Q : Anda tadinya seorang karyawan. Kemudian berhenti dan berjualan. Anda tidak malu atau gengsi?
A: Tidak, selagi hal yang saya kerjakan itu halal, tetap saya jalani. Pernah ada kejadian, sewaktu saya berjualan retail, door to door, kami masuk ke kantor-kantor besar. Pada hari Jumat ketika akhir pekan, saat ibu-ibu biasa berbelanja, kami dekati mereka sambil menawarkan produk ini. Responsnya sangat baik, sampai-sampai mereka berebutan. Di situ ternyata ada senior saya yang memerhatikan. Dia menghampiri saya dengan rasa kasihan sambil bertanya mengapa saya mau berjualan seperti ini. Karena kasihan, dia menawarkan pekerjaan juga kepada saya. Kemudian saya menjawab tidak apa-apa, ini adalah usaha saya. setelah lewat beberapa tahun, belum lama ini dia berbelanja di tempat saya, dia sempat terkagum-kagum karena usaha saya telah membesar. Saya pun menanggapinya dengan mengatakan inilah hasil usaha saya yang kemarin.
Lama-kelamaan Selvi mulai kewalahan. Pada titik inilah Denni melihat ada peluang besar untuk membuka bisnis yang sebenarnya. Ia memberanikan diri mengambil risiko dengan berhenti bekerja untu menangani bisnis sepenuhnya.
Kerja keras mereka tidak sia-sia. Pesanan terus meningkat hingga rumahnya yang terletak di perumahan Villa Mukakuning se dengan kue. Pasangan ini pun memberanikan diri menyewa sebuah ruko, masih di kawasan Mukakuning.
Ruko ini menjadi tempat produksi sekaligus gerai penjualan Produk ini mulai dibranding dengan merek Kek Pisang Villa, diambil dari nama perumahan tempat tinggal. Agar mencolok, gerai ini dicat dengan warna orange. Dengan cerdik pasangan ini memosisikan produknya dan membangun brand association sebagai oleh-oleh khas Batam dengan tagline `Batam, Ya Kek Pisang Villa'. la juga membuat sebuah situs web www.oleh-olehkhasbatam.com dan www.kekpisangvilla.com.
"Saya beruntung karena selama ini Batam belum punya makanan khas, sehingga merek kami cepat berkembang. Alhamdulillah masyarakat Batam percaya pada kek buatan kami," ujarnya.
Sukses di ruko Mukakuning, mereka merambah ke lokasi Batam Centre, Nagoya, Penuin, dan Bandara Hang Nadim Batam. Kedekatan lokasi ini membuat sejumlah instansi pemerintah maupun swasta mulai mengenal kek Villa sehingga usaha ini berkembang pesat. Bahkan di situs web www.oleh-olehkhasbatam.com Wakil Walikota Batam mengaku menjadi salah seorang langganan setia Kek Pisang Villa ini. Hanya dalam waktu setahun akhirnya ayah 3 orang anak ini sudah memiliki 5 gerai. Modal awal sebesar Rp 2 juta telah berbiak dalam omzet Rp 800 juta per bulan.
Agar mencolok, gerai ini dicat dengan warna orange. Dengan cerdik pasangan ini memosisikan produknya dan membangun brand association sebagai oleholeh khas Batam dengan tagline 'Batam, Ya Kek Pisang Villa'.
Untuk lebih mempopulerkan produknya, Denni menjalin kerja sama dengan perusahaan travel dan supir taksi. Para pemandu wisata dan supir taksi akan mengarahkan wisatawan yang ingin berbelanja buah tangan khas Batam ke gerainya. Bahkan untuk semakin melekatkan tauten merek Kek Pisang Villa dengan citra Batam di benak wisatawan, setiap konsumen yang membeli sekotak kek (harga Rp 140 ribu), diberikan sebuah t-shirt bertuliskan Batam.
Untuk membangun jejaring dan memperluas wawasan usahanya, Denni rajin mengikuti berbagai seminar. Ia juga tak ragu mengikut I program Wirausaha Muda Mandiri. Hasilnya, tak sia-sia ia meraih Juara 3 Wirausaha Muda Mandiri Tingkat Nasional. Dengan bangga Denni menerima piala dan penghargaan yang diserahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla didampingi Direktur Utama Bank Mandiri Agus Martowardojo di Jakarta Convention Centre (JCC), pada 3 Desember lalu.
Denni telah membuktikan mottonya menjadi karya nyata. Sebahu
inspirasi bagi kita semua.
Kadang dalam hidup keadaan kita tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Misalnya, adanya krisis global, susahnya mencari pekerjaan, atau tiba-tiba terkena PHK. Janganlah menyerah. Lebih baik jangan berharap keadaan itu akan berubah dengan sendirinya. Kita harus inenjadi lebih baik, maka segalanya akan lebih mudah. Dan buat rekan-rekan mahasiswa, jangan hanya belajar dari teori. Tapi ambilah sebuah tindakan yang nyata, yang diiringi dengan belajar, maka hasilnya akan lebih. bagus. Yang penting Take Action and Make it Happen!
Hukum Wirausaha #6
Bersainglah Dengan Konsep
Produk botch saina, karya cipta mudah ditiru, namun yang membedakan adalah konsep dan orang dibelakangnya.- Rhenald Kasali
DENNI DELYANDRI TIDAK bersaing dengan produk, tetapi bersaing dengan konsep. Kalau bersaing dengan produk, maka Anda akan terperangkap pada adu fungsi. Fungsi makanan adalah "mengenyangkan" dan "enak". Fungsi kamar (hotel) adalah untuk ditiduri, kopi untuk mencegah ngantuk, air untuk mengatasi haus, dan seterusnya.
Selama Anda bersaing dengan produk, maka akan Anda temui pesaing-pesaing baru yang mampu membuat makanan yang lebih enak, lebih mengenyangkan, lebih nikmat, maknyus, dan tentu saja lebih mudah. Semua itu mudah dilakukan pendatang-pendatang baru dan tentu saja persaingan semakin lama akan menyulitkan Anda.
Bersaing dengan konsep adalah bersaing dengan kecerdasan, yaitu apa yang hendak Saudara konsepkan dari produk Saudara. Ginseng dari Korea yang dikenal sebagai "obat kuat" dapat dipasarkan sebagai teh ginseng yang 100% merupakan ginseng yang disajikan dalam bentuk tea bag dan dikonsumsi seperti Anda minum teh. Seorang pedagang durian menghadirkan suasana makan durian di kebun durian, dengan konsep suasana dan Denni Delyandri memasarkan kek pisangnya dengan konsep oleh-oleh.
Persaingan masa kini adalah persaingan dengan! konsep, yaitu apa yang Anda ingin konsepkan clari produh yang Anda buat. Konsep akan menentukan hubung,in Anda dengan pelanggan dan menentukan apa yang akan anda kerjakan dalam mengisi pasar.
Untuk bersaing dengan konsep, perhatikan tips berikut:
- Desain procluk sesuai kebutuhan konsep. Bon kemudahan akses, kemudahan dalam membawa, dan konsumsi.
- Konsistensi. Harus konsisten, jangan tergoda memasarkan "konsep" ke dalam pasar biasa demi me perluas pasar. Kue sus merek "X” di Bandung dulu sangat terkenal karena selain enak, juga merupakan oleh-oleh yang unik bagi orang Jakarta yang bepergian ke Bandung. Namun sejak "oleh-oleh" unik banyak diternui dengan mudah di atas kereta api dan toko-tokonya tersedia di Jakarta, is kehilangan konsepnya, dan masuk ke dalam persaingan biasa.
Sebuah konsep yang balk mencerminkan sebuah pembedaan. Dicari karena keunikan dan kesan yang diciptakan.- Rhenald Kasali
- Emosional. Cari celah emosional yang membuat Anda mengekspresikan emosi mereka dalam berbelanja.
- Ciptakan perceived value positif, yang tercermin dalam kualitas dan harga segmen.
- Pengembangan. Konsep bisa saja tetap tidak berubah, namun menampilkan produk, akses, dan selera dapat terus dikembangkan, disesuaikan dengan temuan-temuan baru atau kebutuhan-kebutuhan baru.
- Treaming. Bila varian sudah kebanyakan, perlu dilakukan pengurangan jumlah produk atau variant Creaming, yaitu mengurangi jumlah varian. Denni Delyandri melakukan treaming varian dari 12 menjadi 5 rasa saja.
Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 1: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.
No comments:
Post a Comment