Wednesday, June 6, 2012

Sinta, Pemilik Keripik Pisang Ibu Mery: Mewujudkan mimpi-mimpi darikeripik pisang

Sinta – yang masih berstatus mahasiswa ini – tidka punya modal besar untuk menjadi pengusaha. Jangankan bermobil, sejak kecil ia biasa berpindah rumah kontrakan karena orang tuanya tak mampu membeli rumah. Segudang mimpi berputar di benaknya siang dan malam dalam rangka memperoleh kestabilan dan keamanan finansial. Dengan memanfaatkan ilmu yang diperolehnya saat bekerja di pabrik keripik pisang, si pemimpi serius ini berhasil membuat keinginannya menjadi kenyataan melalui istana Keripik Ibu Mery.

BANYAK ANAK INDONESIA yang kurang beruntung. Mereka harus membantu orang tua masing-masing mencari nafkah, yang mengamen, ada yang berjualan rokok dan permen, ada pula yang berjualan koran. Kalau sedikit beruntung dari uang penghasilan tersebut mereka bisa membayar uang sekolah. Itu pun mereka tetap harus berakrobat, mengelola waktu antara. bekerja dan bersekolah serta membuat pekerjaan rumah. Tapi bukan berarti mereka tak punya peluang untuk maju. Asal ada kemauan pasti ada jalan.

Itulah yang terjadi pada Sinta. Perempuan usia 22 tahun ini tak hanya berhasil mengangkat keluarganya keluar dari kemiskinan lama bertahun-tahun, melainkan berhasil menjadi pengusaha yang hebat. Ia termasuk beruntung karena. bisa mengejar ilmu hingga jenjang universitas. Saat buku ini ditulis ia masih tercatat sebagai mhasiswi di Fakultas Ekonomi, Univesitas Lampung, Sumatra. Terpikir untuk menambah uang saku, bisnis yang diawalinya dari kecil-kecilnya malah membuatnya menjadi jutawan.



MANFAATKAN PRODUK

Memahami bahwa is tidak dilahirkan di keluarga yang berkecukupan secara materi ketika duduk di kelas 2 SMA, Sinta merasa membantu keluarga dengan bekerja. Salah satu pilihan utamanya lah bekerja di pabrik keripik pisang. Sepulang sekolah ia bekerjasama. Hal seperti itu ia jalani selama enam bulan dan ia mendapatkan upah yang cukup, lumayan untuk membantu keluarganya.

Selama bekerja di pabrik keripik pisang tersebut, ia mendapatkan ilmu. Dari mulai memilih pisang berkualitas baik, memotongnya menjadi irisan yang tipis, menggorengnya hingga renyah, sam­pan memberikan variasi rasa. Selain itu dalam benaknya ia menghitung secara sederhana ten-tang omzet yang mungkin Baja ia hasilkan jika ia memiliki usaha di bidang itu.

Lampung sudah sangat terkenal karena pe­nganan olahan dari pisang yang memang banyak dihasilkan di daerah tersebut. Dulu cita rasanya hanya gurih asin. Akan tetapi, rasa keripik itu berkembang. Tak hanya manis biasa, tapi ada pula yang diberi rasa keju dan diberi taburan bubuk cokelat. Pisang yang awalnya hanya menjadi hidangan penutup ketika makan Siang berubah menjadi cami­lan nonton televisi. Itulah yang membuat Sinta membulatkan tekatnya. la mulai mengumpulkan uang hingga 3 juta rupiah. Uang dibelanjakan sejumlah barang untuk memulai usaha antara lain peralatan dapur yang standar serta bahan dasar pisang. Tak hanya itu, ia juga tahu ada hasil bumi lain yang bisa ia manfaatkan. Ia pun membeli singkong, ubi jalar, talas, dan sukun.



Ada standar kualitas yang ditetapkan bagi para pengusaha keripik pisang. Akhirnya, standar keripik yang ditetapkan pun bisa tercapai



Namun membuat keripik ternyata tidak terlalu mudah. Ada stan­dar kualitas yang ditetapkan bagi para pengusaha keripik pisang. Akhirnya standar keripik yang ditetapkan pun bisa tercapai. Ia pun menerapkan sistem pembuatan keripik pisang pada hasil bumi lain.

Perjalanan Sinta meraih sukses tidak mulus. Salah satu kendala­nya pemasaran. Awalnya ia tidak tahu bagaimana memasar­knya karena di mana-mana sudah ada yang menjual keripik pisang. Ia juga tak bisa menggaji pegawai untuk membantunya. Pada akhirnya ia mengandalkan bantuan dari saudara dan dua temannya yang baik dan dan benar benar- mengerti apa yang harus dikerjakan.

BIODATA

SINTA

Teluk Betung, 24 Oktober 1986 Email: sinta_sashiqu@yahoo.co.id



PENDIDIKAN:

2005 Mahasiswa SI Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universsitas Lampung



NAMA USAHA:

Industri Keripik Pisang lbu Mery

Alamat: JI. Pagar Alam No. 24, Segalamider, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung

Telp: 0819 77952002



PENGHARGAAN :

2008 Pemenang  III Wirausaha Muda Mandiri Kategori Mahasiswa Diploma dan Sarjana



Selain membantu proses pembuatan keripik, kedua teman Sinta itu membantunya mengemas produk. Tak hanya itu, mereka juga memasarkan produk ke sekolah-sekolah, toko camilan, dan toko cendera mata yang biasa dikunjungi oleh wisatawan.

Karena usaha utamanya adalah membuat keripik, maka Sinta  memberi merek Istana Keripik untuk produknya. Untuk menglioi ibunya, ia mengimbuhi nama Ibu Mery di belakangnya. Jadilah merek ­dagang yang didaftarkannya menjadi Istana Keripik Ibu Mery ibunya sering kali mendapat cemoohan dari masyarakat karena dianggap miskin dan tidak berpendidikan. Dengan mencantumkan nama ibunya, ia ingin orang banyak tabu bahwa nasib orang bisa saja berubah.

Makin lama Sinta makin yakin bahwa bisnis adalah pilihan hidupnya. la percaya bahwa bisnis itu akan bisa mengangkatnya dari lembah kemiskinan dan bisa membuat keluarganya hidup lebih sejahtera. Ketika kecil Sinta dan keluarganya sering sekali berpindah rumah. Menyewa dari satu rumah ke rumah lain karena tidak ada biaya untuk membeli rumah sendiri meskipun kecil. Saat itu Sinta bermimpi bisa memiliki rumah sendiri agar tak perlu berpindah-pindah dan bisa hidup nyaman. Bukan rumah megah bertingkat yang ia impikan melainkan rumah sederhana yang bisa menampung dan membuat nyaman seluruh keluarganya. Tampaknya, impian itu pun sudah terkabul.



ULET DAN TANGGUH

Rupanya, jiwa bisnis sudah terbentuk dalam diri Sinta sejak ia kecil. Karena tak ingin putus sekolah seperti kakak-kakaknya, Sinta kecil yang ketika itu duduk di kelas 6 SD, diam-diam be­kerja. Apa yang ia jual? Sama seperti yang men­jadi bisnis utamanya kini, yaitu keripik pisang. Otaknya terus berputar untuk bisa membantu keluarga. Duduk di bangku SMP, ia sempat mem­bantu ayahnya bekerja di bengkel teralis besi.

Keuletan dan ketangguhannya juga terlihat ketika ia berusaha mengembangkan keripik pisangnya. Memang ia beruntung, karena rumah orang tuanya berada di tempat yang strategic. Lokasinya persis di pinggir jalan. Rupiah demi rupiah kembali ia kumpulkan. Kali ini sebagai modal, melainkan berupa keuntungan. Ia pun makin terpacu untuk lebih giat mengembangkan usaha. Akan tetapi, perusahaan keripik pisang (baik yang dikelola secara rumahan, maupun yang sudah terbilang modern) sepertinya bisa ditemui hampir di setiap kota Lampung. Lalu bagaimana Sinta bisa bersaing dengan para pengusaha keripik pisang yang sudah menjalankan bisnisnya selama bertahun-tahun bahkan menjadi usaha turun-temurun?



la percaya bahwa bisnis itu akan bisa mengangkatnya dari lembah kemiskinan bisa membuat keluarganya hidup lebih sejahtera. Ketika kecil, Sinta dan keluarga sering sekali berpindah rumah.

Sinta sadar bahwa ia harus melakukan inovasi karena persaingan pengusaha keripik pisang makin menggila. Salah satu caran­ya memberikan pelayanan terbaik adalah membiarkan calon pembeli mencicipi keripik pisang buatannya sebelum memutuskan untuk membeli. Ia juga berkreasi dengan menghasilkan 9 rasa keripik di luar rasa yang standar. Dengan begitu pembeli bisa memilih rasa yang cocok dengan seleranya. Ada rasa stroberi, cokelat, keju, dan jagung. Selain itu, ia juga mempertahankan keripik dari umbi-umbian lain, untuk menarik pembeli yang mungkin saja bosan dengan keripik pisang.

Kerja keras memang modal utama Sinta. Tapi ia tak pernah lupa berdoa agar usahanya bisa selalu berjalan lancar. Sinta juga sadar bahwa sebagian kekayaannya bukan miliknya seutuhnya. la merasa harus berbagi kepada sesama. Karena itu, ia juga rajin memberikan zakatkepada orang yang membutuhkan. Sering kali ia memberi zakat kepada orang-orang di daerah terpencil, tempat yang sering ia datangi untuk mengambil bahan baku pisang.

Baru tiga tahun usahanya berjalan, ia sudah bisa membuka lapangan pekerjaan bagi 13 karyawan. Sebagian dari mereka adalah tetangganya sendiri.Sama seperti ketika ia bekerja dipabrik keripik pisang dulu yang merupakan milik tetangganya. Sinta ingin mengembangkan kesejahteraan orang-orang di sekitarnya dan membantu meraka semampunya. Meski telah tumbuh menjadi seorang jutawan muda, Sinta tidak berubah menjadi manusia yang sombong. la tetap tampil sebagai wanita rendah hati yang punya segudang mimpi untuk keluarga tercinta.



Hukum Wirausaha #10

Dendam Terhadap Kemiskinan



Kemiskinan adalah sebuah ener­gi. Seperti gas yang mencair karena tekanan-tekanan kuat, kemiskinan dalam tekanan juga membuat engkau cair dan bertenaga.

- Rhenald Kasali



BEBERAPA ORANG DI antara Wirausahawan Muda Mandiri berasal dari keluarga sejahtera yang ticlak miskin-miskin amat. Tetapi beberapa orang lainnya merasakan masa kecil yang pahit dan getir. Ada yang clemikian miskinnya sampai sulit menemukan lauk-pauk di meja makan. Tetapi penderitaan terbesar justru dialami mereka pada masa kecil saat menyaksikan orangtua (khususnya ibu) yang be­kerja keras hingga larut malam mengumpulkan uang agar anak-anaknya bisa bersekolah dan hidup mandiri.

Berjuang keluar dari kemiskinan adalah sebuah upaya yang patut dlihargai. Namun bagi seorang wira­usahawan, is bukan cuma berjuang mengatasi kemiskin­an, melainkan menembus labirin, membawa keluarga­nya dalam kehidupan yang lebih baru, lebih sejahtera, lebih mandiri, terbebas dari beban-beban keuangan yang menghimpit dan lebih bermartabat.

Inilah tip bagi Anda yang memiliki dendam kemiskinan:

  • Penderitaan adalah energi. Segala sesuatu yang tertekan akan menimbulkan energi. Namun energi itu bisa menguap sia-sia kalau Anda tidak mau mengubah penderitaan Anda dengan berpikir sesuatu yang baru melatih diri, membangun kekuatan-kekuatan baru

  • Dengarkan desah keresahan suara ibu. Ibu adalah orang yang melahirkan seorang wirausaha. Ia mungkin bukan perempuan yang sempurna, tetapi ia tetaplah seorang ibu. la memikirkan dan menghabiskan waktu agar anak-anaknya sehat dan mandiri. Dengarkanlah desah nada suara ibu, saat kemiskinan menjerat dan raakan kekhawatirannya kalau anak-anaknya gagal. Desah suara kepedihan itu adalah energi bagi anak-anaknya.

  • Lawan kemiskinan dengan energi turbo Kemiskinan bisa dilawan dengan dendam amarah. Berdamailah dengan masa lalu Anda sebab Anda tak bisa mengubah segala sesuatu yang sudah terjadi. Jadikanlah kemiskinan sebagai energi turbo yaitu energi yang kuat untuk menaklukkan kemalasan, rasa malu, dan takut me­mulai usaha dari kecil dan tak berdaya, menembus pasar dan mendapatkan kepercayaan.



Kemiskinan tak bisa dilawan dengan dendam amarah. Berdamailah dengan masa lalu Anda sebab Anda tak bisa mengubah segala sesuatu yang sudah terjadi.

- Rhenald Kasali

  • Modal terbesar bukanlah uang. Yakinlah hal ini, modal seorang usahawan yang utama adalah akal sehat dan kepercayaan. Banyak orang miskin yang gagal keluar dari kemiskinan, karena dengan kemiskinannya mereka merasa berhak melakukan apa saja, termasuk merampas dan mencuri. Namun ada orang-orang miskin yang ber­hasil keluar dari jeratan kemiskinan karena mereka ber sungguh-sungguh dan tetap menjaga nama baiknya.

  • Dendam terhadap kemiskinan juga bisa berakibat fatal kalau Anda beranggapan kemiskinan selalu berhubungan dengan harta, kekayaan, dan hidup enak. Orang-orang yang dendam terhadap kemiskinan dan melawannya dengan kerja keras dapat menjadi sangat kaya namun kehilangan akal sehat, menjadi kurang bijak, dan kehilangan makna hidup.

  • Tetaplah hidup seimbang kejarlah pengetahuan. Banyak derma diberikan orang-orang kaya dendam terhadap masa lalunya yang miskin dengan mengumbar kesombongan. Dermanya diangkat tinggi-tinggi agar diliput televisi. Hidup seperti ini seakan-akan dilakukan demi keseimbangan, namun dilakukan secara, sombong dan kehilangan makna. Kejarlah kebijakan, hiduplah lebih seimbang dan kuasai ilmu pengetahuan agar kau lebih merunduk karena berisi. Dan bila kau memberi hendaknya tak perlu ditonjol-tonjolkan. Keseimbangan akan tampak dari buah-buah yang dihasilkan oleh anak-anak, pegawai, dan orang-orang di sekitar kita. Keseimbangan akan muncul dari senyum yang lebar, masa yang bercahaya, dan kebahagiaan rumah tangganya.



Banyak derma diberikan orang- orang kaya. yang dendam terhadap masa lalunya. yang miskin dengan mengum­bar kesombongan. Dermanya diangkat tinggi-tinggi agar diliput televisi. Hidup seperti ini seakan-akan dilakukan demi keseimbangan namun dilakukan secara sombong dan kehilangan makna.

- Rhenald Kasali



  • Bedakan antara hemat dan kikir. Hidup yang sulit di mass kecil menyadarkan Anda perlunya hidup hemat. Pepatah mengatakan "Hemat pangkal kaya, boros pangkal miskin." Namun saya mengatakan "Hemat tahu tempat, kikir tidak. Hemat membentuk kesungguhan, kikir membentuk keletihan dan ketidak-bahagiaan. Kekayaan bukanlah dicerminkan dari jumlah harta atau uang yang Anda milikl, namun kalau Anda harus mengeluarkannya, janganlah bersedih, seakan-akan tak ada hari esok. Beda­kanlah keduanya secara arif.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 1: Kisah Inspiratif Anak Muda Mengalahkan Rasa Takut dan Bersahabat dengan Ketidakpastian, Menjadi Wirausaha Tangguh. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

No comments: