Sunday, April 14, 2013

Iyus Rohana, Pemuda Sukses Lewat Usaha Penyedia Berbagai Kebutuhan Petani dengan Omzet Usaha Rp 750 Juta/Bulan

Iyus Rohana Chandra, Menjadi Sahabat Para Tani

Berlokasi di lereng Pegunungan

Patuha, perjalanan UD Sahabat

Tani, membuktikan bahwa di desa

pun terdapat pemuda yang mampu

berkembang menjadi wirausaha

tangguh.

 

SEBAGAIMANA kisah kuno dari negeri

Cina tentang nasib manusia, Iyus Rohana

Chandra juga percaya bahwa tak ada

yang tahu nasib baik atau buruk seseorang.

Termasuk ketika pada suatu hari pamannya

memanggil Iyus untuk mendiskusikan hal

yang sangat serius. Di ujung pembicaraan, ia

menyatakan ingin mundur dan menyerahkan

usaha turun-temurun yang dirintis sang Kakek

ke tangannya.

“Saat itu Paman nggak bicara banyak soal

alasannya. Beliau hanya bilang akan beralih ke

agrobisnis,” kenang Iyus. Mendengar keputusan

paman, Iyus mengaku sangat terkejut, tapi ia

juga merasa bangga karena sang Paman percaya

padanya. “Cuma waktu itu saya enggak bisa

bilang apa-apa kecuali bersedia,” tambahnya.

Diserahi usaha yang membutuhkan tanggung

 

jawab besar, Iyus mengaku bahwa yang

terpenting usahanya dapat berjalan dengan lancar.

 

“Masalahnya, bisa nggak bisa, kan usaha ini

Harus jalan,” katanya sambil terkekeh, “Pokoknya

saya jalan saja dulu sesuai kebiasaan yang sudah

 

ada. Saya hanya berusaha menjalaninya dengan

sebaik-baiknya.”

Ternyata di tangannya, UD Sahabat Tani

berkembang dengan baik. Dan, setelah sepuluh

tahun, ia berhasil membuka cabang pertama

di Pasir Jambu, tahun 2003. Pengelolaannya

diserahkan kepada Dadang Ahmad Zakaria,

salah satu pamannya juga.

Setelah berhasil membuka satu cabang,

 

perkembangan UD Sahabat Tani tak terhentikan.

Dua tahun kemudian UD Sahabat Tani membuka

satu cabang lagi di Pasar Ciwidey, Kecamatan

Ciwidey. Cabang ini dikelola oleh salah seorang

saudara Iyus yang sebelumnya telah menjadi

karyawan. Secara tidak langsung Iyus mulai

menjadikan usahanya sebagai lahan pengaderan

calon pemimpin.

Dua tahun setelah cabang pertama dibuka,

UD Sahabat Tani kembali membuka 2 cabang

baru di Kecamatan Rancabali. Kemudian Iyus

membuka 1 cabang lagi di Kecamatan Ciwidey.

Dengan demikian hingga tahun 2011, UD Sahabat

 

Tani memiliki lima cabang.

 

FENOMENAL DARI LERENG PATUHA

Ayah dua anak ini menjalani tiga jenis usaha

sekaligus: penyedia berbagai kebutuhan petani

seperti benih, pupuk, dan obat-obatan; pemasok

stroberi dan kentang ke beberapa jaringan

ritel dan pusat belanja modern; serta pemilik

showroom sepeda motor.

Iyus memang bukan pemain baru di dunia

usaha. Sejak berumur belasan tahun dia telah

belajar berbisnis dari kakeknya yang juga seorang

pengusaha, Eman Sulaeman. Iyus mengenal

dan menguasai secara detail seluk-beluk bisnis

 

yang berkaitan dengan kebutuhan petani, mulai

dari pengambilan bahan, penataan, pemasaran,

hingga penagihan dan pembukuan.

Setelah Eman mundur, usaha tersebut diserahkan

 

kepada paman Iyus, Rahmat Suherman.

Meskipun berpindah tangan, pengelolaan usaha

ini tetap memerlukan tenaga Iyus. Sebab hanya

Iyus-lah yang menguasai hampir semua sisi,

dari pemasok sampai konsumen.

Namun, ketika lulus SMA Iyus sempat berpikir

 

untuk meninggalkannya dan melanjutkan

kuliah ke sebuah perguruan tinggi di Bandung.

 

Anehnya, belum lama menjalani kuliah,

 

Iyus sudah merasa bosan. “Mungkin karena

 

terbiasa pegang uang, saya merasa kuliah

 

menjadi tidak menarik. Saya merasa kuliah

seperti sia-sia karena enggak menghasilkan uang,”

 

kata Iyus. Melalui pertimbangan matang, akhirnya

 

Iyus memilih ‘cabut’ dan kembali bekerja.

Hanya saja, Iyus enggan kembali ke ‘pangkuan’ sang Paman.

Ia ingin mencari uang sendiri dan mandiri.

Keinginannya pun terkabul. Ia diterima di sebuah bengkel

sepeda motor. Namun ia hanya bertahan selama enam bulan.

Suami Mega Puspitasari, S.Pd. yang berprofesi sebagai

 

guru di SMAN Margahayu ini merasa

tak betah menjadi karyawan orang lain. Ia pun hengkang.

Iyus lalu menjalani usaha penjualan pulsa. Sayangnya

bisnis pulsa tersebut juga tak berkembang. Ia pun berhenti.

 

Karena merasa ‘mentok’, tahun

1990 Iyus kembali ke ‘pangkuan’ sang Paman.

 

Ternyata hokinya memang ada di dunia pertanian.

 

Selanjutnya, tak perlu banyak

belajar lagi, Iyus menguasai rantai usaha pertanian.

PENGALAMAN, PERGAULAN, DAN PELATIHAN

Sejak ditangani Iyus, pendapatan Sahabat Tani tak hanya berasal

dari penjualan kebutuhan petani, tetapi juga dari bidang usaha

lain. Iyus mengembangkan Sahabat Tani sebagai ‘lembaga

permodalan’ bagi petani yang ingin bergerak di bidang sayur

mayur dan buah-buahan, khususnya stroberi. “Tapi sejak awal

saya hanya berani memodali petani kalau pasar sudah ditemukan.

Setelah ketemu pasar baru berani,” katanya, “itu pun, petaninya

harus memiliki lahan dan tenaga.”

Dari mana Iyus memperoleh ilmu bisnis seperti itu? Menurutnya,

 

hal tersebut diperolehnya dari pengalaman, pergaulan,

dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemasok kebutuhan

sarana pertanian yang merupakan kepanjangan tangan produsen.

Mereka kerap menyelenggarakan berbagai jenis pelatihan untuk

para agen kebutuhan pertanian agar konsumen memahami

pertanian modern. Dengan cara itu produsen memiliki pasar

 

sekaligus agen bagi berbagai produk yang mereka hasilkan,

mulai dari bibit, obat-obatan hingga berbagai sarana

pertanian. “Setahun kami bisa dapat pelatihan sampai empat

kali,” katanya. Iyus memiliki kelebihan

pada cara menemukan pasar dan mempertahankan petani.

Salah satu yang dia lakukan

ialah melayani kebutuhan para petani dengan sebaik-baiknya

 

dan memperpendek jarak lokasi.

Untuk memenuhi kebutuhan jarak tersebut, diperlukan

waktu dua tahun sebelum memutuskan untuk membuka cabang.

 

Selain mempersiapkan lahan, Iyus harus menganalisis

 

pasarnya terlebih dahulu, mencari informasi mengenai

pesaing dan kebutuhan petani di lokasi tersebut.

 

“Sebelum pasarnya jelas, kami belum berani membuka cabang.

Kalau sudah yakin sebuah lokasi bisa menjadi pasar baru,

 

kami akan membukanya. Dibukanya cabang baru ini juga

 

mengurangi berbagai biaya yang

dikeluarkan Sahabat Tani karena selama ini memberikan layanan

gratis untuk mengangkut belanjaan pelanggan,” paparnya.

Namun, sebelum membuka usaha permodalan petani, Iyus

terlebih dahulu bermitra dalam usaha pemasaran kentang untuk

jaringan ritel modern di Jakarta. Kemitraan itu ternyata berjalan

dengan baik, bisnis pemasokan kentang pun berhasil. Usaha

 

kentang ini kemudian membawanya memasuki usaha pemasaran

stroberi.

“Setelah kedua usaha itu jalan, saya baru berani megang

 

petani dan memodali mereka,” ujarnya. Saat ini seluruh usahanya

berkembang, ia bukan hanya menjadi penyedia kebutuhan

 

sarana pertanian, tetapi juga pengusaha kentang dan stroberi, dan

lembaga permodalan untuk petani.

Iyus yang menggemari sepakbola dan sepeda motor,

 

menggunakan hobinya untuk menciptakan pasar dan pengaruhnya.

Tak jarang Sahabat Tani tampil sebagai sponsor pertandingan

sepakbola di kalangan petani agar dia bisa menjaga silaturahmi

dengan para pelanggan dan petani yang belum menjadi pelanggannya.

 

MENGELOLA USAHA DAN KARYAWAN

Seiring dengan perkembangan usaha, Iyus meningkatkan

tata cara pengelolaan Sahabat Tani. “Meskipun demikian

saya memberikan kepercayaan penuh kepada saudara-saudara

 

saya untuk mengembangkan cabang yang mereka

pegang,” katanya. Untuk urusan pembukuan,

Iyus menyerahkan masalah keuangan kepada karyawan yang

paling berkompeten. Demikian pula untuk pembelian dan

 

pengiriman barang. “Saya ingin semua yang bekerja dan

 

bermitra dengan Sahabat Tani sama-sama berkembang,” katanya.

Menurutnya, menangani karyawan bukan hal yang mudah

karena masing-masing orang memiiki watak, kemampuan,

dan cara menghadapi kondisi yang berbeda-beda. “Kalau

 

yang perempuan umumnya cepat menikah lalu pergi. Padahal

untuk bekerja di bidang pembukuan mereka lebih teliti daripada

karyawan laki-laki,” kata Iyus yang mengaku pembukuannya

masih konvensional. “Kami belum pakai sistem akuntansi modern.

Toh, ini bukan perusahaan besar di kota,” ujarnya enteng.

Dalam menerima karyawan baru, Iyus lebih memilih orang

luar daripada keluarga. Menurutnya bekerja dengan anggota

keluarga sendiri berpotensi sulit mengambil tindakan tegas.

“Kalau keluarga, akan ada rasa nggak enakan,” akunya. Selama

ini UD Sahabat Tani masih mempekerjakan karyawan lama dan

belum menerima karyawan baru. “Karyawan baru diterima ketika

kami membuka cabang baru,” katanya. Itu pun tanpa proses

yang rumit. Bagi Iyus, siapa pun yang mau kerja, bisa bergabung

dengannya.

Dengan cara demikian, Iyus mengaku hubungan antar

 

karyawan sudah terbangun seperti keluarga.

 

“Kami melakukan berbagai cara—mulai

dari arisan sampai jalan-jalan—agar selalu akrab. Tapi

saya juga membuat peraturan yang jelas dan sanksi yang

tegas bagi karyawan yang melanggar,” katanya. Karenanya,

 

walau banyak pesaing, karyawan UD Sahabat Tani

tetap setia. Hal yang sama juga berlaku

di setiap cabang. Namun, terhadap pengelola cabang Iyus

mengenakan peraturan yang sedikit berbeda, karena

 

pengaruh besarnya upah yang diberikan. Sementara untuk

pembagian keuntungan, cabang diwajibkan menyetor

60% untuk pusat.

Hubungan baik juga dia lakukan dengan pelanggan maupun

 

nasabahnya. Iyus bahkan mencoba untuk mengikat

 

hubungan dengan mereka. Pertama, memberikan diskon dan

 

pelayanan antar barang. Kedua, menggunakan

klub sepakbola yang didirikan sebagai sarana

promosi dan menjalin kesetiaan. “Selain untuk

alat promosi, ya untuk mengikat mereka. Yang

jadi anggota klub akan mendapatkan berbagai

prioritas dan kemudahan,” katanya.

BANTUAN KREDIT USAHA KECIL

Iyus paham bahwa bisnisnya berada di daerah

rawan bencana. Bahkan akibat sedikit tindakan

gegabah saja bencana mudah terjadi. Petani

Rancabali tinggal di lereng pegunungan yang

sebagian besar merupakan wilayah yang terkena

proyek reboisasi. Oleh sebab itu, Iyus selalu

bersikap hati-hati dalam bertindak. Bahkan dia

tak henti-hentinya mengajak para petani untuk

melakukan penghijauan.

 

Sebagai pelaku usaha, ia mengaku sering

dituntun oleh intuisi dalam membuat keputusan,

terutama jika di depan matanya terhampar

peluang. Contohnya, ketika Iyus menemukan

lahan yang dianggapnya potensial sebagai tempat

 

penanaman sayur-mayur dan stroberi

di Kecamatan Rancabali. Para petani pun

mendukung pemikiran tersebut, karena dengan

dibukanya lahan baru tersebut, mereka akan

mendapatkan pekerjaan tambahan. Meskipun

harus memulai dengan modal besar, dari proyek

ini Sahabat Tani memperoleh keuntungan yang

signifikan.

Namun, tidak berbeda dan usaha lainnya,

UD Sahabat Tani sempat mengalami kerugian.

Pada tahun 2007, misalnya, Perhutani menutup

lahan garapan petani yang dimodali Iyus karena

 

adanya kecemburuan sosial di antara para

petani. Pesaing menuding Iyus dan kelompok

taninya telah melanggar batas wilayah tertutup.

Mereka berdemo ke Perhutani. Akibatnya lahan

kami ikut ditutup,” jelas Iyus. Penutupan lahan

ini mengakibatkan 50% modal dan aset Sahabat

Tani melayang. “Kalau diuangkan nilainya mencapai

 

Rp 600 jutaan,” katanya.

Setelah menderita kerugian seperti itu, Iyus

langsung mencari solusi. Satu-satunya jalan

yang bisa mengatasinya adalah peminjaman dari

bank. Tetapi dari sejumlah bank yang ‘dilamar’nya,

 

hanya bank bjb yang mampu melihat

kekuatan usaha Iyus dan bersedia memberikan

bantuan. Setelah pinjaman modal sebesar Rp

250 juta dari bank bjb cair, Iyus bergerak lagi.

“Suntikan modal dari bank bjb itu membuat

Sahabat Tani bangkit lagi. Hanya dalam waktu

dua tahun pinjaman itu lunas,” katanya. Ia juga

merasa beruntung karena saat itu produsen

yang memasok obat-obatan juga memberikan

keringanan dalam bentuk kredit. “Kami boleh

mengambil duluan kebutuhan yang akan dijual,

bayarnya dua bulan di depan,” kenangnya.

Belum lagi pulih benar, tahun 2009 Sahabat

Tani harus menghadapi musim yang buruk.

Akibatnya beberapa proyek yang dibiayai

Sahabat Tani hancur dan jatuh lagi. Kerugian

 

yang dialaminya diperkirakan mencapai 30%

dari seluruh modal usaha. Mau tak mau Iyus

kembali pada bank bjb untuk mengajukan

pinjaman modal lagi.

Jika ditanyakan mengapa Iyus selalu kembali

 

ke bank bjb, menurut Iyus, alasannya

sederhana saja. Berdasarkan pengalamannya,

sistem pengembalian pinjaman dari bank lain

cukup memberatkannya. Iyus merasa berjodoh

dan menyebut bank bjb sebagai bank yang baik

dan terbuka. Terutama ketika Iyus berada dalam

keadaan terpojok, hanya bank bjb yang bersedia

membuka diri untuk meminjamkan modal.

“Saya merasa berjodoh dengan bank bjb.

Bahkan selama bersama bank bjb rasanya saya

seperti mendapat hoki,” katanya. Ia mengakui

pelayanan komunikasi dan informasi yang

diberikan bank bjb cukup lancar dan cepat

sampai ke nasabah. “Dengan HP-pun, bank

bjb mau melayani nasabah seperti kami.

 

Pelayanan informasinya juga bagus, selain itu juga

ada pendekatan yang membuat saya merasa

dimanusiakan,” kenangnya.

BISNIS KETIGA

Tahun 2010 kegiatan bisnis Sahabat Tani kembali

 

berjalan lancar. Iyus mulai kembali berani

melakukan diversifikasi usaha. Sebagai orang

 

yang memiliki hobi otomotif, Iyus mendirikan

showroom Yamaha yang diawali dengan membuka

 

bengkel. “Ini sebenarnya untuk menyalurkan bakat.

 

Waktu remaja, saya senang ngetrek, tapi

 

cita-cita mendirikan bengkel yang

merangkap showroom, belum kesampaian. Saya

rasa, saat itu saya bisa melakukannya,” katanya

Menjalani tiga bidang usaha sekaligus,

betapa repotnya! Tapi, itulah Iyus. “Saya hanya

terus berusaha untuk bisa maju. Apa yang bisa

saya jalankan akan saya kerjakan, terutama

kalau saya yakin bahwa hal tersebut bisa maju

dan bermanfaat bagi banyak orang,” katanya.

Dari seluruh usahanya itu Iyus mampu meraup

 

omzet antara Rp 500 juta sampai dengan

Rp 750 juta per bulan. Kini UD Sahabat Tani

yang beralamatkan di Jalan Perkebunan Patuha,

 

Kampung Cikoneng, Desa Alamendah,

Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung

 

menjadi mitra tetap bagi petani serta mereka

yang memerlukan pasokan kentang dan stroberinya.

Sampai saat ini Sahabat Tani masih dibantu

pinjaman dari bank bjb. Dengan melakukan

perluasan lahan garapan sedikit demi sedikit,

Sahabat Tani mampu membayar bunga cicilan

setiap bulannya dan melunasi pinjaman pokok

tepat waktu. Iyus berharap dengan melakukan

perluasan lahan, modal dapat terkumpul

 

sehingga dalam jangka waktu 5-10 tahun ke depan,

ia mampu membuat usahanya mandiri.

IMPIAN SANG LEGENDA

Sebagaimana orang desa, Iyus belum banyak

memanfaatkan teknologi modern dan hanya

paham sedikit tentang internet. Sementara

untuk teknologi pertanian, Iyus masih

 

mempelajarinya. Ia pernah menggunakan tenaga ahli

dan produksinya meningkat, tetapi biayanya

tidaklah kecil. Akhirnya tidak diteruskan.

Bak jago silat dari lereng gunung, setelah

mengembara ke luar, Iyus tampil sebagai

 

wirausaha yang tangguh. “Saya beruntung tumbuh

dalam keluarga yang menjalani usaha. Saya

mensyukuri nikmat dengan menjalani usaha

ini sebaik-baiknya. Saya hanya berusaha

 

menangkap peluang kemudian menjalaninya

 

dengan sebaik-baiknya,” katanya.

 

Namun, Iyus juga mengemukakan refleksinya

 

tentang nasib kaum tani di Indonesia

yang terus termaginalkan. Menurutnya, kalau

Indonesia benar-benar ingin petaninya maju,

maka harus ada perhatian yang nyata. “Selama

bermitra dengan petani, saya tidak menemukan

satu pun petani yang malas. Semuanya pekerja

keras, tapi mereka tidak punya akses. Selama ini

mereka enggak tahu jalan untuk mendapatkan

modal dan keperluan lain untuk bisa maju, juga

tak banyak yang menolong mereka. Saya hanya

mencoba mengisi kekosongan ini sebisa saya,”

katanya.

Iyus menjelaskan, ke depan ia akan mengembangkan

 

UD Sahabat Tani sebagaimana

namanya: benar-benar menjadi sahabat bagi

para petani. Dia ingin mengembangkan pola

yang sudah ada menjadi lebih modern, baik

untuk urusan jual-beli kebutuhan sarana

pertanian maupun lembaga permodalan bagi

kaum tani.

“Kami semua lahir dan tumbuh di sini. Kami

tidak akan jadi apa-apa kalau hanya tergantung

 

pada alam dan keadaan. Pengalaman telah

mengajarkan bahwa kita tidak boleh berhenti

belajar. Jelas banyak yang masih harus kami

pelajari supaya kami bisa lebih maju,” demikian

jelasnya.

 

Catatan Rhenald Kasali

KESULITAN YANG DIHADAPI para petani pasca reformasi adalah riil. Petani di

 

era ini bukan lagi menjadi subjek pambangunan industri pangan nasional

 

melainkan hanya diadikan objek. Saluran irigasi banyak yang rusak

air terkontaminasi sampah dan bahan-bahan berbahaya, pupuk menjadi

 

permainan para politisi, harga pokok bahan-bahan penopang lebih mahal

 

daripada harga jual output-nya, modal sulit didapat dan penyuluh-penyuluh

pertanian menghilang entah ke mana.

Maka tak mengherankan bila samakin hari semakin sedikit orang yang berminat

 

menjadi petani. Anak-anak meraka memilih menjual lahannya ketimbang

 

meneruskannya. Akibatnya pertanian Indonesia makin terpuruk,

digantikan oleh property dan Pilkada. Dan, kelak Indonesia akan kesulitan

 

pangan. Kasulitan? Bukankah “kesulitan” adalah urusannya wirausaha?

Benar! Seorang wirausaha mengubah masalah menjadi peluang. Jadi masalah

 

adalah peluang. Terbayang sekarang ada jutaan peluang di sektor partanian

 

mulai dari soal benih, pupuk alternatif, logistik, pengolahan (off

farming), permodalan, fasilitas pertanian, pengetahuan, lahan dan

 

seterusnya. Ini berarti dibutuhkan kreativitas dan kejelian membaca peluang

 

Melihat saja tidak cukup. Untuk menangkap peiuang ini Anda harus menjadi

“sahabat” petani dalam arti yang sesungguhnya menyelami masalah dan hidup

 

di tengah-tengah mereka.

Selebihnya action. Betul, dibutuhkan action, ringan tangan untuk bargerak

 

Sebab masalahnya begitu kompleks, sehingga menggunakan tabel cost-benefit

 

saja bisa membuat seorang wirausaha mengurungkan niatnya berpartisipasi.

 

Terlalu banyak cost ketimbang benefĂ­t-nya Tetapi itu terjadi bila Anda

 

menggunakan paradigma yang lama. Anda perlu bertindak untuk mengubahnya,

 

menciptakan sistem atau cara baru, bahkan produk-produk baru yang cost-nya

 

lebih rendah. Sebab masalah di sektor pertanian adalah masalah cost. Dan

 

ini berarti butuh inovasi.

UD Sahabat Tani saja berhasil menangkap peluang dalam skala dasa. Ia baru

 

menjadi sahabat belum menjadi inovator. Bayangkan apa jadinya usaha yang

 

digeluti Iyus Rohana Candra dan keluarga besarnya di lereng Gunung

Patuha, andaikan ia juga seorang inovator? Saya bayangkan UD Sahabat Tani

 

menjadi sebuah gerakan usaha yang besar, yang didukung dengan tenaga-tenaga

 

ahli dan relawan-relawan muda dari berbagai kampus, dengan puluhan truk

 

pengangkut benih dan hasil pertanian yang sibuk. Saya bayangkan UD Sahabat

 

Tani menjadi koperasi simpan pinjam atau lembaga keuangan mikro yang

 

tangguh.

Kuncinya hanya satu bagaimana mengubah sejuta masalah itu menjadi

 

kesempatan emas agar para petani kembali menjadi subjek, menjadi pahlawan.

 

Dari Buku: Cracking Entrepreneurs, Penyusun:  Rhenald Kasali. Penerbit: Gramedia: 2012

No comments: