Owner Qimos Parfume ini mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk jadi mentor bisnis bagi anak-anaknya agak kelak menjadi entrepreneur.
Setelah menjalani beragam bisnis, Diah kini mendapatkan passionya di bisnis parfume dengan brand Qimos. Perjalananya menemukan bisnis ini cukup berliku. Berawal menjalani bisnis salon, chemical, hingga fashion, Ibu dua anak ini cukup piawai dan mengerti berbagai seluk beluk bisnis. setelah melihat kapasitas dan kompetensinya, akhirnya Diah mengerti bahwa parfume merupakan bisnis yang inline dengan dirinya.
QimosPerfume, kini diproyeksikan sebagai holding brand yang membawahi berbagai brand baru demi memanjakan konsumen. Spirit inovasi menjadi trade mark dari bisnis yang dibesutnya beberapa tahunnya silam. Sebab, kata Alumni STIAMI ini, yanpa inovasi, mustahil produknya bisa bersaing dengan berbagai brand ternama lainnya. “Misinya saya agar produk ini bisa bersaing di negeri sendiri,” katanya.
Menurut Diah, D’Lyfra Eau de Perfume, d|Scent Perfum Oil dan Esemka Motion adalah brand-brand yang dimunculkan dengan 15-20 varian fragrance untuk setiap brand tersebut. “Ke depan, saya akan konsisten berinovasi dengan mengeluarkan 5 varian setiap 3 bulan,” katanya. Selain itu, dirinya juga akan bekerjasama dengan butik atau mitra yang mempunyai lini bisnis butik. “Kalau butik orang datang pasti looking around memilih pakaian, beda dengan salon,” katanya. Saat ini, sistem bisnis yang gunakan untuk memasarkan produknya adalah sistem keagenan.
Target pengembangan bisnis Qimos Perfume tahun 2011 adalah memperbanyak agen dan mitra di daerah di seluruh Indonesia. Selain itu, ia akan bekerjasama dengan berbagai butik yang ada untuk dijadikan sebagai reseller atau channel distribusinya. Sampai saat ini, Qimos Perfume sudah mempunyai 100 agen. Adapun harga produknya per pcs untuk ukuran 30 ml Rp 55 ribu, dan 55 ml Rp 122. Untuk parfume oil dibandrol seharga Rp 35 ribu. Kini, ia juga mengeluarkan varian baru yang didedikasikan sebagai program CSR Qimos Perfume yang menyasar anak-anak SMK. “Harganya Rp 7500,” kata pemilik website www.qimosperfume.com ini. Ke depan, ia ingin konsisten pada inovasi dan branding, agar customer semakin mengenal dan tahu bahwa ada perfume lokal yang kualitasnya tak kalah dengan produk luar.
Di tengah maraknya gaung entrepreneurship saat ini, kesibukannya bertambah dengan menjadi pembina dan pembicara di berbagai forum kewirausahaan. Selain itu, ia juga aktif di berbagai komunitas bisnis, membina mahasiswa dan siswa SMK. “Perkembangannya bagus, kesadaran berwirasuaha mulai tumbuh, didukung dengan environmentnya. Jadi, kalau tidak mulai dari sekarang, pasti rugi,” katanya.
Sebagai pelaku bisnis, Diah merasakan semakin terpacu untuk lebih membuat Qimos Perfume bisa semakin berkembang. “Saya akan terus belajar dan belajar lagi,” katanya. Terkait dengan itu, ia pun mengajak kepada para wanita untuk berwirausaha. Sebab, katanya, berwirausaha menjadi salah satu cara terbaik untuk aktualisasi diri. “Apalagi bagi wanita, sebagai mahluk yang multitasking, menjalankan bisnis sendiri merupakan solusi untuk selalu dekat dengan anak-anak atau keluarga,” katanya.
Ia berprinsip, ibu merupakan guru yang paling baik bagi anak-anaknya. Sedangkan sekolah adalah lingkungan baru bagi mereka, butuh adaptasi dan proses yang tidak sebentar. “Setelah pulang sekolah anak pasti ingin cerita perihal apa ayang dia temui di sekolah, kalau ibunya tidak ada di rumah, anak jadi kecewa, dan harus menunggu ibunya pulang dari kantor, dan sesuatu yang terpendam itu menjadi kurang bagus bagi psikologi perkembangan anak-anaknya,” katanya.
Bagi Diah, dengan kodrat yang diberikan Tuhan, selayaknya harus dimaksimalkan. Membagi waktu antara bisnis dan keluarga memang tidak mudah. Namkun, ketika dipelajari pasti nanti akan ketemu juga polanya.
Karena itu, efek positif dari berkomunitas adalah membuat usahanya bisa semakin baik dan membesar. Fungsi komunitas baginya bisa untuk motivasi, energizer, dan memperluas networking. “Berdasarkan pengalaman fungsi komunitas sangat penting bagi bisnis kita,” katanya.
Selain itu, dalam komunitas bisnis, Diah merasa semakin mendapat ‘gizi’ untuk terus mengembangkan bisnisnya. “Kita adakan gathering, hadirkan role model, dan bisa sharing kepada kita apa kiat suksesnya,” ujarnya. Dari situ, akan terbentuk forum kerjasama business to business antar sesama anggota. Uniknya, jika kaum ibu berwirausaha, pasti tidak akan melupakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.
“Ia bisa memastikan bahwa masakan di rumah sudah oke, PR anaknya terbawa di hari itu, dan bisa berperan sebagai mentor bagi anaknya agar kelak menjadi entrepreneur,” katanya. Sebab, jika entrepreneurship sudah dikenalkan sedini mungkin, efeknya akan semakin positif bagi tumbuh kembang buah hatinya. “Karena itu, saya meng-encourage ibu-ibu untuk jadi mentor bagi anak-anaknya,” katanya.
(Mahmud Yunus)
sumber: http://www.majalahfranchise.com/?link=franchise_tokoh&id=385
1 comment:
jdi ap it model role
Post a Comment