Wednesday, February 29, 2012

Pernah Dicibir Waktu Merintis Usaha, Kini Usahanya Melesat dengan Puluhan Gerai

Gus Minging tahu, seharusnya bisnis jasa terapi kesehatan mulai dari kota, karena pasien terbanyak ada di kota besar. Namun, Solo membuktikan bisnis ini bisa dimulai dari daerah.

Terapi kesehatan yang menggunakan metodologi dari luar negeri umumnya dikembangkan sebagai bisnis di kota besar. Maklum saja, di kota besarlah konsumen terbesarnya berada. Kenapa? Karena kebutuhan terhadap jasa terapi kesehatan, terutama jurus refleksi sangat dibutuhkan oleh konsumen yang menghadapi tingkat kehidupan dan persaingan yang tinggi.

Nakamura The Healing Touch justru memulai dari kota Solo. Gus Minging, sang penggagas jasa terapi kesehatan blak-blakan memberi alasan, modal yang dimilikinya tidak terlalu besar. Karena itulah dia memulainya dari kota kelahirannya, Solo.

Meski begitu, Gus Minging percaya bahwa keterbatasan bukan hambatan untuk mengembangkan bisnis. Selain itu, memulai dari daerah juga bukan sesuatu yang harus ditakutkan. Karena, selama dilakukan dengan konsep yang benar dan tahapan yang baik, bisnis daerah bisa mengepung kota.

Dari keterbatasan itulah, Gus Minging justru memiliki ambisi untuk bisa menaklukkan pasar di kota besar. Bahkan, dari keterbatasan itu dia melihat ada kelebihan yang bisa dimunculkan untuk memperkuat usahanya. Menurutnya, daerah memiliki sumber tenaga kerja dan biaya operasional yang relative lebih murah. Kemudian, tenaga kerja relative lebih mudah dibentuk, karena mereka masih fresh. Tingkat persaingan pun masih rendah dan mudah untuk menjadi yang terbaik di daerah. “Orang bilang, untuk memulai di Solo itu pasti sulit. Saya ingin membuktikannya. Saya percaya, kalo bisnis ini bisa sukses di Solo, pasti akan sukses di tingkat nasional. Itu yang memotivasi saya untuk membuktikannya,” katanya sungguh-sungguh.

Nakamura The Healing Touch bergerak di bidang terapi kesehatan komplementary dengan jurus refleksi, acupressure dan chiropractic ala Jepang. “Pasien diterapi secara manual dengan tangan tanpa alat Bantu yang bertujuan untuk pencegahan, perawatan dan pencegahan penyakit. Tamu dengan kondisi sehatpun akan merasa lebih sehat,” kata Gus Minging menjelaskan metodenya.

Terapi yang dikembangkan Nakamura mengadopsi metodologi dari Jepang. Ilmu ini dipelajari langsung oleh Gus Minging di Jepang dari seorang sensei bernama Miyata. Sedangkan tenaga terapis di Nakamura dididik langsung oleh Gus Minging. Mereka semuanya berlatar belakang fisioterapis. Mereka inilah yang menjadi tim training dan quality control.

Gus Minging mempelajari ilmu ini ketika mendampingi sang istri nelajar di Negara Sakura tersebut. Di Jepang, Gus Minging sempat mengisi waktu dengan bekerja kasar. Saking capeknya, Gus Minging mengalami kecapekan yang luar biasa. Suatu ketika, istrinya mengenalkanya kepada temannya bernama Masumoto, seorang anggota Kagoshima Ki No Kai. Dari teman sang istri ini, Gus Minging belajar terapi penyembuhan diri, dengan melakukan gerakan penyegaran diri.

Ketika ikut berlatih, dia berkenalan dengan Sensei Miyata. Sang Sensei menariknya ke belakang ruang latihan dan menunjukkan kitab rahasianya, Jen Shin Chosei. Gus Minging setuju belajar ilmu yang ditunjukkan sang sensei.

SIngkat cerita, dia sukses mempelajari semua isi buku itu. Sang sensei kemudian memberinya nasehat sebelum pulang ke Indonesia. Sensei memintanya untuk menjadi terapis nomor satu di Indonesia dan mengembangkan ilmu itu untuk membantu banyak orang. “Sebelum pulang Miyata sensei minta saya buat janji seperti seorang samurai bahwa di Indonesia saya harus menjadi terapis no 1 di Indonesia dan mengembangkan ilmu ini demi kebaikan dan kesehatan umat manusia,” kisahnya.

Jangan dulu bayangkan Gus Minging memulai dari sebuah gerai yang bagus. Dia justru memulai dengan pijat keliling. Sambil naik sepeda, Gus Minging menawarkan jasanya door to door. Pekerjaan menjadi tukang pijat keliling itu dilakukan di Jakarta.

Banyak kawan-kawannya yang mencibir Gus Minging. “Lulusan psikologi koq jadi tukang pijit,” begitu antara lain cemoohan rekan-rekannya. Tapi, bagi Gus Minging, kerja pijat keliling hanya sebagai latihan ilmu saja.

Pekerjaan itu kemudian dieruskan di kampung halamannya di Solo. Bekas kamar tidur waktu kecil di rumahnya disulap menjadi ruang praktek. Sambutan customer ternyata cukup meriah. Diapun mulai menurunkan ke 5 murid pertamnya yang seluruhnya berlatar belakang fisioterapis.

Praktis, Gus Minging boleh dibilang memulainya hanya bermodalkan keberanian. Setelah sambutan pasiennya cukup banyak, dia membongkar celengan dan meminjam ruko dari orang tuanya. Tempat di-set untuk ruangan praktek dengan modal hanya Rp 20 juta. Nakamura hanya memulai dengan 5 terapis dan 1 kasir.

Nakamura diambil dari nama dua temannya di Jepang ketika ikut istri studi di sana. Dua nama itu disebut Gus Minging sangat berjasa kepadanya. Nakamura Momoe adalah kakak seperguruannya yang banyak memberinya bimbingan dalam belajar terapi di Jepang. Sedangkan Nakamura Otosan adalah ayah angkatnya semasa dia di Jepang. “Nama Nakamura untuk mengenang jasa mereka dan nama ini mudah diingat untuk orang Indonesia,” katanya.

Gus Minging, ketika memulai usaha itu banyak diragukan oleh lingkungannya. Tidak sedikit yang menyebarkan fitnah bahwa tempat usahanya bakal menjadi tempat mesum. Padahal, terapi yang dia terapkan tidak membuka baju pasien. Seiring berjalan waktu, banyak fasien yang mendapatkan benefit dari terapinya, sehingga masyarakat mulai mempercayai jasa yang ditawarkannya.

Gus Minging kemudian melihat bisnisnya itu sebenarnya bisa berkembang. Dia pun menjalankan bisnis dengan kejujuran dan kepercayaan, bukan atas dasar coba-coba. Dari situlah dia berniat, dari Desa Nakamura ingin merangsek ke kota.

Dia juga percaya, bisnis jasa terapi ini memiliki potensi pasar yang besar. Masyarakat, katanya membutuhkan terapi sentuhan dan manual yang mampu menghilangkan berbagai keluhan mereka. Kelahira Solo, 1973 itu percaya, jika jasa yang diberikannya bisa dipercaya, maka bisa menjadi sumber income baginya. “Saat ini, orang mengalami stress karena tingkat kehidupan yang memaksa mereka. Sehingga mereka butuh tempat untuk "escape" dan me"charge" baterei fisik dan jiwa mereka,” katanya.

Kunci sukses usaha Nakamura yang didirikan pada 2004 itu tidak lepas dari peran media massa setempat. Wartawan diberikan pengalaman terapi dan juga menjadi berita bagi mereka. Sehingga, masyarakat ikut mengenal terapi Nakamura.

2006, Nakamura difranchisekan. Ada pengalaman unik dengan usaha ini di franchiseenya. Suatu saat, tutur Gus Minging, dia mendapatkan franchisee. Tetapi, setelah tiga hari operasi, seluruh karyawannya tidak mau lagi bekerja pada sang franchisee. Dia sempat terganggu hingga tiga bulan dengan pengalaman itu, karena sang franchisee menggugatnya. Usut punya usut, ternyata figure sang franchisee menyeramkan. Dari pengalaman itu, Gus Minging mulai selektif memilih franchisee.

Kini Nakamura memiliki 21 gerai, 9 milik franchisee. Masing-masing outlet memiliki omzet rata-rata 30-65 juta per bulan.

(Zaziri)

sumber: http://www.majalahfranchise.com/?link=franchise_utama&id=68

No comments: