Friday, February 17, 2012

Surya, Usaha Pengeboran Airnya Hasilkan Omzet Ratusan Juta

Bermula dari usaha warisan orang tuanya, kini Surya Irawan sukses menekuni bisnis pengeboran air tanah. Omzetnya mencapai Rp 400 juta per bulan dari bisnis jasa pengeboran air tanah. Konsumennya tersebar di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Surya Irawan masih terbilang muda saat menerima warisan usaha pengeboran air tanah atau sumur bor dari orang tuanya. Saat itu usianya baru menginjak 27 tahun. Kendati usianya masih muda, ia bukan orang awam di bidang ini. "Sejak kecil saya sudah terbiasa membantu kedua orang tua saya menjalankan usaha ini," kata Surya.

Usaha pengeboran air jatuh ke tangannya selepas orang tuanya menghadap Sang Pencipta di tahun 2000. Sejak itu, ia mulai mengelola sendiri usaha ini di bawah bendera

PT Menara Asia Global (MAG). Surya mendirikan usaha tersebut bersama sang orang tua pada tahun 1999. Orang tuanya sendiri merintis usaha ini sejak 1973.

Ketika melanjutkan usaha ini, omzet usaha kala itu baru Rp 70 juta sebulan dengan aset sekitar Rp 100 juta. Untungnya, sejak muda, Surya sudah terlibat dalam bisnis ini, sehingga ia tahu seluk-beluk bisnis pengeboran air.

Kendati tinggal meneruskan bisnis warisan, tidak mudah bagi Surya untuk mengelola dan membesarkan bisnis pengeboran air tanah. Selain kompetitor banyak, risiko bisnis ini juga cukup besar. Misalnya, kalau bor terjepit di dalam tanah dan patah, ia harus menanggung kerugian hingga Rp 30 juta.

Sisi lain, ia juga dituntut bekerja cepat karena konsumen tidak menolerir keterlambatan. Soalnya, kebutuhan akan air bersih tidak bisa ditawar-tawar. "Tapi saya pantang menyerah, berbekal pengalaman dan pendidikan di bidang teknik saya terus berusaha mengembangkan perusahaan ini," ujar Surya.

Maka ketika mulai meneruskan usaha warisan ini, Surya pun berupaya keras mendidik anak buahnya untuk memperbaiki teknik pengeboran. Selain itu, ia juga fokus membangun jaringan untuk koneksi pemasaran.

Ia pun getol menawarkan jasanya kepada pengembang properti dan para pemilik pabrik yang membutuhkan air. Tidak hanya menawarkan solusi air bersih, Surya juga mematok tarif yang cukup kompetitif.

Ia membanderol tarif berkisar Rp 200.000 hingga Rp 400.000 per meter dengan diameter antara 4 inci - 6 inci. Tarif tersebut menyesuaikan dengan debit air yang diinginkan klien.

Selain itu, Surya juga rajin memasarkan jasanya dengan memanfaatkan media online. "Saya membuat website yang mencantumkan informasi soal perusahaan," ujarnya.

Semua upayanya itu tidak sia-sia. Sekarang dalam sepekan, Surya mengaku minimal bisa mendapat empat hingga lima order pengeboran. Rata-rata kedalaman sumur yang dibor antara 60 meter sampai 100 meter.

Menurut Surya, permintaan konsumen terhadap jasa pengeboran terus meningkat. Bahkan, sejak September 2011, permintaan pengeboran melonjak hingga 50%. Saking banyaknya permintaan, ia tak bisa melayani semuanya karena keterbatasan tenaga. "Saya akhirnya menyerahkan proyek itu ke beberapa kompetitor saya," jelasnya.

Kini setelah 11 tahun mengelola bisnis itu, Surya bisa mengerek omzet hingga menjadi Rp 300 juta hingga Rp 400 juta dalam sebulan, dengan laba bersih 25% dari omzet. Aset perusahaan juga naik menjadi Rp 1,2 miliar.

Sejak masih SMA, Surya sudah terbiasa membantu orang tuanya mengerjakan proyek pengeboran sumur. Berbekal pengalaman itu ia sukses mengembangkan usaha pengeboran sumur. Usaha pengeboran sumur warisan orang tua kini semakin berkibar, dengan omzet mencapai Rp 400 juta per bulan.

Surya Irawan mulai mengenal teknik pengeboran sumur dari orang tuanya sejak remaja. Tepatnya sejak tahun 1989 saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Di masa itu, ia kerap membantu orang tuanya mengerjakan pengeboran sumur tanah.

Selain di kawasan Jakarta, "Saya juga membantu orang tua saya mengebor sampai ke Bogor," kata Surya. Ia rutin membantu orang tuanya setiap pulang sekolah.

Rutinitas itu terus berlanjut hingga dirinya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. "Kebetulan saya kuliah di jurusan teknik," ujarnya.

Namun, Surya baru menekuni langsung usaha pengeboran setelah orang tuanya meninggal di tahun 2000. Ketika itu, ia menerima warisan perusahaan pengeboran sumur bernama PT Menara Asia Global. Tapi sebetulnya, ia ikut mendirikan perusahaan ini.

Perusahaan tersebut berdiri tepat setahun sebelum sang ayah wafat. Waktu itu aset perusahaan kurang dari Rp 100 juta. "Perusahaan ini hanya punya satu mesin bor manual dan delapan karyawan," ujar Surya.

Berbekal pengalaman yang didapat dari orang tuanya, Surya bertekad membesarkan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan mesin bor manual, ia terus bergerak mencari pelanggan dari satu tempat ke tempat lainnya.

Semua potensi yang belum pernah dijajaki orang tuanya, mulai didekati. Termasuk membina hubungan dengan pengembang perumahan.

Ia juga tetap menjalin hubungan baik dengan para pelanggan orang tuanya. Kepada tetangga pelanggan, ia juga rajin menjalin silaturahmi sebelum pengeboran.

Soalnya, saat pengeboran tetangga pasti terganggu. Sehingga harus minta izin sekaligus memperkenalkan perusahaan. "Menyelam sambil minum air," jelasnya.

Surya juga tidak meminta uang muka saat melakukan pengeboran. Dengan begitu, pelanggan tidak khawatir merugi jika pengeboran gagal karena tidak ada sumber air. Setelah ketemu air, barulah pelanggan membayar.

Dalam waktu singkat, Surya sudah mampu memetik hasil dari semua jerih payahnya itu. Bisnisnya berkembang pesat. Setahun sejak orang tuanya meninggal, ia sudah menambah beberapa mesin bor otomatis.

Ia juga terus melakukan pembenahan karyawan, dengan melakukan spesifikasi pekerjaan. Jika dulu karyawan bisa memegang beberapa pekerjaan sekaligus, kini ia melakukan spesialisasi.

Ia juga mulai meningkatkan kemampuan karyawan di bidang kelistrikan, pengeboran, dan keselamatan kerja dengan mengikutkan mereka dalam program kursus.

Kesejahteraan karyawan juga menjadi perhatiannya, sehingga banyak yang loyal. Lebih dari separuh karyawan sudah bekerja di perusahaannya lebih dari 10 tahun.

Setelah sukses menjalani usaha pengeboran sumur, Surya Irawan memutuskan untuk merambah bisnis desain interior. Dengan modal awal Rp 80 juta, Surya mendirikan bengkel furnitur untuk melengkapi bisnis interiornya. Dari bisnis ini, ia mengantongi omzet tidak kurang dari Rp 100 juta per bulan.

Perjuangan Surya Irawan membesarkan usaha pengeboran sumur tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses panjang untuk membesarkan perusahaan kecil warisan orang tuanya. Namun, Surya pantang menyerah dan terus berusaha. Seiring berjalannya waktu, ia pun berhasil melalui semua kesulitan.

Perusahaannya kini sudah jauh lebih besar dengan nilai aset mencapai Rp 1,2 miliar. Meski sukses, Surya tidak berpuas diri. Naluri bisnis tetap saja memanggilnya. Pada 2008, ia memutuskan untuk melebarkan sayap usaha dengan merambah bisnis interior rumah, kantor, dan apartemen.

Surya memang jeli menangkap peluang bisnis. Ia melihat, bisnis interior memiliki prospek cerah di tengah pertumbuhan sektor properti. Terbukti, di tengah maraknya pembangunan perumahan, perkantoran, dan apartemen, permintaan akan jasa desain interior juga terus meningkat.

Saat terjun ke bisnis ini, ia hanya merogoh modal awal sebesar Rp 80 juta. Uang itu sebagian besar dipakai buat membangun bengkel furnitur yang memproduksi meja, lemari, dipan tempat tidur, rak televisi, rak buku, dan kitchen set.

Dengan adanya bengkel furnitur ini, Surya ingin melengkapi jasa interiornya dengan menyediakan beragam jenis furnitur. "Jadi saya mengeset ruangan dan menyediakan mebel yang dibutuhkan sampai ruangan siap huni," jelas Surya.

Merambah bisnis interior tidak begitu berat bagi Surya. Jaringan pelanggan dari bisnis jasa pengeboran air sangat membantunya memasarkan bisnis barunya tersebut.

Terlebih, Surya juga memang memiliki ketertarikan khusus di bidang interior rumah. Minatnya terhadap desain interior tumbuh sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA). Saat itu, ia sering menemani orang tuanya melakukan pengeboran sumur tanah di perumahan-perumahan mewah. "Nah, saya tertarik melihat interior ruangan perumahan itu dan muncul keinginan suatu saat masuk bisnis ini," jelasnya

Saat ini, Surya lebih banyak mengincar pasar apartemen ketimbang perumahan dan perkantoran. Maklum saja, di apartemen, ia sudah memiliki pelanggan dan jaringan yang cukup luas.

Ia mematok tarif jasa desain interior dan pengadaan furnitur untuk apartemen sebesar Rp 50 juta per ruangan. Harga masih bisa berubah, tergantung permintaan pelanggan. Sementara untuk desain interior perumahan dan perkantoran, ia memberi harga mulai dari Rp 40 juta sampai Rp 50 juta.

Dalam sebulan, ia mendapatkan rata-rata dua kali permintaan pemasangan interior apartemen. Dari situ, ia mengantongi omzet sebesar Rp 100 juta dengan laba bersih 20%. (Noverius Laoli)

sumber: http://peluangusaha.kontan.co.id/news/surya-merambah-bisnis-interior-3

No comments: