KOMPAS.com — Dalam setahun, Suhaemi (41), petani belimbing di Sawangan, Depok, Jawa Barat, bisa panen tiga kali. Melalui Koperasi Belimbing ia memasarkan produknya ke hipermarket Carrefour, toko buah Total, serta beberapa gerai di Bandung dan Yogyakarta.
Dalam sekali panen ia bisa mengantongi Rp 100 juta dari 200 pohon belimbing di lahan 9.000 meter persegi miliknya. Satu pohon menghasilkan 50 kilogram (sekitar 500 buah belimbing). Harga jualnya Rp 1.000 per buah, dengan perhitungan Rp 400 modal dan Rp 600 keuntungan per buah. Melihat angka sebesar itu, hasil penjualan belimbing cukup menggiurkan.
Menghasilkan belimbing dewa dengan ukuran layak jual tidaklah mudah. Suhaemi bahkan harus berkeliling dari Garut, Jawa Barat; Sleman, Yogyakarta; dan Malang, Jawa Timur; untuk menimba ilmu menanam dan merawat tanaman buah yang baik. Meskipun varietasnya berbeda di setiap daerah, masalah sistem irigasi, pemberantasan hama, atau pengolahan tanah hampir sama. Pengetahuan itulah yang kemudian ia terapkan dalam budidaya belimbing dan ternyata berhasil. "Pendapatan itu sepadan dengan perawatan buah ini dari awal sampai panen," ucap Suhaemi.
Panen tergantung pesanan
Berbeda dengan kebanyakan buah konsumsi, belimbing tidak mengenal musim, setiap saat bisa berbuah. "Kuncinya adalah pasokan air. Apalagi, 80 persen daging buah belimbing mengandung air. Kalau air cukup, pohon akan terus berbuah," ujar Suhaemi yang memulai budidaya belimbing sejak tahun 1989.
Tak ada resep khusus dalam budidaya belimbing. Sebelum menanam, tanah diolah terlebih dulu. Jarak tanam antarpohon sekitar 7 meter. "Bibit ditanam dengan lebar lubang 1 meter dan kedalaman 70 sentimeter," katanya. Tanah kemudian diberi pupuk kandang dan sedikit NPK mutiara. Pupuk kandang ini membuat buah belimbing terasa manis. Umur dua tahun, belimbing sudah mengeluarkan buah sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Namun, untuk menghasilkan 50 kg buah per pohon biasanya perlu lebih dari lima tahun.
Agar belimbing cepat berbunga, batang pohonnya disemprot dengan perangsang buah. "Batang pohon juga harus dibersihkan dari ranting yang tidak produktif . Sebab, buah yang menempel di batang butuh penyinaran matahari paling tidak tujuh jam agar cepat pembungaan," papar Suhaemi. Setelah berbunga dalam rentang waktu tiga mingu sampai satu bulan, muncul buah belimbing kecil. Sebulan kemudian buah sudah bisa dibungkus dengan mulsa. Agar belimbing yang dihasilkan lebih berkualitas, baik rasa maupun besarnya, dilakukan penjaringan. Jumlahnya juga dibatasi. Satu pohon biasanya hanya 500 buah.
Buah belimbing bisa dipanen setelah umur 35-40 hari (indeks 3-4) atau umur 45-50 hari (indeks 4-5) dihitung dari masa pembungkusan. "Memanennya tinggal mengikuti konsumen. Seperti toko buah di Bandung, mereka ingin yang masih hijau (indeks 3-4), sedangkan Carrefour maunya yang sudah berwarna kuning (indeks 4-5)," ungkapnya. Total dari masa pembungaan sampai panen memakan waktu 3,5 bulan.
Tambah modal
Untuk mengembangkan usahanya, tahun 2007 Suhaemi meminjam dana PKBL dari Bank Mandiri Rp 20 juta. "Sekarang saya sudah memasuki tahun ke-3 dan hampir lunas," ujarnya tersenyum. Dana tersebut untuk mengembangkan lahan dan menambah produktivitas belimbing. Sisanya ia gunakan untuk bertanam jambu biji merah dan bangkok putih. la bersyukur selama ini tidak pernah telat membayar cicilan.
Proses peminjamannya relatif mudah. "Tidak sampai sebulan dana keluar dan saya tidak menggunakan agunan pribadi," katanya. Yang dijadikan agunan adalah koperasi di mana Suhaemi menjadi anggota. Awalnya Suhaemi mengajukan lewat Koperasi Usaha Bersama. Belakangan, karena Koperasi Belimbing sudah terbentuk, ia memindahkan urusan administrasinya ke Koperasi Belimbing. Setiap bulan ia membayar Rp 660.000, sudah termasuk bunga cicilan 6 persen per tahun dan iuran wajib koperasi.
Ke depan, Suhaemi optimistis usaha belimbingnya tetap berjalan dengan lancar. Apalagi, buah ini sudah menjadi ikon Kota Depok. Lantaran koperasi tempatnya bernaung sudah mempunyai partner pemasaran, Suhaemi tidak menjual buah belimbingnya ke tempat lain, hanya ke koperasi. Meski harganya tidak setinggi kalau dijual di tempat lain, lewat koperasi permintaan selalu stabil.
ANALISIS USAHA
Biaya
Bibit dan perawatan satu buah belimbing sampai bisa dipetik menghabiskan biaya Rp 400, meliputi bibit, olah lahan, pemupukan, karyawan, transportasi, pemerantasan hama, dan lain-lain. Terdapat 200 pohon di mana satu pohon terdapat 500 buah belimbing, 200 x 500 x Rp 400 = Rp 40 juta.
Hasil usaha
Harga jual satu buah belimbing panen Rp 1.000. Untuk 200 pohon, dengan setiap pohon terdapat 500 buah, 200 x 500 x Rp 1.000 = Rp 100 juta.
Keuntungan
Hasil usaha dikurangi biaya, Rp 100 juta - Rp 40 juta = Rp 60 juta.
Catatan:
Keuntungan tersebut didapat bila usaha berjalan normal. Namun, pendapatkan akan menurun bila ada kendala, seperti gangguan cuaca. (Budi)
sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/01/21/09315611/Sekali.Panen.Untung.Rp.60.Juta
No comments:
Post a Comment