Tuesday, July 10, 2012

Rohmat, Ide Kreatifnya Sukses Ciptakan Soto Jamur Instan 'Sotoji' dengan Omzet Menggiurkan

SIAPA yang tak tahu Soto! Makanan Indonesia yang banyak dijual di restoran, kedai, cafe, hingga di warung kaki lima. Rasanya yang menggiurkan dan enak disantap dikala hujan. Bisa Anda bayangkan, bila soto dijual dalam kemasan seperti mi instan yang sudah familiar di masyarakat.

Adalah Rohmat Sastro Sugito yang menjadi ahli dalam membuat dan meracik soto instan. Berbekal keinginan menyajikan makanan siap saji, namun tetap kaya gizi, terpikirlah membuat penganan tersebut.

"Awalnya banyak petani jamur. Nah, kalau sedang panen harganya kan jadi murah. Kalau diolah harganya jadi stabil," katanya saat berbincang dengan Okezone beberapa waktu lalu.

Dari awalnya iseng coba-coba membuat menu dari berbagai macam jenis jamur yang ada, saat ini dia mengaku sudah mematenkan makanan yang dibuatnya yaitu "Sotoji" atau Soto Jamur Instan. Menurutnya, rasa jamur tiram-lah yang mampu diterima pasar dan enak untuk dijadikan olehan Sotoji-nya.

"Sebelumnya sempat dicoba segala jenis jamur, ada tiram, kancing, akhirnya setelah dipertimbangkan yang paling bisa diterima pasar adalah jamur tiram," akunya.

Saat ini, usahanya ini telah menjadi sebuah perusahaan kecil dengan nama PT Tri Rastra Sukses Sejahtera. Meski diakuinya perusahaan ini masih dalam bentuk skala kecil, yang hanya memproduksi 40 dus setiap harinya, namun dia menargetkan dalam waktu dekat bisa memproduksi lima kali lipat.

"Sehari 40 dus, satu dus isi 20 pieces. masih skala kecil karena terbatas di mesin," akunya.

Untuk memulai usaha, tentunya membutuhkan modal yang tidak sedikit. Saat disinggung berapa modal yang digunakan untuk memulai usaha yang masih tergolong hijau ini, dia enggan menyebut angka pasti. "Yang jelas, modalnya seharga satu unit mobil kijang," katanya berkelakar.

Dalam waktu dekat, perusahaan akan segera mendatangkan mesin baru yang berasal dari Malang, Jawa Timur. Dengan datangnya mesin baru tersebut, dipastikan produksi akan bertambah menjadi sekira 500 dus per hari. Karena menurutnya, jumlah optimal yang seharusnya diproduksi adalah sekira 100 dus per hari.

"Mesin dari Malang, pokoknya produknya, semuanya dari Indonesia," akunya mantap.

Keuntungan Sotoji

Berbicara modal, tentunya tidak terlepas dari berapa pundi-pundi yang dikantongi. Dengan rendah hati dia memastikan, setahun pertama belum ada keuntungan fantastis yang bisa diraihnya. Sebab, usahanya ini masih tergolong muda dan masih perlu banyak waktu untuk semakin maju.

Saat ini, per dus sotoji di jual seharga Rp50 ribu. Dalam sehari, perusahaan baru memproduksi 40 dus dan rencanannya akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan. Jadi jika dikalkulasikan, pendapatan per hari Rp2 juta atau jika dihitung dalam satu bulan bisa meraup pendapatan Rp60 juta.

"Namun tahun pertama belum untung. Masih dalam tahap ekspansi pasar," elaknya.

Franchise

Usaha yang digelutinya ini diakuinya akan dibuat sistem waralaba. Bentuk waralabanya ini juga masih dalam proses pengembangan. Dalam kedai-kedai yang sudah dimilikinya saat ini, selain dijual Sotoji kemasan, juga dijual yang sudah siap makan. Hal ini menjadi salah satu cara pemasaran Sotoji. Sebab, belum banyak yang menjual Sotoji kemasan. Karena, Sotoji baru bisa diperoleh di beberapa toko kecil.

Untuk lokasi kedainya juga baru berada di kawasan Depok. Dan dia berencana akan terus berekspansi ke pasar lokal yang menurutnya memiliki banyak peluang. "Masuk pasar luar memungkinkan kenapa tidak. Tapi fokus di pasar Indonesia karena saat ini kemungkinan terbuka masih sangat luas," katanya lagi.

Berbicara produk tidak terlepas dari bagaimana cara pemasaran yang baik agar produk tersebut cepat dikenal oleh masyarakat. Rahmat memiliki cara unik dan jitu dalam memasarkan Sotojinya. Bagaimana caranya?

"Gerakan pertama lomba blog, menggunakan ranah online. Hal itu dilakukan karena terbatas dana. Mereka (peserta lomba) membuat blog segala hal mengenai Sotoji," tutupnya. (wdi)

sumber: http://economy.okezone.com/read/2012/05/07/455/624856/sotoji-jualan-soto-instan-dengan-omzet-menggiurkan

Ariranto, Anak Supir Angkot Sukses Jualan Peralatan Gunung dengan Enam Outlet dan Puluhan Karawan

SETIAP orang pasti memiliki hobi untuk melepas stres maupun untuk rekreasi. Contoh saja Almarhum Wakil Menteri ESDM Widjajono Partowidagdo. Salah satu cara yang beliau lakukan untuk menghilangkan kepenatan pekerjaan dengan melakukan hobinya, yakni mendaki gunung.

Hobi serupa dimiliki Peres Ariranto Pangabean. Berawal dari hobinya mendaki gunung bersama kakak dan teman-temannya, pria yang akrab disapa Peres ini telah terinspirasi untuk menjual perlengkapan gunung. Sayangnya, anak ke-3 dari empat bersaudara ini bukan terlahir dari keluarga pebisnis. Ayahnya, Timbul Pangabean, bekerja sebagai supir angkot, sementara sang ibu, Susiani beprofesi sebagai penjual sayuran yang bertempat tinggal di Kampung Tipas Mekarsari, Cimanggis, Depok.

Namun, hal tersebut tak mengahalangi Peres untuk memulai usahanya. Peres mengaku kedua orangtuanya mendukung apa yang akan dilakukan Peres. Tapi, orang yang paling mendukung Peres dalam keluarganya sang kakak kandungnya yakni Tongam Sopiantoro. Menurut Peres, kakanya itu kerap memotivasi Peres untuk lebih maju. Dukungan sang kakak, juga diwujudkan saat mereka mencari tempat yang digunakan untuk outlet outdoor miliknya di samping Universitas Pancasila, Jakarta Selatan. Outlet seluas 2x3 meter persegi tersebut, dibanderol dengan harga Rp6 Juta per tahun.

Kedua kakak beradik tersebut memang tidak mempunyai uang sedemikian besar, karenanya pada 2000 mereka mengajukan pinjaman ke bank dengan menggadaikan surat tanah milik orangtuanya. "Dulu nyari modal pinjam dari bank Rp5 juta, tapi yang cair cuma Rp2,5 juta," kenang Peres kala berbincang dengan Okezone di salah satu outlet-nya cabang Depok, Jawa Barat beberapa waktu lalu. Alhasil untuk menambah modal tersebut Peres harus menjual kendaraan kesayangannya. "Saya sampai jual vespa waktu itu," tambah dia.

Pasarkan Produk

Outlet pertama pun akhirnya berdiri, dengan meminjam nama sebuah gunung di Aceh, Leuser, yang kini ditetapkan sebagai merk produk outdoor-nya. "Dulu abang dan teman-temannya mendaki gunung Leuser di Aceh, lalu bersama ketiga temannya memilih nama Leuser untuk produk ini," jelas dia.

Namun, masalah bukan selesai dengan mendapatkan tempat untuk mmbuka tempat berjualan. Masalah sebenarnya baru datang kala produk mereka muncul, yakni bagaimana cara memasarkan produk mereka. Menyewa tenaga marketing bukan opsi bagi mereka. Jangankan untuk menyewa marketing, untuk mempekerjakan seorang penjaga saja mereka belum mampu. Outlet tersebut, terpaksa dijaga bergantian oleh keduanya sekaligus melanjutkan kuliah.

Karenanya, pemasaran pun dilakukan keduanya sambil menjalankan kuliah. Berawal dari penawaran ke teman-temannya, produk keduanya pun mulai marak di antara teman-temannya. "Dulu setiap bawa barang ke kampus temen-temen malah pada tertarik. Mereka malah mampir ke outlet, soalnya kata mereka lebih lengkap di outlet," jelas Peres.

Peres pun tidak main-main dalam menjalankan usahanya. Untuk itu, pria kelahiran Jakarta, 21 Oktober 1985 ini sengaja memilih ilmu administrasi niaga. "Saya milih kuliah ngambil jurusan administrasi niaga memang niatnya nanti mau ngembangin usaha bareng abang," tuturnya.

Marketing yang dilakukan Peres dan kakaknya tergolong sukses menarik pelanggan. Dengan omzet awal sebesar Rp10 juta-Rp15 juta per bulan, membuat tempat yang awalnya dia sewa dipermanenkan pada 2011, sekaligus menjadi outlet resmi Leuser yang pertama.

Sukses Peres tak lepas dari tergabungnya dia dalam Ikatan Asosiasi Adventure Indonesia yang terdiri dari berbagai pengusaha dibidang jual beli perlengkapan outdoor. Peres mengaku outlet-nya kebanjiran order saat Juni sampai Desember, karena pada bulan-bulan tersebut saat libur sekolah dan banyak orang yang berlibur untuk traveling dan menggunakan peralatan gunung guna menunjang pendakian.

Motivasi

Peres mengaku dahulu tidak terpikir usahanya akan berjalan hingga saat ini. Sampai saat ini outlet yang dimilikinya sekira enam outlet di antaranya di Cibubur, Margonda Depok, Ciputat, Kramat Jati, dan Kalimalang, kawasan Universitas Pancasila. Dengan omzet mencapai Rp150 juta per outlet, Peres kini memiliki sekira 25 karyawan di enam cabang outlet Leuser miliknya. Sekira 15-17 merk peralatan gunung ia jual di enam cabang outlet-nya. Dengan permintaan konsumen yang kian meningkat setiap bulannya.

Hal ini, tak lantas membuat Peres berbangga hati. Dia mengaku sering membaca profil para pengusaha seperti Bob Sadino, Chairul Tanjung dan sebagainya untuk menginspirasi dirinya dan usahanya. "Mereka saja bisa, kenapa saya tidak, mumpung masih muda diumur saya 27 ini," tukasnya sambil tersenyum.

Selain itu, keikutsertaan dia dalam organisasi outdoor juga mendatangkan keuntungan lain. Di setiap pertemuan dia dapat menambah wawasannya dan bertukar fikiran dengan sesama pengusaha outdoor untuk mengembangkan usahanya dan membahas kendala apa saja yang dihadapi dalam menjalankan usaha perlengkapan outdoor.

Oleh karena itu, persaingan dengan outlet outdoor lain pun dijadikan motivasi dirinya untuk terus mengembangkan usahanya, karena menurutnya jika tidak ada saingan maka usahanya tidak akan seperti yang ia jalani saat ini. Intinya, jelas dia, harus tetap berpikiran positif. "Saya percaya kalaupun enggak ada modal yang penting ada niat, jangan mudah menyerah dan yang penting bekerja keras, itu akan membawa kita pada kesuksesan," ungkap Peres.

Menurut dia, kunci sukses lainnya adalah 25 orang karyawannya yang loyal. "Zaman sekarang orang pintar banyak, tapi orang jujur susah," kata Peres.

Ke depan, Peres berencana akan mengembangkan usahanya dengan membuka cabang outlet Leuser di seluruh daerah di Jabodetabek. Dengan saving money 20 persen dari keuntungan yang didapat, Peres menyisakannya untuk memenuhi kebutuhan outlet-nya.  "Meskipun bapak sopir dan ibu tukang sayuran dulu, tapi sekarang saya sudah bisa mencukupi semua yang mereka perlukan," tukas dia. (mrt/nia)
(ade)

sumber: http://economy.okezone.com/read/2012/05/13/455/628697/anak-supir-angkot-sukses-jualan-peralatan-gunung

Saptu, Kembangkan Kaos Khas Jogja Istimewa "Jogist", Sukses Terjual Ratusan Kaos/Bulan

JAKARTA - Menunda kesenangan saat kuliah demi membuka usaha adalah kunci keberhasilan sang pemilik Kedai Digital saat memulai usahanya dibidang merchandise.

Jeli dalam melihat peluang bisnis yang besar juga menjadi inspirasi tersendiri dari seorang Saptuari Sugiharto. Kedai Digital yang dimilikinya kini telah "merajai" dunia usaha, serta produknya terlihat sudah tidak asing lagi, khususnya di wilayah Jawa.

Pria yang biasa disapa Saptu ini merupakan finalis Wirausaha Muda Mandiri 2007. Saat ini, dirinya sudah mempunyai 61 cabang Kedai Digital di 30 kota yang tersebar di Indonesia. Kedai Digital pun mempunyai konsep menghadirkan merchandise pribadi.

Mengapa akhirnya lahir Kedai Digital? Mulanya Saptu terpikir untuk membuka usahanya ketika dia melihat sebuah konser musik di Yogya. Kala itu, dirinya melihat orang-orang berebut kaos band Dewa.

"Saya pikir kok gara-gara kaos Dewa, orang sampai berantem berebutan seperti itu. Gara-gara merchandise artis. Dari situ aku berpikir merchandise itu untuk dijadikan lahan usaha," ujarnya saat di temui Okezone.

Saptu yang lahir di Yogyakarta 8 September 1979 mengaku mulai berbisnis sejak duduk di bangku kuliah semester pertama Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1998. Ketika itu dirinya menjadi penjaga tas di kios UGM dengan gaji sebesar Rp20 ribu seminggu.

Saat ini, dia sedang mulai merambah untuk memproduksi kaos Yogya istimewa atau yang disebut dengan Jogist. Tahap penggarapan pun mulai berlangsung, dengan proses yang dimulai sejak 2011 lalu melalui penjulan online. Produk yang ditampilkannya, sebesar 30 persen bertema Yogya dan 70 persen bertema umum.

Selama kurun waktu tujuh tahun usahanya berjalan, sejak awal pertama kali membuka usaha pada 2005, dia nekat membuka cabang lagi pada 2006. Namun rencana tinggal rencana, bencana gempa di Yogya menjadi salah satu alasan tidak jadi dibuka. Namun, dirinya tidak menyerah.

"Saya enggak nyerah, waktu usaha saya terimbas gempa, saya coba lagi. Pada 2007 saya mengajak beberapa karyawan untuk mengajak menaruh saham di Kedai Digital, dari kerjasama itu menghasilkan lima cabang di Yogya," katanya.

Bertempat di atas lahan seluas 2x7 meter yang merupakan bekas gudang becak. Dia pun menyulapnya menjadi kantor pusat. Sekarang, Saptu sudah memproduksi 60 produk merchandise.

"Dari yang tadinya hanya di sekitar Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur kini sudah merambah mulai Sabang sampai Marauke, dari Banda Aceh, hingga Jayapura. Serta akan segera opening sehingga jika ditotal sekira 37 kota," tuturnya.

Dia menyebutkan, untuk yang benar-benar milik sendiri dan saham sendiri ada 10 kedai di seluruh cabang. Selebihnya, sebagian sahamnya dimiliki juga oleh mitra-mitranya. Saat ditanyakan soal omzet secara nasional, dia menyebutkan hampir sekira Rp800 juta sampai Rp1,2 miliar untuk keseluruhan cabang.

Saptu pun memasarkan merchandise-nya untuk personal sebesar 40 persen, serta untuk perusahaan sebesar 60 persen. Adapun untuk kebutuhan personal biasanya digunakan untuk selamatan, ulang tahun, dengan harga yang beragam.

Ekspansi Usaha

Saat ini, Saptuari tengah mengembangkan usaha kaos Jogist-nya. Dia pun sudah berhasil menjual 700 kaos Jogist dalam jangka waktu sebulan hanya dari satu kios baru miliknya. "Target saya sebulan 1.000 kaos. Per buah Rp75 ribu sampai Rp80 ribu," singkatnya.

Dia mengakui, di kantor pusat Kedai Digital dan Jogist yang terletak di daerah Utara UGM dahulu omzetnya hanya sekira Rp20 juta per kedai. Namun, saat ini bisa mencapai Rp80 juta per kedai. Adapun, kendala yang dialaminya yakni untuk pengadaan bahan baku, karena tergantung dari bahan baku lokal yang masih terbatas. Dia pun memberikan tips bagi yang ingin membuka usaha, yakni tetap harus fokus pada usaha yang dijalankan, serta tidak mudah menyerah.

"Karena orang menyerah itu orang yang kalah di awal, banyak berinteraksi dengan Tuhan, dan perbanyak bersedakah. Rezeki akan datang unlimited. Lalu, berjuanglah dengan kelucuan dan keluguan, karena dengan hal itu kita bisa memperoleh keberuntungan dalam usaha," tuturnya.

Jatuh Bangun Memulai Usaha

Dirinya yang lulusan sarjana geografi ini memulai jerih payahnya dengan berjualan ayam potong, celana gunung, batik, stiker. Semua dilakoninya sembari berkeliling kampus dengan menjajakan dagangannya. Semasa kuliah, dia sudah menjalankan bisnis serabutan. Ada delapan jenis usaha yang kala itu ditanganinya, mulai dari berjualan ayam, celana gunung, dan sebagainya.

"Saya mengimbau ke teman-teman mahasiswa jadilah pengusaha sebelum diwisuda, karena nanti ketika lulus akan siap langsung membuka usaha. Pak Dahlan Iskan (menteri BUMN) pernah bilang ke saya, kamu sebagai mahasiswa segera jalankan usaha, enggak apa-apa bangkrut sekarang, daripada nanti sudah tua bangkrut, sembuhnya lama. Setiap orang punya jatah gagal, habiskan jatah itu sekarang tinggal nanti berhasilnya," ceritanya.

Sejak saat itu, usai menamatkan kuliahnya dari UGM, ia mengaku ijazahnya disimpan dengan rapih. kendati tidak digunakan karena dirinya sudah bertekad ingin menjadi pengusaha. Sang ibu pun mendukung tekadnya tersebut. Dia dan ibunya memberanikan diri meminjam uang untuk modal awal sebanyak Rp20 juta. Namun, yang cair hanya Rp15 juta, mengingat tabungan yang dimilikinya hanya Rp3 juta. Dia pun memberanikan diri menggadaikan surat tanahnya kepada bank.

"Ibu mengizinkan saya untuk meminjam uang di bank karena saya serius. Mengingat bapak sudah lama meninggal sejak saya masih duduk di kelas 5 SD," tuturnya.

Melihat kondisinya yang sejak kecil telah menjadi anak yatim, yakni dari seorang anak tentara dan memiliki ibu pedagang di pasar Lempuyangan di Yogya, Saptu berniat agar ibunya dapat beristirahat dan dia memutuskan menjadi pengusaha. Kini, Saptu sudah berkeluarga namun belum memiliki anak. "Saya sedang menjalani proses untuk memperoleh anak," tutupnya sambil tersenyum. (ade)

sumber: http://economy.okezone.com/read/2012/06/05/455/641939/kedai-digital-beromzet-hingga-rp1-2-m

Fauzan Raup Omzet Hingga Rp70 Juta/Bln dari Kaos Khas Medan "Kaos Medan Bah"

MEDAN - Kehidupan masyarakat yang semakin konsumtif, termasuk dalam memilih pakaian membuat prospek bisnis konveksi semakin manis. Namun, dibutuhkan kreatifitas lebih agar produk yang dihasilkan dapat memenangkan pasar pakaian yang menyajikan kompetisi yang cukup panas.

Melihat manisnya prospek bisnis konveksi, memunculkan ide bagi Fauzan (35) bersama dua rekannya Muklis dan Zulkarnaen untuk terjun ke usaha T-Shirt. Ingin tampil beda dari yang lain, desain khas Kota Medan lah yang dipilih sebagai andalan mereka. Baru dua bulan berjalan, kaos rasa Medan dengan merek dagang "Kaos Medan Bah" ini pun telah beromzetnya mencapai Rp70 juta per bulan dari pengeluaran untuk modal hanya Rp40 juta.

Kaos rasa Medan ini pun kini sudah dikenal hingga ke Bandung, Surabaya, Jakarta, Kalimantan, Semarang, Aceh dan Lampung, melalui media promosi dari mulut ke mulut dan internet, maupun brosur.

"Medan kan belum punya souvenir khusus kaos seperti Bandung dan Jogja, kalaupun ada belum semua orang bisa dapat. Medan kan punya potensi dari karakter bahasa yang khas dan unik, kami tergerak untuk memantapkan dan membuat T-Shirt dengan rasa Medan ini," ujarnya saat Okezone berkunjung ke gerai tokonya di Jalan Abdullah Lubis, depan Masjid Al-Jihad, Medan, belum lama ini.

Fauzan mengaku, saat ini sudah terdapat 20 jenis lebih kaos dengan gambar maupun tulisan yang khas Medan. Di antaranya desain tulisan Mantap Krina, Medan Heritage, Horas, Ku Tungggu Ko Balek Medan, Cocok Kam rasa, Kreak Tapi Aktif, Kombur Molotop, Ini Medan Lae dan desain lainnya yang tidak kalah unik.

"Alhamdulillah, dua bulan berjalan, responsnya luar biasa, bahkan terkadang kita kewalahan karena stok ukuran yang tersedia habis," katanya.

Fauzan pun berharap, hasil tangan kreatifnya tersebut bisa menjadi ikon Kota Medan, seperti makanan khas Bika Ambon dan lainnya. Untuk menjaga kualitas tetap terjaga, saat ini proses pembuatan masih dipesan dari Bandung langsung, dengan alasan bila dicetak di lokal, maka hasilnya kurang memuaskan.

Kemudian, guna menjaga ciri khas bahwa karya tersebut adalah hasil buatannya, maka hak paten akan segera dibuat. "Nah, masalah hak paten itu kan biasanya per item nama, jadi sepertinya untuk awal logo terlebih dahulu yang di patenkan dan itu akan secepatnya," imbuhnya.

Selain T-Shirt, stiker, gantungan kunci juga sudah dibuat. Ke depan akan dibuat kembali, T-Shirt yang bisa dinikmati oleh anak-anak. Untuk harga kaosnya sendiri saat ini per item di banderol Rp80 ribu. "Untuk penjualan bisa dilakukan langsung maupun via internet dari Facebook dan website," tandasnya. (wdi)

sumber: http://economy.okezone.com/read/2012/06/01/455/639899/wow-kaos-rasa-medan-beromzet-rp70-juta

Dari Kain Songket, Fauziah Mampu Raup Rp100 Juta/Bulan

BERAWAL dari meneruskan usaha orangtuanya, Fauziah, wanita berusia 54 tahun, merintis usaha industri rumahannya dengan membuat kain songket. Pembuatan kain songket ini memang tidak mudah, dia harus mencari pinjaman Usaha Kecil Menengah (UKM) dari BUMN untuk memajukan usahanya.

"Tadinya hanya meneruskan usaha orangtua. Namun karena terbentur modal, sempat berhenti," ungkap wanita berkerudung ini saat berbincang dengan Okezone, beberapa waktu lalu.

Berkat konsistensinya memajukan kain tradisional, songket, Fauziah mendapat suatu binaan dari PT PLN (Persero). Menurutnya, dia mendapatkan modal dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar Rp21 juta. "Nah itu saya manfaatkan agar industri rumahan tersebut bisa berkembang lebih pesat lagi," jelas dia.

Dengan pembinaan dari PLN, dia membanderol kain songket buatannya yang berkisar Rp1 juta hingga Rp4 juta. Menurutnya, penjualan kain songket cukup menjanjkan. Dia pun dapat menjual tidak kurang 40 potong kain songket per bulannya. Sehingga laba hasil usahanya dapat mencapai Rp100 juta per bulan.

"Tapi kalau lagi ramai sekali, sebulan bisa mencapai 40 potong. Kalau lagi biasa saja, mungkin 20 potong sampai 30 potong saja," paparnya.

Kualitas itu Penting

Cara pemasaran kain songket pun tidak dilakukan dengan biaya mahal. Dia menuturkan, kain songket buatannya cukup dikenal berkat pelanggan-pelanggannya yang puas akan hasil karyanya. "Orang-orang tahu bisnis saya dari mulut ke mulut. Nah, kalau kualitasnya tidak bagus, nanti orang tidak mau balik ke sini lagi dong," katanya.

Fauziah mengatakan, guna menjaga kepercayaan pelanggan, maka kulitas kain songket buatannya selalu dijaga. Menurutnya, hal tersebut cukup ampuh untuk menyiasati persaingan usaha sejenis yang tentunya cukup banyak di Palembang. "Kalau dibanding dulu, lebih maju sekarang (industri rumahan kain songket). Pokoknya kita strateginya, kualitas kainnya supaya tetap terbaik," jelas dia.

Selain itu, dia kerap melakukan pelatihan kepada 15 orang pegawainya, untuk dapat membuat kain songket tersebut dengan baik. Ini dilakukan agar kualitas kain songketnya tetap terjaga. Selain itu, guna menjaga persaingan dengan produk serupa, dia tidak mematok harga kain terlalu tinggi. Baginya asalkan kain songketnya banyak laku terjual, itu sudah cukup baginya.

"Kalau saya prinsipnya tidak mau jual terlalu mahal. Standar saja, yang penting banyak terjualnya, tapi kualitasnya harus dijaga juga," jelas dia.

Dia menambahkan, guna menarik banyak pemasukan, maka dia juga mempunyai pekerjaan sampingan yang masih masih berhubungan dengan kain songket. Ibu dua anak yang berdomisili di Palembang ini, menyiasati usaha kain songketnya dengan jasa menjahit baju dari kain songket yang dijualnya.

Pasalnya, tidak jarang pelanggan memintanya untuk membuatkan baju berbahan kain songket tersebut. Menurut dia, keindahan kain songket yang begitu mempesona membuat banyak orang ingin memiliki baju yang berbahan kain tradisional asal Sumatera tersebut. Fauziah menjelaskan, setelah merintis usaha industri rumahan tersebut selama 30 tahun tersebut, maka penjualan kain songket tidak lagi dipusatkan di daerah Palembang.

Meski kain songket buatannya belum beredar di luar negeri, namun dia senang orang di berbagai penjuru di Indonesia dapat merasakan hasl karyanya. "Kita hanya kirim untuk ke Jakarta, sama Medan. Tapi paling banyak ke Jakarta," katanya.

Kunci Mempertahankan Pelanggan

Selain modal uang, menurutnya modal kejujuran juga penting dalam merintis sebuah usaha. Dia meyakini usahanya bisa sampai seperti saat ini bukan semata-mata hanya bermodalkan uang. Namun juga kejujuran yang selalu dijaga, sehingga para pelanggan selalu kembali untuk membeli kain songket buatannya.

"Pokoknya yang penting kalau mau usaha itu jujur. Misalnya kain songketnya ada cacat sedikit, ya saya bilang. Lalu harganya saya kurangin. Kalau misalkan saya bohongin dengan harga tetap mahal, padahal kainnya cacat, nanti orang atau pelanggan saya merasa tertipu, nanti tidak mau balik ke saya lagi," jelas dia.

Meski demikian, hingga saat ini dia masih berharap usahanya dapat dikembangkan luas dan dapat go international. "Saya harap nanti kain songket buatan saya bisa diekspor. itu impian saya," tutup dia. (mrt) (ade)

sumber: http://economy.okezone.com/read/2012/07/02/455/657622/pesona-kain-songket-mampu-raup-rp100-juta-bulan

Wahyu Indra, Lepas dari Film Banting Setir Jadi Pengusaha Mi Ayam 'Grobakan'

ULET dan tekad Wahyu Indra, warga Pondok Cina, Depok ini patut dicontoh. Prinsip hidup tersebut mampu mengembangkan usaha waralaba mie ayamnya, hingga kini tersebar di 120 titik di seluruh Indonesia.

Padahal, pria beranak tiga ini dulu bergelut dengan PH perfilman nasional. Namun karena iklim perfilman tak begitu segar lagi baginya, dia pun banting setir ke bidang kuliner. Dengan modal awal sekira Rp27 juta, kini Wahyu sudah mempunyai penghasilan sebesar Rp50 juta per bulan dari sistim waralaba mie ayam grobakan yang dipilihnya.

Dengan dana kemitraan Rp7,5 juta, Wahyu pun telah memiliki 120 mitra di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Kemudian di Bandung, Semarang, dan Pekanbaru.

"Alhamdulillah dengan fokus saya bisa mengembangkan usaha ini. Yang penting kuncinya spekulasi yang terukur dalam menjalankan usaha," tuturnya kepada Okezone di Kantor Pusat Mie Ayam Grobakan di Jalan Merpati 6 No 221, Perumnas Depok I, belum lama ini.

Berawal dari hobi makan mi ayam, Wahyu pun tertarik untuk berjualan mi ayam. Ketertarikan itu muncul karena penggemar mi ayam dari segala umur. Wahyu pun mulai gencar melakukan survei mi ayam berbagai produk. Dari mi ayam terkenal, hingga yang biasa.

Pada 2007, suami dari Ervina Widamayanti itu pun mulai mencari resep untuk membuat mi ayam yang enak dan sehat disantap. Setiap menemukan resep membuat mi dari berbagai sumber, Wahyu pun mencoba mi buatannya itu ke pasar. Baik itu di acara keluarga hingga acara di RT dan RW.

Hasilnya Wahyu pun menemukan resep mi yang enak, lembut, dan tidak mudah putus. Tak hanya itu bebas bahan pengawet, kimia, dan halal.

"Kemudian juga bumbu. Bumbu serta sambal yang menyatu di mi ayam itu menari di lidah. Trial eror saya bahkan sampai setahun, jadi awalnya tidak begitu mulus, hasilnya memuaskan," paparnya.

Modal awal digunakan untuk membeli mesin pembuat mi Rp6,5 juta, bahan baku serta menyewa tempat berjualan di Jalan Mawar. Tepat sehari setelah Lebaran pada 2008, Wahyu resmi berjualan mi ayam. Sambutannya pun luar biasa. Hampir 100 mangkuk mi ayam seharga Rp7.000 pun terjual. Kemudian Wahyu pun pindah ke Jalan Merpati. Walaupun pindah mi ayam Wahyu tetap diburu konsumen.

Tak ingin puas dengan buatan mi ayamnya, Wahyu pun mencoba mengembangkan usahanya. Mulainya Wahyu membaca buku tentang waralaba. Setelah yakin Wahyu pun mengembangkan usahanya dengan cara waralaba. Namun pasang surut pun pasti menghampiri usaha Wahyu. Namun semangatnya kembali muncul karena ia belajar dari kegigihan tukang tongseng.

"Waktu makan tongseng saya tanya sama pedagangnya, dia sudah sukses punya ruko, saya tanya ruko ini sewanya berapa per bulan. Dia bilang punya sendiri. Saya tanya lagi berapa lama jualan tongseng, dia bilang lima belas tahun dan mulai tahun ke sepuluh merasakan enaknya. Di situ saya terpecut. Saya baru satu tahun buka saja sudah menyerah, payah banget kan, akhirnya saya bangkit lagi," katanya.

Setiap kemitraan yang ingin membuka waralaba mi ayam Wahyu hanya cukup merogoh kocek berinvestasi sebesar Rp7,5 juta. Dengan dana itu akan mendapatkan gerobak mi ayam yang terbuat dari kayu jati Belanda dan mendapatkan 28 item lainnya. Selain itu diberikan juga pelatihan cara membuat mi, bumbu mi ayam, dan sambal.

"Dari 120 mitra, 20 persennya ada yang berhenti karena berbagai hal. Ada juga berhenti lalu melanjutkan kembali. Sisanya sukses, bahkan sudah ada yang 100 mangkok per hari. Kepercayaan menjadi komitmen kami," imbuhnya.

Analisa investasi dari modal Rp7,5 juta itu adalah pemasukan mi ayam per hari Rp187 ribu (25 mangkuk), teh botol Rp75 ribu, bakso (dua buah) Rp30 ribu, pangsit rebus (dua buah) Rp15 ribu. Jika dihitung per bulan maka penghasilannya Rp9,2 juta. Sedangkan pengeluaran per bulannya mencapai Rp2,3 juta. (mrt)

sumber: http://economy.okezone.com/read/2012/04/12/22/610600/lepas-dari-film-banting-setir-jadi-pengusaha-mi

Friday, July 6, 2012

Alvia Alhadi, Pemilik Budidaya Keladi Tikus: Ketika Bisnis danPenyembuhan Bergandengan

Keladi tikus yang ditanam Alvia Alhadi ternyata mengandung khasiat penyembuhan terhadap kanker. Dari hobi bercocok tanam ia bisa memetik laba sekaligus membantu orang lain yang sakit berat.

SETIAP ORANG MEMILIKI kisah tersendiri dalam perjalanan hidup maupun bisnisnya. Ada yang memperoleh titik baliknya secara kebetulan, ada juga yang menemukannya lewat pencarian selama beberapa waktu lamanya. Alvia Alhadi termasuk orang yang beruntung. la tergolong orang di kelompok pertama, walau keberuntungan itu kemudian diimplementasikannya dengan kerja yang tak kalah keras.

Titik balik yang dialami pemuda Pontianak itu terjadi ketika seorang teman ayahnya datang sertandang ke rumah, 5 tahun lalu. Sambil bersilaturahmi, tamu itu melihat-lihal pekarangan luas rumah orangtua Alvia yang banyak ditanami tumbuhan. Hobi Alvia memang bercocok tanam, sehingga dialah yang biasa menanami pekarangan itu hingga hijau dan indah dipandang. Mendadak, tamu itu berhenti di depan tanaman yang saat itu belum diketahui namanya oleh Alvia.

"Teman ayah saya mengatakan bahwa tanaman itu namanya keladi tikus dan punya khasiat penyembuhan yang hebat. Anaknya yang berusia 8 tahun mengidap kanker otak dan bisa sembuh karena mengonsumsinya secara teratur. Ya, tentunya kesembuhan itu atas kuasa Tuhan jua," tutur Alvia, "Karena memiliki bisnis rumahan, yaitu memproduksi kapsul keladi tikus, beliau menawari saya untuk menyuplai keladi tikus seharga Rp40 ribu per kilogram."

Hanya butuh waktu singkat bagi Alvia untuk mempelajari khasiat keladi tikus (typhonium flagelliforme, sp) di Internet. la membaca bahwa tanaman itu telah diakui di negeri jiran, Malaysia, sebagai salah satu penyembuh penyakit berat, terutama kanker. Sudah ada dokter yang meresepkan keladi tikus sebagai obat (lihal boks: Keladi Tikus, Sang Penyembuh). Hal ini membuat Alvia tergerak untuk menjadi petani keladi tikus dari lahan ayahnya yang hanya berukuran 10x24 m.

Tak mudah mencari orang yang benar-benar bisa mengurus tanaman. Kerja tidak benar, malah meminta kenaikan upah.



Dengan modal Rp1 juta, usaha yang dimulai pada 2006 itu kini telah menghasilkan omzet per tahun sampai Rp30 juta dengan keuntungan bersih Rp17 juta setiap tahunnya. la kemudian membuka lahan baru seluas 15x25 m, sehingga panennya setiap minggu dapat mencapai 10 kg. Meski nilai sebesar ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan nilai rupiah yang dicapai melalui usaha-usaha yang dirintis wirausahawan-wirausahawan muda lainnya, bagi Alvia Alhadi sudah lumayan.



PETANI KELADI

Tak ada konsep bisnis 'njelimet' dari ketekunan mahasiswa semester 8 program Diploma III Politeknik Negeri Pontianak ini. Ind usahanya adalah menyuplai keladi tikus dari lahan yang dimilikinya. Kendati sesederhana itu, bukan berarti ia mudah menjalankannya. Membagi waktu antara kuliah dan mengurus tanamannya ternyata tidak terlalu gampang. Pekerjaan ini cukup melelahkan karena tanaman keladi tikus membutuhkan perawatan yang teratur.

Padahal, langkah-langkahnya sendiri cukup sederhana. Alvia tinggal mempersiapkan lahan agar kondisinya baik untuk ditanami keladi tikus, melakukan penanaman, perawatan teratur, panen, kemudian pembersihan. Peralatan pertanian dan pupuk tentu saja masuk ke dalam hal-hal yang harus dipersiapkannya.

Walau secara langsung tidak berhubungan, Alvia merasa bahwa ilmu yang diperolehnya dari kampus cukup membantunya berpikir sisternatis, faktual, dan logis. Keuntungan lain dari usaha ini adalah karena ia menjalankan usaha yang merupakan hobinya sejak dulu, yaitu bercocok tanam.

Tapi, kesibukan kuliah membuat Alvia harus mencari orang lain untuk membantu mengurusi lahannya. "Ternyata tak gampang mencari orang yang mau dan bisa melakukannya," ungkap Alvia. "Apalagi awalnya saya tidak mampu memberikan upah yang memadai untuk usaha ini. Pernah saya mempekerjakan pegawai. Eh, dia tidak bertanggung jawab. Diwajibkan datang jam 8, baru muncul jam 9 atau 10 pagi. Janji pulang jam 4, tak tahunya jam 3 sudah pulang. Malah upah minta naik."

BIODATA

ALVIA ALHADI

Pontianak, 5 November 1989

Pendidikan

D3 Teknik Sipil, Politeknik Negeri, Pontianak

Nama Usaha

Budidaya Tanaman Keladi Tikus

Website: www.naturalfresh.co.cc

Alamat: A Pangeran Natakusuma Gg. Siliwangi Pontianak, Kalimantan Barat

Penghargaan

2009 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri

Karena pendidikan pula, Alvia tidak setengah-setengah mempelajari pembudidayaan keladi tikus. Dengan gist ia terus mencari cara Yang benar dalam melakukan bisnisnya. Misalnya, ia kini memahami tata cara pembibitan dan perawatan, serta pengelolaan hasil panen yang optimal. la jadi mengerti bahwa tanaman keladi tikus tidak selalu memerlukan lahan luas. Di pekarangan sekitar rumah atau di dalam pot pun bisa. Yang penting, tidak terkena sinar matahari langsung dan media tanam tidak dalam kondisi basah berlebihan.

"Lahan yang saya miliki saat ini sangat teduh karena ditumbuhi pohon-pohon pisang yang tumbuh subur. Hal ini sangat baik agar tanaman keladi tikus tumbuh subur. Jika ditanam di lahan yang terbuka, maka keladi tikus ini saya lindungi dengan saring untuk menghalangi sinar matahari."

Keladi tikus bisa dipanen setelah mass pemeliharaan 20 hari. Yang siap panen biasanya berukuran 25-35 cm. Menurut Alvia, pangsa pasar obat kanker tersebut meliputi Yogyakarta, Bandung, Malaysia, dan Brunei Darussalam. "Saya dengar orang Malaysia berani membeli tanaman ini dengan harga tinggi. Sayang, saya belum memiliki jaringan untuk menembusnya."

Agar tidak menaruh telur dalam satu keranjang saja, ia membuka usaha lain yang tak kalah bermanfaat.

MENGAJAK TETANGGA

Permintaan tinggi namun hasil panen terbatas membuat Alvia, kelahiran Pontianak, 1989 ini memutar otak lebih kendang. Melihat tetangga di tempatnya tinggal banyak yang tidak memiliki mata pencaharian, ia mengajak mereka melakukan hal yang sama seperti dirinya.

"Saya niatkan usaha ini juga bisa bermanfaat bagi mereka," kata Alvia. "Kebetulan, kebanyakan tetangga adalah pensiunan yang tidak memiliki kegiatan apa pun. Mereka sangat bersemangat menanam keladi tikus walaupun untuk menanamnya diperlukan ketelatenan dan keuletan agar bisa tumbuh subur." Hingga tahun 2010 lalu, sebanyak 10-15 rumah telah menanam keladi tikus dan Alvia menjadi koordinatornya. Dengan demikian, setiap hasil panen mereka kirimkan ke Alvia, lalu diteruskan ke UKM yang mengolah tanaman tersebut menjadi kapsul.

Di sisi lain, Alvia yang mempromosikan usahanya lewat brosur dan situs www.naturalfresh.co.cc ini mengakui bahwa bisnisnya masih perlu mendapatkan lebih banyak perbaikan. la merasa bahwa usahanya belum berkembang dan belum menampakkan kemajuan secara signifikan. "Mungkin karena saya belum berani melakukan gebrakan yang berarti. Saya masih bingung, bagaimana harus melakukan promosi dan kepada siapa. Padahal, selama ini keladi tikus telah diyakini masyarakat yang berada di kawasan saya sebagai obat."

Walau didukung orangtua–mereka jugalah yang memberikan modal awal–dan lingkungan kampusnya, Alvia masih merasa gamang dalam hal mengelola bisnisnya, termasuk cara terbaik dalam manajemen administrasi, keuangan, dan sumber daya manusia. Maka itu, hingga saat ini ia baru mempekerjakan dua pegawai tetap.

Permintaan tinggi namun hasil panen terbatas membuat Alvia memutar otak lebih kendang, la mengajak mereka melakukan hal yang sama seperti dirinya.



Bicara soal pegawai, Alvia juga pernah mengalami kegagalan yang menyakitkan. Alvia pernah membuka lahan yang cukup luas untuk penanaman keladi tikus bermodalkan sejumlah uang yang cukup besar. Sayang, bibit-bibit yang ia tanam tidak bisa tumbuh karena kurang perawatan. Ternyata, pekerja yang direkrutnya tidak bekerja maksimal, sehingga keladi tikus yang dihasilkan kurang memenuhi syarat untuk dijual.

Kegagalan itu membuka mata Alvia bahwa membangun usaha memang tidak segampang membalikkan telapak tangan. "Harus fokus, ulet, kerja keras, dan tanggung jawab. Untungiah hal ini kini sudah tercamkan dengan baik di kepala saya, terutama setelah memperoleh pembinaan dari Bank Mandiri," kata pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2009 itu.

Agar tidak menaruh telur dalam satu keranjang saja, Alvia memutuskan bahwa ia juga perlu melakukan berbagai usaha lain yang bermanfaat. Jadi, tak hanya membudidayakan keladi tikus, ia juga membuka penyewaan mobil dan rumah kos.

Namun begitu, keladi tikus tetap menjadi prioritasnya. Alvia percaya bahwa bisnis tidak selamanya dinilai dengan uang. la beranggapan bahwa uang akan datang sendirinya jika is selalu fokus dan tidak egois serta diniatkan untuk menolong orang lain yang membutuhkan produknya. "Saya yakin, jika saya selalu berpikir seperti itu maka konsumen akan selalu datang," ujarnya optimis.

Cita-cita terbesar anak muda Pontianak itu adalah agar usahanya mampu menolong orang banyak, di antaranya menciptakan lapangan kerja dan menyembuhkan orang yang terkena penyakit dengan menggunakan obat tradisional yang harganya terjangkau. "Saya selalu bermimpi agar usaha saya ini bisa berkembang dan merambah nasional, lalu internasional. Sebab, banyak kalangan berpendapat bahwa manusia berasal dari alam dan akan kembali ke alam. Berdasarkan hal itu, salah satu cars mengobati penyakit pastinya berasal dari alam pula. Tapi untuk mencapai itu tidak mudah. Perlu waktu serta kerja ekstra keras," tambahnya.

Keladi Tikus – Sang Penyembuh Kanker

Posted by kanker on 8th September 20010

KANKER kini tidak lagi rnernatikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman "KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforrne/Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai penyakit berat lain. Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "tanaman ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs. Patoppoi Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia. Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr. Chris K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Dancer Care Penang, Malaysia. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari Malaysia, Amerika, Inggris, Australia, Selandia Baru, Singapura, dan berbagai, negara di dunia.

Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel) untuk menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut. 'Sebelum menjalani kemoterapi, dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan, jelas Patoppoi.

Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan inforrnasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli teh tersebut," ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah toko obat di Malaysia, secara tidak sengaja da melihat dan membaca buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan Dr. Chris K.H. Teo terbitan 1996. "Setelah saya Baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut. Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeii teh Lin Qi, tapi langsung pulang ke Indonesia;" kenang Patoppoi sambil tersenyum. Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.

Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat Departernen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat, keluarganya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata, rnereka rnenemukan tanaman itu di sana. Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber 'Dr Jeo mengatakan agar tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat," lanjut Patoppoi. Akhirnya, dengan ltekad bulat dan doa untuk kesembuhan, Patoppoi Mulai memproses tanaman tersebut sesuai dengan Iangkah-langkah pada buku tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian Paroppoi menghubungi putranya, Boni Patoppoi di Bucluran, Sidoarjo untuk ikut, mencarikan tanaman tersebut. "Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut tumbuh liar di pinggir sungai," kata Bonif yang mendampingi ayahnya saat itu.

Selama mengonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. 'Bahkan nafsu makan ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.

Setelah tiga bulan meminurn obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta,' kata Patoppoi. Para dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada isterinva. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi, Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar Mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya vang tidak mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. 'Dan pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali diundur menjadi enam bulan sekali. "Tetapi karena sesuatu hal, para dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan tanaman sebagai pengobatan alternatif" sambung Boni sambil tertawa. Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan keadaan isterinya, pada bulan April: 1998, Patappoi Kemudian menghubungi Dr, Teo melalui fax untuk menginformasikan bahwa tanaman tersebut banyak terdapat di Jawa dan mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di indonesia. Kemudian Dr. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi. Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjermahkan dalam bahasa Indonesia dan disebar luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha nyata membantu penderita kanker di Indonesia.

Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas mengenai meninggalnya Wing Wirvanto, salah satu wartawan handal jawa Pos, Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci Mengenai gejala, pencentaan, pengobatan vang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan tersebut berhasil menyernbuhkan pasien tersebut.

Sumber: http://kankerku.blogdetik.com/?m=20090908

“Saya membina hubungan dengan pelanggan dengan cara selalu berkomunikasi tentang perkembangan penyakit kemudian berdiskusi mengenai hal-hal yang bisa menjadi masukan berharga bagi kehidupan.”

TESTIMONI

Q: Sulitkah mendapatkan bahan baku usaha Anda?

A: Bahan dasar usaha saya adalah tanaman keladi tikus, bahan lain yang menunjang bisnis saya di antaranya adalah tanah basah, pupuk, dan peralatan lainnya. Bibit tanaman itu sangat sulit didapatkan. Tanaman ini memang sepintas banyak terdapat di mana-mana, namun ternyata bukan keladi tikus. Keladi tikus sangat menjanjikan untuk dunia bisnis, pasalnya dari tanaman ini pembeli bisa langsung mengonsumsinya, namun harus dengan cara yang besar sesuai anjuran yang ditetapkan. Bahkan di Malaysia, keladi tikus siap dibeli dengan harga tinggi, namun hingga kini saya belum mendapatkan saluran untuk memasarkannya di sana.

Q: Adakah ciri khas bisnis Anda?

A: Ciri khas dari bisnis saya adalah sangat mengutamakan manfaat bagi para pembeli produk, karena produk yang saya tawarkan berguna bagi penyembuhan berbagai penyakit yang diderita. Sejujurnya tanaman keladi tikus ini sudah lama ada di Indonesia, namun banyak masyarakat Indonesia yang memandang tanaman ini dengan sebelah mata saja. Akibatnya, lama kelamaan tanaman ini jarang ditemukan. Selain itu, mengembangkan tanaman ini tergolong sulit karena penanaman dan perawatan berbeda dengan tanaman lainnya.

TIPS

HUKUM WIRAUSAHA #15

Kejujuran dan Tanggung Jawab adalah Modal Utama

"Rahasia bisnis adalah mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain."

Aristoteles Onassis

MESKIPUN BIDANG USAHANYA tergolong kecil, tapi Alvia memiliki modal dasar untuk menjadi pengusaha besar, yaitu kejujuran dan kejelian melihat peluang. Kejujuran dan tanggung jawab merupakan modal untuk menjadi pengusaha besar, bukan membesar-besarkan kemampuan (bombastic) atau merasa sudah besar, padahal sebenarnya belum apa-apa.

Ketika seseorang memulai usaha, harus jelas betul apa yang dimaksud dengan menjadi pengusaha. Ada orang yang memilih jalan hidup sebagai petani, guru, dosen, pegawai, dan lain sebagainya. Tetapi, ada pula orang yang memilih menjadi pengusaha di bidang pertanian atau pendidikan. Ini adalah hal yang berbeda. Demikian juga Alvia, dia harus memilih apakah ingin menjadi petani keladi tikus, produsen obat-obatan herbal dari keladi tikus, atau ingin menjadi pengusaha di bidang obat-obatan herbal. Keduanya memiliki cara berpikir dan landasan yang berbeda. Berikut ini adalah tips untuk menjadi pengusaha dalam bidang apa pun:

  • Sekali lagi saya tegaskan bahwa apa yang menjadi bisnis kita pada saat awal belum tentu akan menjadi bisnis akhir kita. Dengan demikian, menanarn keladi tikus bagi seorang Alvia haruslah menjadi usaha awal. Namun akhirnya, Alvia harus menjadi pengusaha besar. Oleh karena itu, Alvia harus menyiapkan langkah-langkah besar, jangan terbatas pada creating product, tetapi fokuslah pada creating value. Sebab, seperti yang pernah saya sampaikan pada wirausahawan muda lainnya, diperlukan lompatan yang berbeda untuk menyeberangi parit dan menyeberangi gunung yang tinggi.

  • Menjadi pengusaha berarti menciptakan mata rantai nilai yang merupakan gabungan dari berbagai aktivitas bernilai tinggi. Nilai-nilai itu tidak hanya disusun, tetapi mungkin perlu diciptakan dari nol melalui ilmu pengetahuan, informasi, pengembangan produk, pengembangan jaringan distribusi, dan reputasi. Sekali lagi lakukan value creation.

  • Bangunlah reputasi melalui rangkaian kegiatan yang produktif Jangan takut untuk melakukan investasi pada aspek-aspek intangibles (harta tak kelihalan), seperti keterampilan, paten, dan reputasi. Memang, aspek-aspek ini tidak dapat diperoleh dalam tempo sekejap dan harus diupayakan dengan kerja keras. Namun, setelah dimiliki, aspek-aspek ini akan melekat pada pengusaha itu sendiri.

  • Menjadi pengusaha yang berkaitan dengan obat-obatan herbal dan kesehatan bukan hanya perkara bagaimana membuat produk dan memasarkannya. Diperlukan upaya-upaya lain yang bersifat mengamankan kepentingan pelanggan. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kepentingan kesehatan dan rasa aman dari gangguan-gangguan seperti efek samping yang berpotensi merugikan atau hal-hal yang sebetulnya tidak teruji secara klinis. Maka, untuk pengusaha produk makanan, sebaiknya dalam jangka panjang lengkapi usaha Anda dengan divisi research and development, uji klinis, Serta segala sesuatu yang berbasis pengetahuan.

  • Meski usaha terpaksa dimulai dari volume yang terbatas, pengusaha harus tetap berpikir besar dalam menjadikan usaha menjadi lebih besar, lebih modern, dan didukung oleh teknologi yang memadai. Bila tidak, usaha Anda tidak ada bedanya dengan usaha yang dikembangkan oleh para pembual di kaki lima.

  • Ada pilihan lain yang dapat dieksplorasi, yaitu menjadi pemasok kecil pada satu mata rantai nilai dengan menjadi pemasok bahan baku. Tapi, bila pilihan ini dilakukan, Anda tidak akan bisa menjadi pengusaha besar. Selain itu, usaha Anda akan sangat tergantung pada fluktuasi kondisi alam dan supply-demand.

Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

T. Surya Adhitama, Pemilik CV. Newtronic Solution: Meraup Untung, dariMempermudah hidup Orang Lain

Manfaat utama dari sebuah teknologi adalah membuat hidup kita menjadi lebih mudah. Ternyata, teknologi tak hanya mempermudah hidup orang lain, tetapi juga memberi keuntungan bagi pembuatan.



TIDAK BANYAK ORANG yang tahu pasti seperti apa kemajuan teknologi secara teknis, namun manfaatnya sangat mudah dirasakan. Menyalakan TV dengan cara manual kini telah digantikan dengan memanfaatkan remote control yang dapat dilakukan setiap saat di tangan penontonnya. Atau, absen karyawan yang selama ini menggunakan kartu misalnya, sekarang bisa didata hanya dengan menempelkan jari di mesin absensi. Bahkan, dalam urusan domestik, Anda kini tinggal memasukkan pakaian dan deterjennya, lalu duduk manic hingga cucian Anda bersih dan nyaris kering dengan sendirinya.

Contoh lain terjadi ketika Anda mengantre di bank. Berapa lama kira-kira Anda harus mengantre? Siapa yang bisa memastikan antrean di sini bisa berjalan tertib tanpa menyerobot–mengingat tidak semua orang sabar mengantre? Siapa yang akan datang ke teller pertama, teller kedua, dan seterusnya? Soal ini baru terpecahkan ketika ditemukan IT embedded system (sistem teknologi informasi yang diaplikasikan untuk sebuah persoalan tertentu) antrean otomatis. Kapan saja datang ke bank, Anda tinggal menekan tombol untuk mendapatkan nomor antrean, lengkap dengan jam kedatangan, nomor antrean, dan nomor teller atau boks petugas yang akan melayani. Orang tidak bisa menyerobot, sebab petugas hanya akan melayani mereka yang membawa nomor antrean yang dimaksud.

Itulah salah satu bentuk aplikasi teknologi. Mempermudah hidup. Dan, inilah yang dijadikan bisnis oleh Surya Adhitama. Bersama mitranya, Joseph Stephanus Aditamaputra, ia mendirikan CV Newtronic Solution pada 2008 dengan modal Rp50 juta. Bisnis ini sangat menjanjikan, karena baru tiga tahun berjalan, omzetnya sudah mencapai tiga hingga lima miliar rupiah per tahun dengan keuntungan Rp700juta-1,2 miliar. Theo, nama panggilan Surya, merasa bahwa ilmu yang diperolehnya di Fakultas Teknik Elektro ITB Bandung–ia lulus pada 2006–sangat mendukung minatnya pada dunia teknologi dan keinginannya untuk mempermudah hidup.



Tantangan teroesar adalah menjawab keluhan klien yang sering terjadi karena produk yang belum sempurna dan banyak kekurangan di sana-sini.



CINTA TEKNOLOGI

Lahir di Pati, 1983, dari keluarga pedagang–orangtuanya membuka toko yang menjual kebutuhan sehari-hari–kehidupan Theo tidak jauh beda dengan anak muda iainnya. Sekolahnya terbilang mulus. Sejak kecil ia sudah memilih segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia elektronika dan teknologi informasi sebagai hobi. Semasa kuliah, misalnya, ia tergabung dalam Kelompok Pencinta Elektro (KPE) dan mulai menekuni bidang embedded system.

"Peluang usaha di bidang itu cukup menjanjikan," katanya, "Bisnis ini membutuhkan kreativitas dalam menghasilkan berbagai macam produk yang bersifat otomasi, sehingga ini bukan bisnis yang mudah ditiru. Dan, perkembangan dunia saat ini sangat membutuhkan berbagai kemudahan elektronik yang semuanya dapat disediakan meialui embedded system,"urainya.

Namun sebelum memantapkan diri membangun bisnis yang bergerak di bidang teknologi, selagi menulis skripsi ia malah bekerja sebagai manajer promosi di sebuah 'imperium' factory outlet di Bandung. Walau pekerjaan itu hanya sementara baginya, namun dari sang bos, Perry Tristianto, ia belajar cukup banyak untuk membangun kerajaan bisnisnya sendiri.

Kesempatan emas itu datang ketika salah satu kantor cabang maskapai penerbangan di Bandung meminta Theo membuatkan sistem antrean otomatis untuk menertibkan dan mempermudah pekerjaan mereka. "Selama tiga bulan kami ditantang untuk mendesain sistem antrean yang sesuai dengan kebutuhan klien," Theo berkisah. Bisa dibilang, setiap hari rasanya seperd hari Senin, karena mereka selalu lembur untuk melakukan riset, desain, dan uji cobs. "Banyak hal baru secara teknis dan nonteknis yang kami pelajari saat itu. Tantangan terbesar adalah menjawab keluhan klien yang Bering terjadi karena produk kami masih belum sempurna dan banyak kekurangan di sana-sini."

Keuletan Theo dan Joseph terus diuji sampai dua bulan berikutnya untuk melakukan perbaikan produk sekaligus menjawab keluhan klien. Setelah produk perdana itu memuaskan klien, barulah CV Newtronic Solution berdiri pada 2008.



BIODATA

THEODOSIUS SURYA ADHITAMA

Pati, 11 April 1983

Email: teot11@yahoo.com

Pendidikan

S1 TeknikElektro, Institut Teknologi Bandung, Bandung

Nama Usaha

CV Newtronic Solution

Website: www.newtronic-solution.com

Alamat: JI. Cimanuk No. 5A, Bandung

Penghargaan

2010 Pemenang II Wirausaha Muda Mandiri Kategori Mahasiswa Pacsasarjana & Alumni Usaha Kreatif



Dari hanya mempekerjakan seorang staf saja untuk membantu segala urusan, kini—ketika produk dan jasa mereka mulai dikenal—Theo dan Joseph mempekerjakan dua puluh prang karyawan tetap dan lima prang karyawan tidak tetap. Produknya pun tak hanya sistem antrean, tapi sudah berkembang menjadi exchange rate display, cctv online, alarm system, dan megatron.



TAK SEINDAH MIMPI

Pada awal berdirinya perusahaan, tentu saja sukses tak langsung diraih. Bahkan, Theo pernah gundah karena produk dan jasanya pernah tidak dibayar oleh kliennya. Juga, ia merasakan betapa proyek awal ternyata sangat berat. "Soalnya kami belum ada pengalaman nyata dalam mendesain embedded system. Bahkan sampai 3 minggu terakhir sebelum deadline, kami sempat memutuskan untuk mengoper pekerjaan sistem antrean itu kepada perusahaan lain. Untungnya, perusahaan yang kami pilih itu tidak menyanggupi mengerjakannya. Hal itu memicu kami untuk lebih series belajar lagi agar dapat menyelesaikan proyek tepat waktu,"

Kesulitan itu, demikian Theo bercerita, membuat ia dan mitranya belajar untuk tetap ulet dan tidak menyerah saat menghadapi rintangan dalam berbisnis. Pun, karena ia bertekad ingin membuat senyum klien terkembang, dalam menagih klien pun ia selalu menggunakan cara-cara baik dan kekeluargaan. "pernah—karena mungkin klien belum pugs—ada pembayaran yang tertunda sampai 6 bulan. Kami terus mengikuti keinginan klien tersebut dan selalu menyunggingkan senyum sampai akhirnya klien itu membayar," ungkap Theo.



Giat melakukan kegiatan riset untuk menyempurnakan produk dan jasanya.



Tekad dan konsep untuk membuat kliennya tersenyum melalui produk yang memberikan nilai tambah dan tepat guna terhadap bisnis klien memang sudah menjadi visi Theo dan Joseph. Didukung oleh latar belakang pendidikan yang tepat, tidak terlalu sulit bagi mereka untuk mendesain dan menyediakan produk-produk berteknologi tinggi sehingga memberikan kemudahan dan otomatisasi dalam berbagai bidang. Sistem antrean mereka memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam mengatur alur antrean di kantor-kantor terutama perbankan atau penerbangan, CCTV Online memberikan akses untuk melihat kejadian-kejadian yang terekam, juga dapat dipantau secara online untuk seorang pimpinan ketika ia ingin melihat kondisi kantor di mana pun dia berada, atau Megatron yang membuat klien mampu mengiklankan produk-produknya kepada khalayak melalui visual yang dinamis dengan unsur prestise yang tinggi.

Namun pendidikan dan keahlian tinggi tak terlalu berguna bila tidak diimbangi mental yang kuat. Inilah yang menurut Theo merupakan salah satu faktor terpenting. "Harus ada persiapan mental untuk ulet, berani, dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Sebagai pengusaha, kita menjadi pimpinan untuk diri sendiri. Itu lebih susah daripada dipimpin orang lain. Setelah itu adalah menentukan sikap dan bidang yang akan kita geluti. Dimulai dari bidang Yang kita kuasai, kita sukai, lalu menetapkan segmentasi pasarnya," jelasnya. Yang lainnya sifatnya lebih teknis–misalnya kantor atau inventaris kantor–dan akan mengikuti dengan sendirinya.

Keuletan ini diwarisi Theo dari orangtuanya. Selain keuletan, "Mereka juga mengajari saya soal kejujuran serta etos kerja. Dukungan yang kuat pada tahun-tahun awal ketika saya belum bisa menghasilkan menjadi motivasi yang kuat untuk berhasil," imbuhnya lagi. Pengalaman bekerja di bawah Perry Tristianto, sang raja FO, juga membawa keuntungan lain. Theo mengakui betapa ia mengagumi cara Perry menjalin relasi, keuletannya untuk tetap hands on pada hal-hal kund, serta kehebatannya membaca peluang hingga 5 tahun ke depan. "Beliau juga selalu mencari ide baru lewat bergaul dengan berbagai kalangan, termasuk generasi mucla. Walaupun tidak semua terserap, keuletan dan cara pikir beliau cukup menginspirasi saya," kata Theo.



Setiap kesulitan membuat ia dan mitranya belajar untuk tetap ulet dan tidak menyerah saat menghadapi rintangan dalam berbisnis.



KEUNGGULAN BISNIS

Salah satu kepiawaian Theo membangun bisnis dalam waktu yang tidak terlalu lama adalah product knowledge-nya yang kuat. la tahu sekali bahwa bisnisnya bersifat 132B dengan pangsa pasar yang luas. Meskipun kliennya kebanyakan dari kalangan perbankan, ia yakin bahwa sejalan dengan perkembangan waktu, setiap perusahaan atau bidang usaha yang berhubungan dengan pelayanan konsumen akan membutuhkan produk sistem antreannya. Karena itu, ia giat melakukan kegiatan riser untuk menyempurnakan produk dan jasanya, "Saga selalu menekankan bahwa kita harus selalu menciptakan sesuatu yang baru dan menghasilkan something great, not just good."

Layanan purnajual juga merupakan salah satu keberhasilan bisnisnya. "Barang elektronik yang dijual, akan ada waktunya mengalarni failed system, apa pun penyebabnya. Di situlah kami harus tetap bersama dengan klien untuk memberikan servis terbaik," tambah pimpinan yang selalu mengutamakan silaturahmi baik dengan klien maupun karyawannya sendiri ini.

la menambahkan bahwa produk yang dijualnya bukanlah barang langka. Namun, produk itu dapat di-customized dengan fitur-fitur yang mengutamakan kebutuhan tiap-tiap konsumen. Ito sebabnya, Theo menganggap bahwa bahan baku dasar usahanya adalah kekuatan tim engineering-nya dalam melakukan desain dan pemrograman embedded system sehingga tercipta produk yang mantap. Selain mantap secara teknis, juga mantap kemasannya.

Karena kekuatan tim begitu dibutuhkan, Theo sangat memperhalikan urusan ini. Dalam pandangannya, karyawan merupakan berkah, sehingga ia harus memberikan pelayanan yang baik kepada mereka. Maka, di kantornya diterapkan unsur kekeluargaan, profesionalitas, kedewasaan, dan sikap saling peduli. Setiap minggu selalu ada waktu makan siang bersama minimal satu kali. Setiap bulan juga selalu diusahakan untuk main futsal bersama. Setiap tahun pun, selalu ada gathering dengan seluruh keluarga karyawan. Pelayanan kesehatan dan tabungan Jamsostek juga disediakan. "Lebih baik berikan dulu kewajiban kantor kepada mereka sebagai keluarga sehingga mereka akan memberikan yang terbaik untuk kantor. Hal-hal ini membuat turnover karyawan di kantor sangat rendah," tegasnya.



Layanan purnajual juga merupakan salah satu keberhasilan bisnisnya, karena jarang elektronik pasti ada waktunya mengalami failed system, apapun penyebabnya. Di situlah mereka harus memberikan servis terbaik.



Menyadari bahwa untuk memperoleh tim engineering yang kompeten dalam bidang ini tidak terlalu mudah—karena memerlukan keahlian teknis dan kepandaian yang mutlak tinggi—beberapa waktu belakangan ini Theo menjalin kerja sama dengan beberapa lembaga pendidikan ternama untuk dapat memperoleh somber daya manusia terbaik. "Boat says, lebih mudah mencari bahan baku materi ketimbang non-materi," katanya sambil tergelak.

Dibandingkan dengan sulitnya mencari tenaga engineering yang kompeten, bahan baku embedded system sendiri tidak sulit dicari. Sebagian besar materi masih bisa didapat di negeri sendiri, "Walaupun untuk beberapa desain kami memerlukan chip IC khusus yang tidak tersedia di pasar Indonesia dan harus kita impor sendiri."

Meskipun ada celah yang harus dilompati dan halangan yang harus disiasati, semua itu dilakukannya dengan penuh semangat karena telah bermimpi menjadi bagian kecil dari dunia yang mampu menghadirkan produk-produk bermutu dan berguna bagi klien dan masyarakat. "Uang nantinya akan menjadi konsekuensi logic dari bisnis yang kita kerjakan," katanya yakin.



TESTIMONI

Q: Apakah Anda merasa banting setir menjadi pengusaha padahal memiliki pendidikan yang tinggi?

A: Menurut saya, sap tidak banting setir karena memang saya sudah memposisikan diri saya untuk menjadi pengusaha sejak dari kuliah. Justru pendidikan yang tinggi dapat membantu kita dalam usaha kita, karena dengan pendidikan yang baik, kita makin mempunyai kepercayaan diri dan ilmu yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk membangun relasi kepada klien-klien kita.



Tips

HUKUM WIRAUSAHA #24

DNA Wirausaha



'Takdir bukanlah perkara kesempatan, tetapi pilihan juga bukan sesuatu yang dapat ditunggu, takdir harus diupayakan.William Jennings Bryan



BANYAK ORANG BERPIKIR bahwa DNA adalah unsur pembawa keturunan yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seperti halnya Theo yang berasal dari keluarga pedagang. la mewarisi DNA pengusaha dari orangtuanya yang berprofesi sebagai pedagang yang menjual kebutuhan sehari-hari di Pati. Namun demikian, belakangan ditemukan ternyata DNA kewirausahaan bukanlah DNA biologis yang dibawa secara genetik atau turun-temurun di dalam sel-sel tubuh manusia.

DNA kewirausahaan adalah DNA perilaku yang dibentuk bukan dari warisan genetika, melainkan dari pergaulan sehari-hari. Pergaulan itu dimulai dari hubungan antara seorang anak dengan lingkungan terdekatnya, yaitu keluarganya sendiri, lalu, berlanjut ke teman-teman dekat, tetangga, teman kuliah, atau orang-orang yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan berhubungan erat dengan anak tersebut. Apalah artinya DNA kewirausahaan yang dimiliki orangtua, bila orangtua tidak melakukan komunikasi intensif atau memberikan jejak pengaruh yang kuat tentang kewirausahaan kepada anak-anaknya. Demikian pula, apalah artinya tetangga yang berada di dekat rumah, apabila seseorang mengisolasi dirinya dengan hanya membaca buku dan sibuk pulang-pergi kuliah atau sekolah.

Dengan demikian, hubungan yang intensif dengan seseorang tidak harus berada pada jarak geografis tertentu, melainkan pada kedekatan batiniah dan interaksi yang dibangun sehari-hari. Untuk mendapatkan DNA kewirausahaan, berikut adalah tips yang saga sarankan:

  • Bangunlah hubungan yang intens dengan orang-orang yang sudah lebih dahulu memiliki iiwa atau karakter kewirausahaan. Orang-orang ini ada di mana saja dan Anda tidak harus berada pada jarak geografis yang dekat untuk mendapatkan gelombang pengaruh dari mereka.

  • Datangi mereka, lakukan interaksi, ajukan pertanyaan-pertanyaan, dan libatkan diri Anda pada pekerjaan mereka. Jangan mengharapkan imbalan apa pun dari orang itu, karena yang sebenarnya Anda harapkan adalah curahan pengaruh dari DNA mereka.

  • DNA kewirausahaan hanya terbentuk kalau Anda memiliki ciri-ciri seperti keterbukaan dalam berpikir atau melakukan hal baru, ketabahan dalam menghadapi berbagai kesulitan, keleluasaan dalam mengungkapkan isi pikiran dan perasaan, kesepahaman dalam melihat masa depan, dan ketangguhan dalam menghadapi segala macam tekanan ataupun rintangan.

  • Pergilah ke luar dan temuilah pengusaha-pengusaha yang ulet dan telah berkembang, yang menjadikan mereka sebagai seorang street smart. Jadikan mereka sebagai mentor Anda dan pelajari hal-hal yang tidak biasa dalam kehidupan mereka. Kenali, pelajari, lalu lakukan hal-hal yang telah mereka lakukan, dan lihallah sendiri seperti apa hasilnya.

  • Karena DNA perilaku menular, maka waspadailah wirausahawan yang berwawasan sempit atau terbiasa mengambil langkah dan jalan pintas atau berspekulasi, karena mereka semua juga akan turut membentuk karakter dan DNA kewirausahaan Anda.

Di atas segalanya, wirausahawan tidak pernah lahir dari orang yang hanya menunggu. Anda harus bergerak, melangkah, mungkin terjatuh, dan bangkit untuk kembali mencoba.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

Alween Ong, Pemilik Clinic Handphone: Mengobati Ponsel 'Sakit'

Asal jell, semua hal bisa menjadi peluang bisnis, meski kadang berawal dari sebuah keterpaksaan. Dari servis ponsel sampai mesin printing, wanita berusia 26 tahun ini berhasil menyulap modal Rp8 juta menjadi ratusan juta rupiah per tahun.



ANAK KULIAH yang menjadi wirausahawan akibat tekanan ekonomi memang bukan cerita baru. Banyak orang bilang bahwa kreativitas kadang lahir dari keadaan yang sulit. Demikian pula perjalanan hidup Alween Ong, anak kedua dari lima bersaudara di tengah kondisi ekonomi keluarga yang sulit.

Awalnya pemudi kelahiran Padang, 29 Januari 1985, mengikuti pola klasik: berjualan apa saja asal bisa menghasilkan uang. Misalnya, ia menjualkan buku-buku bekas temannya yang sudah tidak dipakai lagi. Jualan ikat pinggang, hingga bertindak sebagai 'makelar' atau perantara bila ada teman yang ingin menjual kendaraan. la juga menjual ponsel titipan orang, dengan sistem komisi. Hasilnya, "Lumayan, ada uang saku yang saya peroleh," katanya.

Kegiatan itu terus dilakukan Alween sampai suatu saat, ponsel temannya rusak. Anak muda sekarang, memang tidak mungkin hidup tanpa ponsel, Jadilah Alween yang awalnya iseng membantu memperbaiki ponsel itu, akhirnya tertarik untuk lebih serius. Mulailah dia belajar–kendad tidak formal–di selasela kuliahnya di Jurusan Sosial Politik Universitas Sumatra Utara, bagaimana cara memperbaiki sebuah ponsel yang rusak.

"Saya belajar secara otodidak saja. Mulai dari membaca buku, melihat teman memperbaiki ponsel, hingga otak-atik sendiri. Alhamdulilah, berkat tekad yang kuat, doa dan usaha, akhirnya saya bisa juga memperbaiki ponsel," kata Alween bersyukur. Tapi, mengapa Alween berkeras untuk bisa memperbaiki ponsel rusak? "Soalnya, biarpun bisa bell yang baru, banyak juga orang yang sayang pada ponselnya," kata Alween memberi alasan. "Selain nilai ekonomis, ada nilai sentimental di situ. Orang malas mengganti ponsel bila sejarahnya sangat berarti untuknya. Dan, itu berarti peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan."



la mengamati bahwa meskipun bisa mernbeli ponsel baru, banyak orang yang sayang pada ponsel lamanya. Indah alasannya membuka jasa reparasi ponsel.

Itulah awal Alween membuka servis ponsel yang ia istilahkan sebagai 'Clinic Handphone'. la merintis usahanya itu sambil kuliah dan sempat bekerja paruh waktu di sana-sini, mulai dari menjadi agen kartu kredit sampai kolektor sebuah penerbitan. Saya tidak tahu apakah bisnis yang ditekuni Alween ini juga bernilai bagi anda, pembaca. Tetapi saya tahu ini baru sebuah awal dan ke mana muara usahanya kelak, saya tidak tahu. Bisa saja kelak Alween pun akan bergelar datuk rangkoyo seperti yang saya ulas di bagian depan buku ini

.

CLINIC HANDPHONE

Alween membuka outlet pertamanya di pasar USU, Sumatra Utara. Dia mengerjakan segalanya sendirian. Dari menjadi pemilik outlet, memperbaiki ponsel, menjadi kasir, sampai membuka dan menutup toko. "Kalau saya sakit, tokonya tutup," ia berkisah. Ternyata, outlet kecil itu punya banyak penggemar. Salah satu sebabnya, tidak ada anak muda–bahkan juga mereka yang berusia matang—yang tahan hidup tanpa ponsel. Sedikit rusak, pasti dibawa ke 'dokter' atau Clinic Handphone. Dan Alween, yang mengerjakannya sendirian, dengan jasa yang paripurna, adalah pilihan terbaik. Para 'penggemar'-nya pula yang kemudian mendorongnya mengikuti lomba Wirausaha Muda Mandiri pada 2008. "Awalnya pesimis. Orang lain yang ikut punya banyak anak bush. Sementara saya hanya sendiri begini," kenangnya.

Toh, ternyata Alween terpilih sebagai salah satu pemenang. Modal Rp8 juta yang ditanamnya untuk klinik ponselnya bukan hanya menghasilkan uang, tapi juga beroleh pengakuan dan penghargaan yang cukup bergengsi. Kejeliannya mengubah peluang usaha menjadi uang adalah salah satu kekuatan yang membuat para juri terpikat. Maklum, di Medan belum banyak outletyang fokus menawarkan jasa memperbaiki ponsel saja. Umumnya, gerai-gerai ponsellah yang menawarkan jasa perbaikan ponsel. Itu pun belum tentu tampak serius karena usaha utamanya adalah menjual ponsel.



BIODATA

ALWEEN ONG

Padang, 29 Januari 1985

Pendidikan

S1 Ilmu Politik, Universitas Sumatra Utara, Medan

Nama Usaha

Clinic Handphone

Email: klinikhandphone@rocketmail.com

Alamat: Grand Palladium Mall Lt. II blok SS 69 No. 1-4, Medan

Penghargaan

2008 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri

2009 Mahasiswa Berprestasi Bidang Kewirausahaan

2009 Wirausaha Muda  Berprestasi dari MENPORA

2010 Indonesia Delegation for Asean-China Youth Camp



Ketika usahanya meningkat, Alween pun merekrut beberapa orang untuk menjadi stafnya. la juga memperluas usahanya tidak hanya sebagai gerai yang menawarkan perbaikan ponsel, tapi juga menjadi pusat pelatihan dokter ponsel, alias memberi pelatihan bagi orang yang ingin memperbaiki sendiri ponselnya atau ponsel orang lain. Untuk mempromosikan usahanya? Tentu saja Alween tak luput mengerahkan jejaring sosial, seperti Twitter dan Facebook, karena keduanya semakin banyak digunakan terutama oleh kalangan muda.



NARSIS DIGITAL PRINTING

Alween benar-benar serius mempersiapkan diri. la, misalnya, memilih lokasi yang cukup ramai, setidaknya di kalangan mahasiswa. Juga menyiapkan peralatan dan suku cadang ponsel yang dibutuhkan. Lalu, setelah usahanya mengalami perkembangan, ia juga mencari staf yang membantunya sebagai teknisi ponsel.

Tapi Alween tak puas hanya mengusahakan jasa perbaikan ponsel. Dengan terpilih sebagai Wirausaha Muda Mandiri dan diberi kesempatan mengikuti sejumlah pelatihan bisnis di Rumah Perubahan yang dikoordinir mentor senior Rhenald Kasali, Alween kembali mengerahkan otaknya untuk berpikir lebih kreatif. Apa lagi yang bisa dilakukannya?

Dulu Alween memilih usaha ponsel karena pada dasarnya ia memang gemar mengutak-atik peralatan teknik, kendati tak berlatar belakang pendidikan teknik. Hobi yang dikembangkan menjadi usaha adalah kegiatan yang ringan dan menyenangkan. "Karena hobi, segala sesuatu yang dilakukan enak saja, tidak terasa berat," katanya. "Jika di suatu mass mengalami kegagalan, kin merasa itu hanya sebuah tantangan dan harus dicoba lagi. Mencobanya lagi sudah merupakan keasyikan tersendiri."

Jejaring sosial seperti twitter dan Facebook dimanfaatkan sebagai alat promosi karena semakin banyak digunakan oleh anak muda.



Dengan prinsip itulah Alween ingin membuka bisnis berikutnya dengan berlandaskan bidang pekerjaan yang disukainya, bukan hanya berdasarkan perhitungan rasional atau bisnis semata. la lalu membuka Narsis Digital Printing, sebuah bisnis yang mencakup pembuatan pin dengan berbagai model, kartu nama, cetak kaos, facemug (cetak mug bergambar dengan berbagai model), dan penjualan mesin atau alai cetak produk-produk tersebut dengan konsep "jual putus".

Sebagai perempuan yang senang dengan berbagai pernik unik aksesori, ia berpikir bahwa anak-anak muda juga menyukai pernak-pernik tersebut. Tambahan lagi, ia menjual mesin, bukan hanya pembuatan pin saja. Untuk penjualan mesin facemug misalnya, dengan biaya Rp3,3 juta, mitranya sudah bisa membawa pulang satu unit mesin ditambah dengan satu lusin bahan baku serta pelatihan. Pilihan lainnya dengan harga Rp17 juta, mencakup mesin, alatalat promosi, pelatihan, bahan baku, booth, komputer, dan berbagai fasilitas lainnya.

Dengan bisnis ini, pelanggan Alween tak terbatas pada prang yang akan memperbaiki ponselnya saja. Gerainya pun tidak lagi di pasar USU yang hanya menargetkan kalangan mahasiswa. la beruntung, memiliki kenalan yang punya gerai di Grand Palladium, sebuah mal besar di Medan. Dengan sistem pembagian keuntungan, ia bisa menempati gerai di mal itu tanpa membayar sewa.

Pasar bisnis Alween kian lugs. "Pelanggan saya sekarang datang dari mana-mana. Ada yang dari Aceh, Pekanbaru, dan beberapa daerah di Sumatra." Bisnis ini juga membuatnya melanglang buana ke beberapa negara, seperti China, Malaysia, dan Singapura. Menurut Alween—yang menempatkan kedua bisnis itu di bawah bendera Alcompany—omzet yang diperoleh hingga  Rp60 juta per bukan. "Keuntungan bersih saya bisa di atas Rp216 juta setahun," katanya.



Paham bahwa kalangan muda menyukai aksesori unik, ia pun membuka digital printing.



Tak heran bila ketekunan dan kelihaian perempuan ini membuahkan berbagai penghargaan tambahan. Selain sebagai mahasiswa berprestasi, ia juga diganjar sebagai wirausahawan muda berprestasi oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga pada 2009. Bahkan, Alween juga terpilih sebagai anggota delegasi Indonesia pada ASEAN-China Youth Camp tahun lalu.



KEMBAL1 PADA MASYARAKAT

Dalam menjalankan bisnisnya, Alween banyak menggunakan insting dan membaca buku. la juga mencermati segala pengalaman yang pernah dilakukannya tatkala dulu masih bekerja serabutan untuk membiayai kuliah. Baginya, pengalaman adalah guru paling berharga yang mengajarinya banyak hal untuk sukses.

Salah satu yang menurutnya perlu dilakukan dalam mencapai kesuksesan dalam berbisnis adalah meningkatkan unique selling product. "Baik dari segi promosi yang berbeda maupun pelayanan yang lain daripada yang lain. Karena sekarang zamannya internet, maka sebaiknya kita memanfaatkan internet untuk meningkatkan komunikasi yang interaktif," kata Alween. Twitter dan Facebooknya selalu ia update, bahkan ia mempunyai video kesuksesannya sendiri yang bisa diakses via YouTube. Tak hanya itu, Alween juga menjadi konsultan klinik ponsel pada surat kabar.

Seperti juga mereka yang baru memuiai berwirausaha, awainya Alween harus meyakinkan keluarga bahwa apa yang ia lakukan adalah sesuatu yang benar, selain–tentu saja–halal. "Says tak henti menerangkan pada mereka bahwa dengan berusaha, saya pasti dapat meningkatkan kondisi financial di atas gaji yang saya dapatkan bila saya harus bekerja di perusahaan orang lain," kenangnya.

Dalam menjalankan usaha, Alween juga melibatkan adik-adiknya agar mereka mulai belajar bisnis secara perlahan dan langsung praktik. "Alhamdulillah, sejauh ini tidak ada konflik. Jika pun ada perselisihan, kami berusaha profesional dan menyelesaikan segalanya dengan kepala dingin," imbuh Alween.



Meski melibatkan anggota keluarga, mereka tetap profesional dan menyelesaikan konflik dengan kepala dingin



Tidak hanya kepada adik-adiknya, kepada karyawan pun, Alween menjalin hubungan secara kekeluargaan karena ia menganggap mereka sebagai tim. Meski melibatkan anggota eluarga, mereka tetap profesional dan menyelesaikan konflik dengan kepala dingin. Hal ini dilakukannya agar rasa kepemilikan dan kekeluargaan terjalin erat. Itulah mungkin yang membuat turn over karyawan Alween yang berjumlah 9 orang itu tidak tinggi. "Umumnya mereka berhenti bila pindah rumah atau ikut suami," kata Alween menjelaskan.

Merasa bahwa kesuksesan usahanya juga berasal dari masyarakat, Alween berusaha menjalankan prinsip-prinsip CSR (Corporate Social Responsibility) derni memupuk jiwa sosiainya, meskipun usahanya belum genap berusia 5 tahun. April lalu, misalnya, ia memberi pelatihan kepada orang-orang berusia 15-25 tahun yang berasal dari golongan ekonomi tidak mampu. "Maksudnya adalah membuka kesempatan lapangan pekerjaan bagi anak-anak muda yang putus sekolah karena ketiadaan biaya," katanya seperti yang dikutip sebuah media massa di Medan.

Pelatihan dari Clinic Handphone University–demikian Alween memberi Hama untuk pelatihan ini–dilakukan agar anak-anak muda putus sekolah itu memiliki kemampuan untuk membuka usaha. Kalau bisa, bahkan membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. "Kalau mereka punya keahlian seperti menjadi teknisi ponsel, dapat membuka peluang usaha dan pastinya mendapatkan keuntungan," Alween menerangkan. Selain itu, Alween juga membuka kesempatan magang di Alcompany. "Agar mereka dapat meningkatkan kualitas kemampuannya menjadi 'dokter' ponsel," tambahnya, tersenyum.



Tips

HUKUM WIRAUSAHA #23

Berani Bekerja Keras



"Saya berasal dari keluarga yang percaya bahwoa kita dapat melakukan apa pun, asal mau bekerja keras.”Condoleeza Rice



MESKI ADA ORANG-ORANG tertentu yang dapat berhasil tanpa banyak berupaya, namun orang-orang yang sukses umumnya orang-orang yang bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang baik dan berkelanjutan. Jodi, janganlah takut untuk bekerja keras. Jangan Anda mudah tergoda dengan jargon "kerja cerdas" yang seakan-akan tak perlu bekerja keras. Jargon itu dapat memanipulasi pikiran Anda. Usaha yang berhasil tidak pernah lahir dari sebuah jalan pintas. Perlu perjuangan yang tak kenal lelah dan kesediaan melewati proses panjang non berliku. Berikut adalah hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang bekerja keras membangun sebuah usaha:

  • Bekerja keraslah untuk meningkatkan keterampilan Anda. Teruslah meningkatkan dan mengembangkan kemampuan Anda dengan sekuat tenaga. Jangan berhenti hanya karena satu kerikil besar. Orang yang ingin sukses harus memiliki semangat yang tak ada matinya.

  • Setelah memiliki,tingkat keterampilan tertentu, mungkin saja Anda baru bisa mendapatkan inspirasi untuk membuka usaha. Hal ini bukanlah suatu keterlambatan. Segeralah menggali semua hal yang berhubungan dengan keterampilan dan usaha yang akan Anda bangun. semakin banyak informasi yang Anda ketahui, semakin matang keputusan yang akan Anda buat. Anda semakin tertantang saat kerja keras mendapat imbalan kompensasinya.

  • Karya yang Anda hasilkan akan membangun kepercayaan orang lain terhadap Anda. Peliharalah kepercayaan tersebut dengan memberikan layanan dan kualitas terbaik, karena dari kepercayaanlah sebuah bisnis yang baik dapat berkembang dengan mantap. Ingatlah bahwa yang pertama kali dibeli oleh seseorang bukanlah merek, tetapi kepercayaan. Tentu saja, kepercayaan itu akan menghadapi beragam rintangan. Tetapi, bukankah tidak ada lilin yang dapat menyala dalam ruangan Nampa udara?

  • Menyalakan semangat. Dalam perjalanan usaha Anda, bukan tidak mungkin terjadi kelelahan dan rasa jenuh. Di sinilah pentingnya Anda membangun usaha berdasarkan passion. Temukanlah passion. Saat bekerja dengan passion, Anda akan lebih mudah mempertahankan semangat dan meraih keberhasilan.

  • Teruslah berinovasi. Inovasi berarti menemukan sesuatu yang baru, baik metode, gagasan, maupun alat. Dua syarat mutlak untuk dapat melakukan inovasi adalah memperluas wawasan dan tidak enggan mencoba hal-hal baru.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

Atthur Sahadewa, Pemilik PT. Inatradecenter: Antivirus pembawa untung

Dunia maya yang tak berbatas melambungkan nama pria asal Yogyakarta ini sebagai penemu antivirus, penulis buku, dan praktisi hacking.





APA YANG BISA diharapkan dari seorang anak yang sejak kecil disebut hiperaktif dan harus berkonsultasi dengan psikolog secara teratur untuk menangani kemampuan mentalnya? Pada kasus Tony Hawk, solusi orangtuanya adalah memberi skateboard, mendukungnya, dan jadilah dia juara dunia skateboard selama 12 tahun berturut-turut. Skateboard, olahraga yang di Indonesia mungkin lebih dikenal sebagai hiburan ketimbang olahraga, berhasil menjadi mata pencarian Tony Hawk, mengantarnya menjadi atlet kelas dunia–di bidang skateboard tentu saja–bahkan menuntunnya masuk ke dunia film.



Tapi bukan ketenaran Tony Hawk yang membuat Atthur Sahadewa Widjaja, anak muda dari Temanggung, mengaguminya. la lebih terpukau pada konsistensi Tony pada profesinya sebagai pemain skateboard profesional. Meski bermain skateboard hanyalah sebuah hobi, asal ditekuni dengan sungguh-sungguh, ternyata bisa mendatangkan hoki. Atthur juga punya hobi meskipun bukan bermain skateboard–yaitu mengutak-atik sesuatu di internet. Arena permainnya terutama server, source code, dan sebagainya. Dari hobi itu is melihat bahwa dalam dunia keamanan internet, di Indonesia masih sangat jarang pemainnya, padahal ceruk pasarnya ada.

"Karena saya suka dan hobi, kenapa tidak dijadikan pegangan hidup? Saya terinspirasi oleh Tony Hawk. Dia bisa menjadikan skateboard sebagai pegangan hidupnya. Saya juga ingin membuat hobi saya sebagai pegangan hidup," niatnya mantap. Keyakinan Atthur membuahkan hasil. Bisnisnya yang tergolong unik dan kreatif itu meraup sukses. Dari modal awal Rp8 juta pada 2008, tiga tahun kemudian modalnya telah berkembang hingga 50 kali lipat.



Jengkel terserang virus, is menciptakan antivirus sekaligus tutorialnya.



Pria kelahiran 16 September 1980 itu mengantongi sejumlah prestasi: Wirausaha Muda Mandiri Award versi Bank Mandiri dan Indonesia ICT Awards versi Depkominfo. Kariernya pun menjulang: pendiri www.virologi.info (Computer Security Community), direktur DSI Publishing Yogyakarta merangkap pemimpin redaksi dan penulisnya, bahkan juga pernah menjadi konsultan BATS (Badan Informasi Strategic), serta penulis buku Seni Pemrogramon Virus dan Monalisa Pun Tertawa. Hobi mengutak-atik software antivirus sejak kuliah di jurusan Teknik Informatika Insdtut Sains dan Teknologi Akprind (Akademi Perindustrian) Yogyakarta itu terbayar sudah.



VIRUS DAN BUKU

Pada awal 2007, diketahui ada 10 megabyte file di dunia ini yang rusak diterjang virus hallo.roro. Memang, hal ini bukan terjadi di tubuh manusia, melainkan dalam dunia modern yang serba serba computerized. Tapi, keganasan nya mungkin hampir sama.

Jengkel terserang virus, Atthur lalu meneliti dan menemukan antivirus yang bisa mengatasi serangan virus tersebut. Tak lama berselang, giliran virus Brontox datang. Lagi-lagi Atthur sukses menemukan antivirusnya, bahkan sekaligus membuat tutorial untuk menghapusnya. Pelan-pelan, namanya mulai dikenal kendati hanya di kalangan terbatas, apalagi ia lantas membuat software antivirus gratisan yang diunggahnya di www.virologi.info. Agar orang tak penasaran, ia sekalian menulis buku Seni Pemrograman Virus yang kini sudah 14 kali cetak (setiap kali 2.000 eksemplar). Buku-buku lain hasil karyanya yang berkisah soal peretasan dunia komputer kemudian lahir berturut-turut, di antaranya Empat Hari Jadi Hacker dan Monalisa Pun Tertawa.

"Memang cerita di buku-buku saya kebanyakan tentang cara menggunakan berbagai tools di komputer dan internet untuk meretas, tapi saya tidak mendorong orang untuk menjadi peretas (hacker)," katanya pada sebuah wawancara. "sebagai praktisi, saya ingin melindungi pengguna komputer dari serangan peretas." Sukses sebagai penulis buku itu dimbangi dengan profesi 'sebenarnya'. la membuat bisnis yang pada intinya mencakup software untuk melindungi server dari serangan peretas, pengembangan 'sistern operasi bandit', jasa security internet, serta usaha pembuatan buku. Ada 4 karyawan tetap di perusahaannya yang diberi brand Inatrade Center, sementara 9 lainnya freelancer. Menurut Atthur, "Ini membuat turn over karyawan rendah."



BIODATA

ATTHUR SAHADEWA WIDJAJA

Temanggung, 16 September 1980

Pendidikan

S1 Teknik Informatika, Institut Sains dan Teknologi-Akademi Perindustrian, Yogyakarta

Nama Usaha

PT Inatrade Center

Website: www.inatradecenter.co.id

Alamat: Modinan Baru GP III/206, Yogyakarta 55293

Penghargaan

2009 Pemenang II Wirausaha Muda Mandiri Kategon Mahasiswa Pascasarjana & Alumni Usaha Kreatif.

2010 1NAICTA (Indonesia ICT Awards) versi Depkominfo



SITUS DULU, VIRUS KEMUDIAN

Sebelum mernbuka bisnisnya sekarang, Atthur pernah mencoba berbisnis dalam bidang internet. Pada tahun 2006, bersama teman-temannya, ia membuka sebuah situs—sudah dengan brand Inatrade Center—yang mempertemukan pembeli dan penjual di internet. Tapi dengan modal Rp3 juta yang waktu itu dikumpulkannya dari uang saku, bisnisnya ludes ketika 3 bulan kemudian kerja sama itu bubar. Tidak adanya visi dan mini serta tidak adanya agreement apa pun, membuat kongsi itu berjalan tidak jelas.

Tidak kapok gagal berbisnis, Atthur lalu mulai lagi. Kini ia bermodalkan Rp12 juta, plus pengalaman sebelumnya. Lumayan, dalam waktu 2 tahun, situs yang sama telah memiliki 14.000 orang anggota. Tapi, lagi-lagi ia melupakan soal manajemen. Kendati ia telah mengangkat dua orang temannya sebagai anggota Board of Director—ditambah dirinya sendiri—serta menggaji 6 orang karyawan, bisnis itu pun bubar jalan. Modal awal tentu saja, tidak kembali.

Berkaca dari pengalaman itu, Atthur tahu banyak yang harus dipelajarinya. "Saya harus belajar manajemen dengan sungguh-sungguh. Saya bukan hanya pernah gagal berbisnis di internet saja. Sebelumnya saya pernah jualan pulsa, membuka penyewaan komputer, semua bubar. Ini karena kemampuan manajerial yang rendah. Saya lalu mempelajari apa yang disebut 'ketahanan untuk membuat usaha'. Saya juga fokus pada IT security dan pengembangan software lagi, bukan mempertemukan pembeli dan penjual di internet."



“Atthur punya keyakinan bahwa pasar untuk usahanya jelas ada, yaitu perusahaan dan pengguna internet yang memerlukan IT security. "Lagi pula, keterampilan atau skill di bidang ini masih langka."



Atthur mencoba mengenyahkan kegagalan masa lalu dan bangkit. la yakin, berbisnis pada bidang di mana ia memiliki passion atau gairah, akan lebih baik ketimbang memilih bisnis yang tidak ia sukai. "Mungkin banyak orang membuka bisnis makanan, bisnis jasa lain, atau bisnis berkebun emas dan properb karena situasinya memungkinkan. Tetapi, kalau itu bukan passion saya, saya tidak akan membukanya," tuturnya.

Berdasarkan ilmu dan pengalamannya, Atthur punya keyakinan bahwa pasar untuk usahanya jelas ada, yaitu perusahaan dan pengguna internet yang memerlukan IT security. "Lagi pula, keterampilan atau skill di bidang ini masih langka," imbuh ayah Kayla ini. "Mungkin hanya ada sekitar 5 persen orang di Indonesia yang memilikinya, sementara yang membutuhkannya jelas lebih banyak karena pesatnya penggunaan teknologi internet di berbagai sektor."

Kebutuhan akan jasa security internet bisa terjadi karena perkembangan sistem informasi dan teknologi pasti akan diikuti oleh pemanfaatannya. Contoh paling mudah adalah penggunaan uang plastik. Ketimbang membawa tunai, orang akan lebih senang mengantongi kartu ATM, debet, ataupun kredit. Surat menyurat dengan perangko, amplop, dan kertas pun akan ditinggalkan. Tergantikan oleh Surat elektronik. Lajunya perkembangan itu akan diikuti dengan timbulnya 'celah' tertentu. Pada orang baik, celah itu dimanfaatkan untuk menciptakan sistem operasi teknologi informasi yang berguna. Celakanya, bila celah itu dimanfaatkan oleh orang jahat, akan marak terjadi pencurian data, baik dari orang pribadi maupun perusahaan. Agar tak bisa diretas atau tak bisa dicuri, diperlukan jasa IT security.



Usahanya di bidang pengembangan software dan IT security ini sejalan dengan hobi dan pendidikannya.



Ketika Atthur memutuskan untuk melakukan rebranding dengan Inatrade Center, modalnya sudah banyak. Bukan hanya kapital sebanyak Rp8 juta lagi, tapi juga ilmu manajemen, analisis keuangan, dan pendelegasian pekerjaan. "Ini semua bisa saya kuasai setelah belajar dari berbagai kegagalan masa lalu," kenangnya.



THINKING OUT OF THE BOX

Yang menurut Atthur cukup penting adalah keterampilan berinovasi, terutama dalam menghadapi persaingan bisnis yang kian kompetitif. Katanya, inovasi itu harus dilakukan secara terus-menerus. "Berpikir out of the box sangat penting," ujarnya. "Bahkan kalau perlu, kotaknya tidak ada. Mari situ kita bisa melihat melihat peluang atau celah untuk melakukan diferensiasi produk."

Ini diterjemahkan Atthur dengan melakukan cara-cara promosi yang tidak biasa. Tidak usah kaget memperoleh undangan dari perusahaannya saat ia mengadakan peluncuran buku di kantor polisi pada jam 12 malam misainya. Atau, mendengar ia meluncurkan software dengan cara menjebol situs pemerintahan. Bahkan buku-bukunya pun terkesan 'mengejutkan', membuat orang awam sekalipun ingin membacanya.

Untung bagi Atthur, usahanya di bidang pengembangan software dan IT security ini sejalan dengan hobi dan pendidikannya. Meski tentu saja, menjadi pengusaha membuatnya harus banting setir dan terlatih jatuh bangun. Sebagai orang yang bukan 'title minded', segala hal itu dilakukannya dengan satu keyakinan: keyakinan untuk maju. Sesederhana itu. Namun, bila kesederhanaan itu membuatnya mampu meraup omzet Rp360 juta per tahun, dengan keuntungan bersih Rp200 juta per tahun, pasti ada sesuatu yang tidak sederhana di batik pemikirannya yang kreatif.



TESTIMONI

Q: Mengapa memilih bisnis IT security?

A: Hobi saya adalah melakukan aktivitas yang berhubungan dengan komputer, terutama riset untuk keamanan komputer. Banyak orang dan perusahaan yang kurang aware dengan keamanan komputer. Nah, dari situlah terlihal bahwa hobi ini bisa menjadi peluang bisnis. Misainya, mengamankan jaringan perusahaan agar tidak dijebol oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, pemainnya juga belum banyak, khususnya di Indonesia, sehingga persaingan tidak terlalu kuat.

Q: Bagaimana kiat Anda menghadapi persaingan bisnis?

A: Persaingan tidak hanya diberikan oleh lawan, tapi terkadang teman–teman sendiri. Mereka boleh tersenyum di depan Anda, tapi di belakang Anda? Pasti Anda tidak mengetahuinya. Mereka bisa saja mempersiapkan sesuatu untuk menyaingi Anda. Tapi, ini bukan hal besar untuk dipikirkan, bukan bate sandungan untuk Anda yang berwirausaha. Hal itu lumrah dalam bisnis, seperti kata pepatah, "Seluruh hal dihalalkan dalam bisnis, cinta, dan perang". Untuk menghadapi persaingan bisnis, kita harus tetap kreatif dengan jadilah pelopor (pioneer) bukan pengikut (follower), bersikap jujur, dan menolong orang dalam berbisnis.



"Saya adalah orang teknis sehingga berpkirnya cendan cara terus, sampai bisnis pun saya pkir dengan teknis, pada'ial hal tersebut bertentangan. karena saya berpikir seperti itu, bisnis pertama saya gagal. Saya terlalu teknis, sehingga tidak bisa berpikir di luar kotak. Untuk keluar dari kotak tersebut saya mengkutlibeberapa pelatihan yanc bersifat bisnis, berpikir kreatif, dan berhubungan dengan manajemen.”



Tips        

HUKUM WIRAUSAHA #22   

Berpikir Out Of The Box



"Orang bijak adalah mereka yang belajar bahwa batas tidak harus selalu menjadi perhatian utama mereka. "William Arthur Ward



COBA TINJAU ULANG hidup Anda. Berapa kali Anda merasa stuck, tidak tahu harus berbuat apa, dan tidak tahu harus melangkah ke mana? Hal seperti ini kerap terjadi karena Anda masih memandang suatu masalah, hidup Anda, karier Anda, dari sudut pandang yang sama. Cobalah untuk berpikir dari sudut pandang lain, maka Anda akan keluar dari kotak yang mengurung Anda dan mendapati bahwa hidup ini jauh lebih berwarna.

Demikian pula yang terjadi pada Atthur. Jika ia sebagai pengguna komputer hanya berdiam diri saat menghadapi serangan virus, tentu ada orang lain yang akan menciptakan antivirus, dan Atthur hanya akan menjadi pengguna komputer biasa. Untuk dapat berpikir out of the box, berikut tipsnya:

  • Jangan terpaku pada satu titik. Melangkahlah dan temukan titik-titik lainnya. Jika dalam perjalanan Anda menemukan titik-titik baru dan Anda mendapat hambatan jangan terlalu cepat menyerah. Sebab tidak semua peluang terbuka secara otomatis. Jika Anda mendapati sebuah pintu, ketuklah beberapa lagi sampai pintu terbuka, dan lihallah apa yang Anda temukan di baliknya. Bila pintu tidak terbuka arahkan pandangan Anda ke tempat lain, di sang pun Anda mungkin akan mendapati titik lainnya untuk dieksplorasi. Jalani terus satu persatu agar talenta yang terpendam dalam diri Anda mendapatkan pasangan yang menariknya keluar dan bersinar.

  • Jangan terpaku pada constraint. Batasan dalam dunia ini hanya eksis karena dibuat oleh Anda sendiri berdasarkan apa yang tidak bisa Anda lakukan. Jangan terkurung dalam pembatas yang Anda beat sendiri itu, atau dibuat oleh orang lain untuk Anda. Jauhi orang-orang yang hanya memberi pengaruh negatif pada Anda, mengajari Anda dengan mitos-mitos yang membelenggu, atau membuat Anda hanya berpikir'tidak bisa', 'tidak mungkin', atau Anda pasti 'gagal'. Arungi laut yang luas dan sambutlah sinar matahari baru yang menyapa hidup Anda.

  • Lepaskan bingkai yang menghalangi kreativitas Anda. Orang yang kreatif akan selalu mencarijalan, membuka pintu baru, menjelajahi setiap kemungkinan yang ada, serta merangkai kembali banyak hal yang tercerai-berai menjadi kehidupan baru. Anda mungkin memiliki produk yang sama, tetapi jadikan diri dan kreativitas Anda sebagai pembeda yang unik.

  • Keseimbangan antara kecepatan dan kesabaran. Dunia ini dipenuhi banyak kesempatan tetapi tidak semua hal yang tersedia dapat Anda tangkap. Anda harus bergerak cepat, namun begitu kesempatan jatuh di tangan Anda, diperlukan kesabaran untuk membangun dan merawatnya.

  • Kembangkan wawasan seluas samudra. Jangan cepat merasa puas jika Anda sudah mengetahui sesuatu hal. Cari tahu hal-hal lainnya yang terkait dengan minat Anda dengan banyak membaca, berdiskusi, melakukan browsing di internet, melakukan perjalanan, atau melakukan sesuatu yang benar-benar baru. Dengan mengenal dan mengalami semakin banyak hal yang baru, wawasan Anda akan terbuka. Anda akan memiliki lebih banyak pilihan dan lebih banyak pengalaman sebagai dasar pertimbangan saat membuat pilihan. Selain itu, dengan wawasan yang lugs Anda dapat mengenali suatu pilihan, dari awal sampai akhir, sehingga tidak salah memilih dan tidak menyesali pilihan yang telah Anda buat.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

Ansyar Hafid, Pemilik Dotugo: Dari Sebuah Noktah

Itulah filosofi yang dijalankan Ansyar Hafid dalaw mengarungi bisnisnya di dunia industri kreatif. Dengan modal awal hanya Rp5 juta, dunia desain grafis dan website kini memberinya profit ratusan juta rupiah per tahun.



LANGKAH-LANGKAH BESAR DIMULAI dari langkah kecil. Itulah analogi yang diambil Ansyar Hafid saat ia memutuskan untuk berkecimpung di dunia bisnis dalam usia muda. Hanya saja, motto yang diusungnya sedikit berbeda, yaitu sebuah garis–yang mewakili dinamika bisnis–berawal dari sebuah titik. Bisnis yang ia tekuni memanfaatkan pesatnya perkembangan dunia teknologi informasi, dimulai dari bentuk materi promosi perusahaan hingga pembuatan desain grafis, website, media cetak, sampai pekerjaan pembuatan video.

Motto 'dari sebuah noktah' itu diimplementasikan ke dalam nama perusahaan, Dotugo–yang merupakan akronim dari Dot To Go. "Semua pekerjaan dimulai dari ide-ide kecil bagaikan sebuah titik. We started from a dot," kata Ansyar yang kini terdaftar sebagai mahasiswa semester 6 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, "Ide kecil ini lalu dikembangkan menjadi karya yang dapat menyampaikan pesan-pesan yang diinginkan. Filosofi ini saya bawa terus hingga kini," tambahnya.



BROWSING INTERNET

Kisah Ansyar adalah salah satu pembelajaran pada anak muda yang terus berpikir. lbarat masuk jalan tol–yang di Jakarta kadang lebih macet ketimbang jalan raya biasa–Ansyar harus bisa menginjak gas dan rem, juga kopling, pada saat dibutuhkan. Bahkan, banting setir pun dia lakukan bila perlu.

Dimulai ketika pemuda kelahiran Polewali, Sulawesi Barat, 1978 itu melihat maraknya pemakaian internet. la merasa peluang yang cukup besar terbuka untuk industri kreatif. Keyakinan inilah yang memicu Ansyar untuk menciptakan lahan usaha. Pikiran taktisnya mengatakan maraknya internet membuat perusahaan-perusahaan besar ingin memanfaatkan saluran tersebut sebagai media promosi.



Mau bekerja keras dan dengan tekun untuk mengembangkan keahliannya



Ansyar melihat peluang ini bernilai seni dan komersial. Namun, bagaimana menyiasatinya ? Sebab, sejak 2005 ia sudah menjadi pegawai tetap pada perusahaan multinasional             bagian advertising & promotion, namun Ansyar merasa pekerjaan itu bukanlah tujuan akhirnya.

Kegelisahan itu diwujudkan Ansyar dengan rajin browsing dan surfing di internet. Awal mula berdirinya Dotugo adalah dari sebuah situs freelance marketplace, Elance.com. Setelah mempelajari situs sejenis seperti getafreelancer.com, gurus.com, dan ODesk.com, Ansyar mengasah kemampuan bahasa Inggris agar dapat memahami—kemudian menerima order—dari situs-situs yang menawarkan pekerjaan secara freelance itu. Melalui situs-situs itulah ia berharap dapat menerima tawaran tanpa kenal batas negara.

"Sekilas terlihat iseng, tapi justru dari sana saya mendapat proyek desain kecil-kecilan. Situs-situs semacam itu merupakan wadah siapa pun dari seluruh dunia, yang ingin "menyewa" tenaga freelancer untuk mengerjakan proyek desain dan website secara online namun profesional," tutur Ansyar.

Berkat ketekunannya, pengalamannya pun bergulir karena dipercaya mengerjakan proyek dari klien di beberapa negara. Bahkan ada pelanggan yang masih setia memakai jasanya sampai sekarang. Usaha kerasnya dari bekerja dan menjadi freelancer ini pun tidak sia-sia. Bangga rasanya! Meski masih pebisnis pemula, dari hasil 'ngobyek' itu ia mampu mengumpulkan uang sebanyak Rp5 juta dan membeli seperangkat komputer idaman, sekaligus mampu berlangganan internet. "Soalnya duIu saya cuma bisa melakukan pekerjaan di warner. Maklum saat itu perangkat komputer untuk seorang desain grafis cukup mahal. Belum lagi biaya langganan jaringan internet di rumah," urainya. Dengan peralatan milik sendiri, semangat kerja Ansyar makin meningkat. la tak lagi dibatasi oleh waktu, khususnya saat mengerjakan revisi yang diinginkan klien.



Network yang sudah terbangun di luar negeri harus tetap dipertahankan.



Ketika pada 2008 ia diterima masuk di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, tentu saja kesibukannya meningkat dan lama-lama ia kewalahan menangani pekerjaan sebagai karyawan dan kesibukan bisnis Dotugo. Meski pahit, ia terpaksa meninggalkan pekerjaan tetapnya, agar dapat lebih konsentrasi menangani Dotugo yang kebanjiran pesanan saat itu. Apalagi selama ini semua pekerjaan dilakukannya seorang diri.

Keluar dari perusahaan yang memberikan gaji tetap memang berat. Teman-temannya di Ul pun menganggap demikian. Maklum, mencari pekerjaan saat itu tidaklah mudah. Pengusaha muda ini sempat ragu, apalagi di saat yang sama, akibat sulit membagi waktu, pekerjaan di Dotugo pun jumlahnya menurun. Beruntung sang istri terus memompa semangat agar Ansyar tetap pada pilihannya. "Lagi pula, saya yakin bahwa selalu akan ada jalan keluar bagi setiap kesulitan," imbuhnya bijak.



BIODATA

ANSYAR HAFID

Polewali, 19Januari 1978

Pendidikan

S1 Psikologi, Universitas Indonesia, Jakarta

Nama Usaha

PT Wahana Eksistama - DOTUGO (Graphic Design dan Web Development)

Website: www.dotugo.com

Alamat: A Agung Raya II No.20 Lenteng Agung, Jakarta Selatan, 12610

Penghargaan

2009 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri



MENGEMBANGKAN SAYAP BISNIS

Dalam upayanya meningkatkan inovasi, Ansyar terus bekerja lewat internet hingga larut malam. Akhirnya beberapa proyek direngkuhnya. Untuk lebih meningkatkan kualitas dan kecepatan, ia juga memutuskan untuk merekrut seorang karyawan yang bertugas membuat alternatif desain dari desain master yang sudah dibuatnya.

Akhir 2008, order pekerjaan mulai meningkat. Sebuah perusahaan lokai membutuhkan jasa desain web. Untuk menangani klien lokai pertamanya di Dotugo itu, penambahan karyawan harus dilakukan, khusus untuk menangani web development. "Saya kerjakan sepenuh kemampuan. Saya ingin agar klien ini yang akan mengawali sukses saya," katanya.

Ternyata benar. Puas dengan hasil kerja Dotugo, sang klien menambah jenis pekerjaan lainnya. Promosi hasil kerjanya pun bergulir dari mulut ke mulut. Word of mouth, strategi marketing yang terbilang konvensional itu, terbukti masih ampuh. Pada 2009, klien Dotugo bertambah banyak dan berkesinambungan. Pekerjaan yang ditangani pun kian beragam. Dari sekadar desain aneka jenis kebutuhan cetak, website, hingga pekerjaan video. Seining berjalannya waktu, langkah wirausaha Ansyar pun semakin maju. la menempatkan istrinya di perusahaan, sehingga total karyawan Dotugo berjumlah enam orang.



Menguasai bahasa asing dengan baik karena berhubungan dungan dengan klien-klien dari seluruh dunia. Bisa diduga pula bahwa ia terus mengasah kemampuan business communication-nya, agar order dapat dipahami dan diwujudkan sesuai kemauan klien.



Menjaga kreativitasnya tetap terjaga dengan terus mengikuti perembangan terbaru.



Perusahaan itu mulai keluar dari 'dalam mimpi' dan menjejakkan kaki di ranah tujuan yang nyata. Setelah Dotugo menjadi Hama clagang dengan bendera badan hukum PT Wahana Eksistama, mereka pun juga menjalani usaha lainnya, yakni bisnis furnitur dan kontraktor.

Belum cukup di situ, semangat Ansyar terus menggebu dengan keinginannya mendirikan sekolah desain dan web serta mengembangkan usaha di bidang metal craft. "Target utama kami adalah perusahaan baru dan perusahaan kecil yang sedang berkembang. Dotugo akan selalu berusaha menjadi andalan mereka dalam hal kebutuhan jasa desain dan web. Membantu pertumbuhan perusahaan klien yang kami bantu merupakan kebanggaan tersendiri bagi Dotugo," tandas Ansyar.



TERUS MENAMBAH ILMU

Sukses tidak membuat Ansyar puas. la pun terus mencari kiat agar usahanya tetap langgeng. Apalagi perusahaannya belum ditunjang sistem manajemen yang mumpuni. Pengetahuan entrepreneurship yang kurang membuat sosok pekerja keras ini kemudian mengikuti lomba Wirausaha Mandiri yang diprakarsai Bank Mandiri. Dotugo pun menjadi salah satu finalis tingkat nasional.

"Keuntungan sebagai finalis adalah bisa mengikuti berbagai kegiatan dan pelatihan wirausaha serta pengembangan diri seperti yang diberikan Rumah Perubahan," kata Ansyar. Terselip nada bangga dalam suaranya. Dari pelatihan kewirausahaan ini, dia mulai memahami pentingnya etika dalam menjalankan usaha serta bagaimana menjalankan usaha yang benar.

Selain sistem manajemen, kendala masih dirasakan terutama kurangnya sumber daya manusia untuk menciptakan ide-ide kreatif. "Hal inilah yang membuat saya terpikir untuk mengadakan program internal untuk meningkatkan kreativitas karyawan dalam berkarya. Setiap Sabtu, kami mengadakan sesi khusus untuk mempelajari modul pelajaran seni desain dari internet, yang kemudian kami bahas bersama-sama," ujarnya.

Kendala lainnya yang dihadapi Dotugo saat ini adalah belum adanya kantor yang representatif. Selama ini Dotugo beraktivitas dalam satu ruang di rumahnya. "Melihat ke depan, untuk pengembangan usaha tampaknya kami perlu menyewa kantor yang lebih memadai, baik untuk kerja maupun akses jalan," tambahnya mantap.



JEJAK PERJALANAN

Pria yang menetap di Jakarta sejak tahun 2002 ini sebenarnya bukanlah seorang yang memiliki pendidikan di bidang komputer. Bahkan tiga orang karyawannya juga tak memiliki latar belakang pendidikan desain grafis dan web development. Mereka hanya memiliki pengalaman mengoperasikan aplikasi grafis yang dibutuhkan untuk membuat karya desain. Keempatnya beiajar desain dan web programming secara otodiclak berbekal jiwa muda dan tren 10 tahun terakhir yang sedang berkembang.

Setiba di Jakarta, ia menetapkan target untuk mencari pekerjaan. ini dilakukan untuk membantu meringankan beban orangtua, yang saat itu sudah memasuki masa pensiun. Ansyar diterima bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang event organizer (EO). la di tempatkan di bagian kreatif yang menangani materi desain setiap proyek yang didapatkan. Hingga tahun 2005, darah muda yang bergejolak membuat Ansyar berpindah-pindah tempat bekerja, baik untuk menimba pengalaman maupun mencari tantangan baru di bidang desain grafis dan web.



Melayani klien cengan kualitas terbaik dan siap masukan dari klien.



Bekerja dengan target yang jelas dan terukur.



Sambil menyelam minuet air, itulah yang ia lakukan. Sambil bekerja tak lupa ia terus belajar. Dengan talenta yang kreatif, ia cepat menyerap pelajaran seni desain maupun bidang new media seperti animasi, video, dan web programming. Di samping itu, Ansyar juga belajar mengamati sikap orang-orang di sekitarnya dalam berinteraksi, utamanya dengan atasannya.

Dari pengamatan itu ia menyimpulkan bahwa rata-rata orang sangat tergantung pada apa yang sudah mereka miliki saat itu dan terus berharap akan mendapat lebih banyak. Hal inilah yang mengusik niatnya. "Saya punya tujuan. Tujuan yang tak mungkin dicapai hanya dengan bergantung pada apa yang saya miliki saat itu. Tujuan saya membutuhkan usaha lebih keras daripada hanya bekerja sesuai tugas," tandas pria yang rela bangun dini hari, sekitar pukul 02.00-03.00, untuk menjawab atau merevisi pekerjaan dari kliennya di luar negeri.

"Saya berasal dari keluarga sederhana. Orangtua saya sudah tentu tak mampu memberikan modal usaha. Saya sadar keterbatasan itu, jadi satu-satunya jalan memulai usaha adalah dengan gerilya," paparnya mantap. Gerilya itu telah dilakukannya. Noktah yang pertama kali dia buat telah berubah menjadi garis. Garis nasib yang akan ia ukir untuk terus mengejar sukses.



TESTIMONI

Q: Apakah hobi Anda berhubungan dengan bisnis Anda? Jika ya, bagaimana Anda melihat hobi sebagai peluang usaha yang menjanjikan?

A: Saya sebenarnya tidak hobi menggambar, namun saya memiliki "passion" yang tinggi terhadap seni. Saya suka melihat sesuatu sebagai "something happen for a reason". Itulah hobi saya, "observasi". Passion dan observasi saya pikir adalah kombinasi yang tepat untuk rnenjalankan bisnis dibidang industri kreatif.

Q: Apa yang menjadi bahan dasar usaha Anda? Sulitkah mendapatkan bahan bakunya? Bagaimana Anda melihat bahwa bahan baku itu dapat menjadi peluang bisnis. (bahan baku dapat berupa materi atau non materi)

A: Bahan dasar usaha saya adalah kreativitas. Sayangnya, bahan dasar ini bdak selalu tersedia. Tidak setiap saat seseorang memiliki momen-momen di mana kreativitasnya mengalir dengan lancar (aho moment). Mengatasi hal itu kami hanya bisa melakukan modifikasi terhadap ide-ide lama yang telah digunakan sebelumnya.

“saya sebenarnya tidak hobi menggambar, namun saya memiliki passion yang tinggi terhadap seni. Saya suka melihat sesuatu sebagai “something happened for a reason.”. jadi, itulah hobi saya, mengobservasi. Passion dan observasi, saya pikir, adalah kombinasi yang tepat untuk menjalankan bisnis dibidang industri kreatif.”




Tips

HUKUM WIRAUSAHA #21

Berbisnis Ala Gen C



"Prestasi tinggi selalu terjadi jika kita memiliki harapan yang tinggi pulaCharles Kettering



ANAK MUDA YANG saat ini masih beraktivitas di kampus, rata-rata adalah mereka yang saya kelompokan sebagai Gen C. Mereka bukan Gen X atau Y, atau generasi apa pun yang pernah disebutkan dalam sejarah. Ciri khas Gen C yang tidak ditemukan pada generasi lainnya adalah mereka memiliki basis terkoneksi secara teknologi dan mereka adalah digital creative people. Selain itu, rasa ingin tahu mereka lebih besar dan mampu menghasilkan bisnis yang bersifat co-creation Berta customized. Itulah sebabnya mereka ini saya sebut sebagai cracker. Jika Anda ingin mencapai sukses atau menjalankan bisnis yang banyak clijalankan secara khusus oleh Gen C ini, maka Anda harus menjadi cracker. Berikut tips untuk menjalankan crackership.

  • Perbaharuilah industri. Bukan sekadar menjadi pembuat produk, tetapi juga menciptakan sesuatu yang baru. Pembaharu industri hadir dengan temuan-temuan baru atau cara-cara baru yang tidak pernah diduga sebelumnya. Anda bahkan bisa menciptakan produk yang berkualitas tinggi dengan harga yang jauh di bawah struktur biaya pemain-pemain lama, karena Anda dibesarkan di dalam iklim usaha freemium (free of charge with premium quality). Dalam iklim freemium, industri bergerak menuju kondisi 'almost zero cost' dengan struktur biaya yang rendah, sehingga berakibat pada harga jual yang juga rendah.

  • Terbuka terhadap gagasan-gagasan baru, jangan pernah kembali mengikuti 'jalur lama'. Anda perlu membangun kekuatan baru dan menanamkan pada tim Anda bahwa Anda berada di tengah-tengah mereka. Dengan demikian Anda dapat menunjukkan keberanian Anda dan mengajak tim Anda untuk tidak takut maju. Tularkan semangat sebagai cracker kepada setiap orang dalam tim Anda.

  • Bongkar cara berpikir lama, lakukan adaptasi secara radikal meski dengan demikian Anda perlu menempuh berbagai risiko. Namun, jangan lupa bahwa perubahan radikal yang Anda lakukan bukannya sesuatu yang dilakukan tanpa perhitungan. Ukur setiap risiko dengan mengenali kemampuan Anda, pelanggan Anda, dan kompetitor Anda.

  • Siap bekerja keras untuk menembus segala hambatan. Baik di dalam maupun di luar bisnis Anda, banyak hambatan yang harus Anda atasi. Di dalam tim, misalnya, Anda perlu tegas memisahkan orang-orang mana yang dapat mendukung Anda memasuki cracking zone dengan mereka yang menginginkan comfortzone. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas sementara. Tapi, setelah Anda dikelilingi oleh orang yang siap tempur, gerak Anda akan jauh lebih lincah.

  • Menguji hipotesa atau asumsi bisnis Anda. Anda mungkin berasumsi bahwa suatu produk atau jasa memiliki pasar tertentu, namun Anda perlu mengujinya dengan mencari data-data yang mendukung asumsi tersebut. Cara ini memperkecil kemungkinan Anda melangkah di atas landasan yang keliru.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.