Friday, July 6, 2012

Dymas Tunggul Panuju, Pemilik Ayam Bakar Ngimbang: Lezatnya Bisnis AyamBakar Ngimbang

Dengan modal kreativitas dan uang Rp4,5 juta, dalam waktu 5 tahun, pria berusia 27 tahun ini berhasil melipatgandakan omzet bisnis ayam bakarnya sampai ratusan juta rupiah per tahun.



DI DALAM KESULITAN terbentang kesempatan. Demikianlah banyak entrepreneur menganut prinsip ini sehingga mereka sukses mengembangkan usahanya. Pada intinya, jeli memanfaatkan kesempatanlah yang membuat seorang pelaku bisnis mendapat hasil yang berbeda. Begitu pula cerita Dymas Tunggul Panuju, pemilik brand Ayam Bakar Ngimbang dari Lamongan. Baru berdiri sejak 2006, usahanya telah menghasilkan omzet Rp26 juta per bulan atau Rp312 juta per tahun dengan keuntungan bersih setahunnya mencapai Rp166 juta.

Sebuah angka yang cukup mencengangkan mengingat usia pemiliknya, kelahiran Lamongan, 1984, belum lagi mencapai kepala 3. Namun Dymas, yang memulai usahanya dengan modal Rp4,5 juta–Rp500 ribu dari tabungan dan sisanya hasil pinjaman– memang pantas memperoleh sukses tersebut.

Berawal dari kesulitan keuangan yang dialami orangtuanya saat ia kuliah, Dymas sadar bahwa ia dihadapkan pada pilihan yang tidak menyenangkan, terus melanjutkan kuliah atau bekerja. "Saya pilih yang ketiga, memberanikan diri untuk melanjutkan kuliah, tetapi harus bisa membiayai diri sendiri."



BISNIS MAKANAN TAK PERNAH SEPI

Tekad yang begitu bulat padat itu membuat Dymas mengelola waktu luangnya untuk bekerja di sebuah rumah makan–kemudian pindah ke sebuah perusahaan katering ternama–untuk biaya hidup dan kuliah. Seize the day, kurang lebih begitulah prinsip yang dianutnya. la juga aktif berorganisasi di kampus.

Dengan kegiatan organisasi–dan pengalaman bekerja di katering–Dymas mulai menemukan peluang. Hal itu diawali dengan terpilihnya ia sebagai anggota Steering Committee pada kegiatan seminar di Badan Eksekutif Mahasiswa di kampusnya. Salah satu tugasnya adalah menyediakan konsumsi yang tepat untuk peserta dan panitia seminar. Tentu saja, dengan dana yang terbatas tapi rasanya harus tetap berkualitas.


Bisnis harus orisinal dan berciri khas.



Kebingungan saat mengurusi konsumsi seminar itu mendatangkan berkah. Tidak hanya berpikir dengan otak kiri yang bekerja lebih linear, Dymas juga memanfaatkan sel-sel kelabu di otak kanannya yang kreatif mencari peluang. la segera bercita-cita menjadi pengusaha katering. Pasalnya, urusan konsumsi memang tak pernah ada habisnya. Bayangkan saja, sebuah perguruan tinggi tiap tahun mengadakan ospek yang diikuti hampir 6.000 orang mahasiswa. Ini rnembutuhkan konsumsi minimal 3 kali sehari selama sepekan. Kegiatan ini dilakukan 1 kali setiap tahun. Belem lagi lembaga-lembaga di dalam sebuah perguruan tinggi. Minimal 14 lembaga, salah satunya adalah Badan Eksekutif Mahasiswa. Masing-masing lembaga ini umumnya memiliki 10 sampai 16 program kerja, yang berarti ada kebutuhan konsumsi. Demikian pula di setiap fakultas.

Gagasan yang menari-nari dalam benak Dymas itu lantas dituangkan dalam hitung-hitungan pada secarik kertas. "Jika di Malang ada 36 perguruan tinggi, berapa besar peluang mereka memesan konsumsi ke perusahaan katering yang akan saya dirikan dan berapa keuntungan katering tersebut? Saya yakin sangat besar!" tandas Dimas yang ketika itu masih menjadi mahasiswa Teknologi Pangan di Universitas Brawijaya, Malang.

Sebuah pemikiran kreatif, yang diyakini Dymas merupakan anugerah dari penggunaan otak kanan, "Analogi dalam mencapai impian itu seperti ini: Jalan yang kita arungi bagaikan seutas benang sepanjang 5 meter yang digulung-gulung hingga kusut. Orang yang terbiasa menggunakan otak kanan akan bisa melihat titik finish karena melihat dari berbagai sudut pandang dan membayangkan benang itu lures dan hanya 5 meter. Dia pasti merasa hal itu sebagai sesuatu yang mudah untuk dilakukan," tulisnya di blog pribadinya.

Sebaliknya, kata Dymas lagi, orang yang selalu berpikir dengan otak kiri pasti akan pesimis karena hanya menggunakan logikanya, sehingga tidak bisa melihat titik akhir dari benang kusut tersebut.



Hari esok harus lebih baik dari hari ini, harus ada prubahan walau sekecil apapun



Demikianlah, dengan keyakinan itu, ia melangkah mantap membangun bisnis di bidang boga. Ayam bakar menjadi andalannya. Alasannya mernilih ayam sederhana saja, "Disukai semua kalangan, harga terjangkau, dan tidak mudah bosan,"



BRAND DAN IDEALISME

Salah satu hal yang bisa membesarkan usaha adalah adanya brand awareness dari masyarakat tempat produk atau jasa tersebut dipasarkan. Faktor penting yang perlu dilakukan adalah memberi nama atau brand pada sebuah usaha. Dymas, yang asli Lamongan, sebenarnya memiliki pemikiran dan idealisme sebelum memilih brand Ayam Bakar Ngimbang. Bahkan juga dari pemilihan bahan baku ayamnya.



BIODATA

DYMASTUNGGUL PANUJU

Lamongan 9 Mei 1984

Website: dymastunggulpanuju.blogspot.com

Pendidikan

SI Teknologi pangan, Universitas Brawijaya, Malang

S2 Ilmu Gizi, Universitas Neged Solo, Solo

Nama Usaha

Ayam Bakar Ngimbang

Website: ayambakarngimbang.blogspot.com

Alamat: A Soewoko No 55, Lamongan.

Penghargaan

2009 Pemenang I Wirausaha Muda Mandiri Kategod Mahasiswa Diploma & Sarjana Usaha Boga



Bidang kuliner dipilih, selain karena pengalaman kerja dan pendidikan sekolah, juga karena alasan rasional. Menurut Dymas, bisnis kuliner tidak tergantung keadaan perekonomian. "Krisis yang bagaimana pun beratnya, kondisi bisnis di bidang kuliner tetap eksis sepanjang masc. Segmen bisnis kuliner bisa dinikmati semua kalangan karena manusia membutuhkan pangan untuk hidup," katanya yakin.

Katering yang didirikan Dymas pada 2006, menurut ukurannya, telah berjalan dan cukup sukses. Seiring dengan kesuksesan itu, ia membutuhkan brand yang khas. Kebetulan, saat itu perekonomian di daerah Lamongan dan Malang sedang terbuka. "Hal itu membuat pemerintah Kabupaten Lamongan terdorong untuk meningkatkan potensi dan keunggulan daerah, dengan menarik investasi serta penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas," Dymas menjelaskan.

Dymas melihat bahwa beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Lamongan telah memiliki produk yang clapat dibanggakan, seperti usaha budidaya ikan bandeng, udang windu, tenun perengan, serta keripik sukun Modo. Juga ada pembangunan fasilitas-fasilitas umum dan tempat pariwisata untuk meningkatkan perekonomian daerah. Misalnya saja, pengembangan pasar ikan Lamongan di Kecamatan Lamongan, pembangunan Shore Base bekerja sama dengan PT Petrogas Wira Jatim di Kecamatan Paciran, hingga pembangunan Plaza Lamongan,

Namun, Lamongan bagian Selatan belum memperoleh perhalian yang berarti dari pemerintah daerah. Dalam pengamatan Dymas, Kecamatan Sukorame, Mantup, dan Ngimbang, tidak memiliki potensi dan kekayaan alam karena wilayah tersebut terdiri atas hutan dan perbukitan, sehingga terjadilah kesenjangan.



Selalu bangun sepagi mungkin untuk menjemput rezeki, karena jika ini sudah didapat maka rezeki tidak akan pergi.

Dymas merasa idealisms dan bisnisnya dapat berjalan searah bila ia memakai nama Ayam Bakar Ngimbang. Tentu saja, bisnisnya bukan hanya berhasil karena penamaan yang tepat, la juga harus terus melakukan penelitian dan pengembangan. "Semula saya hanya membuat produk seadanya. Yang penting enak. Namun setelah usaha katering saya semakin dikenai, saya harus menciptakan ciri khan. Saya buat penelitian pengembangan produk dan studi konsumen di laboratorium pangan. Dari 30 orang panelis muncullah nama Ayam Bakar Ngimbang."

Dengan nama itu, Dymas membuka outlet di dalam kampus Unibraw dan mendapatkan apresiasi yang sangat luar biasa dari segenap civitas akademika kampus. la lantas membuka outlet baru di mal, sebuah outlet di A. Soewoko no 55 Lamongan, Matahari Plaza Malang, A, Dewandari Dalam no 18, A Watu Mujur, dan Perum Sawojajar, Malang.



PENTINGNYA BERPIKIR KREATIF

Ketika baru akan memulai usaha kateringnya, ia tidak merasa berkecil hali dengan modalnya yang serba terbatas. Uang Rp4,5 juta, dua buah kompor minyak tanah bekas, dua buah panci, dan sebuah dandang untuk menanak nasi. Penuh kreativitas, ia membuat 'bakaran' dengan menumpuk batu bata dengan cekungan di tengah. Dymas tidak minder karena ia punya 'modal' lain: kuliahnya di Teknologi Pangan membuatnya memiliki wawasan dan ilmu tentang teknologi pengolahan bahan makanan, teknologi rempah, hewani, dan mikrobiologi. Kesemuanya tentu berguna bagi pengembangan produk kateringnya.

Dari mana bakat bisnisnya berkembang? Jauh sebelum kuliah, saat masih duduk di kelas 1 SD, ia sudah menjual serangga undur-undur sebagai bahan obat.



Selalu membuat inovasi baru karena konsumen senang dengan sesuatu yang baru.



Jujur dan menyajikan secara bersih sesuai dengan standar good manufacturing practice (GMP) dan menjamin kehalalan.



Semula ia hanya menjual kepada neneknya saja lalu kepada orang lain. Satu kantung plastik ia isi 10 ekor undur-undur dan dihargai Rp500. Beranjak naik kelas 3 SD, ia menjual stiker dan ikan hias. Seianjutnya, ketika duduk di bangku SMP, la menjual anak burung puyuh. "Saya saat itu malah sempat jadi siswa terkaya di sekolah karena sudah bisa mendapat omzet sebesar Rp10 ribu per hari," tambahnya terbahak.

Kreativitasnya dituangkan dalam berbagai cara. Misalnya, ketika memilih nama Ngimbang. la juga membentuk rasa yang dihadirkan dalam bentuk potongan ayam utuh, namun rasanya seperti sate. Bumbunya pun ia sediakan dalam dua pilihan rasa: bumbu saji dan bumbu ngimbang.

Tetapi, ketika flu burung melanda Indonesia, bisnisnya ikut 'terjun bebas'. Bahkan omzetnya hanya tinggal 25%. Namun, Dymas yakin bahwa lambat laun kepercayaan konsumen akan kembali dengan sendirinya. Bagi Dymas, jatuh bangun dalam bisnis adalah biasa.

Sebagai 'orang sekolahan' yang telah menamatkan pendidikan magisternya, ia menganggap bahwa menjadi pengusaha jauh lebih menarik daripada menjadi karyawan. "Prinsip saya cumber uang bisa sama. Karyawan bekerja pada seorang entrepreneur. Lebih male lagi apabila saya melamar untuk jadi manajer, padahal atasan saya D-3 atau bahkan presiders direktur saya hanya lulusan SMU. Mending saya buka perusahaan sendiri dan mempekerjakan anak S-1 sebagai pengelolanya."

Pendidikan tinggi, kata Juara I Wirausaha Muda Mandiri 2009 kategori boga program mahasiswa ini, adalah salah sate cara untuk meningkatkan kualitas produk dan bisnis. Contohnya, ketika ia baru diwisuda sebagai seorang sarjana, ia hanya mampu menciptakan produk dengan proses yang baik sesuai good monufacturing practice (GMP). Setelah meraih gelar master, ia menciptakan produk yang lebih baik lagi, yakni memenuhi standar kesehatan.



Testimoni

Q: Apakah bisnis Anda memiliki pangsa pasar tersendiri?

A: Saya terjun ke bidang kuliner karena bisnis di bidang kuliner tidak tergantung rnasalah perekonomian, krisis, dan lain sebagainya. Bagaimanapun kondisinya, bisnis di bidang kuliner tetap eksis sepanjang rnasa. Pangsa pasar dari bisnis kuliner adalah semua kalangan karena manusia membutuhkan pangan untuk hidup.

Q: Apa yang menjadi ciri khas dari bisnis Anda?

A: Ciri khas dari produk saya ada tiga hal. Pertama, namanya, ash Ngimbang, Lamongan. Kedua, rasanya seperti sate tapi disaiikan dalam bentuk potongan ayam utuh. Dan ketiga, ada 2 macam bumbu saji, yaitu sambal dan bumbu ngimbang.





"Karena saya prisatln dengan kondisi daerah kelaiiran saya yang tidak memilki potensi dan jauh tertinggal dengan wilayah lain di kabupaten Lamongan, maka syaa memutuskan untuk memakai nama Ayam Bakar Ngimbang.



Tips Hukum Wirausaha #6      

Daya Juang, Modal Wirausahawan          



"Bisnis, sangat mudah didefinisikan. Bisnis adalah tentang orang lain."

— Peter Drucker



KISAH BAGAIMANA SESEORANG dapat menjadi wirausahawan memang sering kali tidak bisa terjadi begitu saja. Diperlukan proses panjang yang harus ditempuh sehingga orang tersebut memiliki kekenyalan untuk menghadapi segala macam ujian. Sukses bukanlah seberapa tinggi bukit yang bisa kita raih, tapi seberapa cepat kita bisa kembali saat persoalan menghempaskan kita jauh di bawah. Terbukti kalau kita memiliki kemembalan, dan kalau menjalaninya dengan tekun, tidak ada masalah yang tidak bisa diatasi.

Kuliner adalah bidang usaha yang tidak akan pernah ada habisnya. Selama orang membutuhkan makanan, usaha ini pasti akan tetap diburu orang. Sayangnya, tidak banyak orang yang sadar bahwa kuliner juga merupakan jenis bisnis yang sangat berisiko. Risiko karena isu kesehalan, misalnya wabah flu burung. Atau risiko karena isu kepercayaan, misalnya pemakaian zat pewarna berbahaya dalam proses pengolahan makanan. Belum lagi risiko ekonomi, misalnya terjadi fluktuasi harga bahan baku atau gejolak perekonomian. Hanya orang-orang yang memiliki kemembalanlah yang dapat terus bertahan.

Karena itu, untuk menjadi entrepreneur yang tangguh hendaknya seorang pemula rela rnelewati serangkaian ujian untuk mendapatkan kekenyalan itu. Dalam kisah Dymas, sebagai pemula is sudah mengalami beberapa kali ujian. Sementara banyak anak sekolah lainnya mendapatkan dukungan biaya dari pihak ketiga (orang tua, sekolah, bank, sponsor, pemerintah, dan sebagainya). Dymas harus berjuang membiayai kuliahnya dengan bekerja.

Agar dapat menjadi wirausahawan dengan kemembalan tinggi, kenalilah beberapa tips berikut ini :



  • Modal seorang usahawan bukanlah uang, melainkan daya juangnya. Daya juang didapat dari pengalaman seseorang dalam menghadapi serangkaian tekanan dalam hidupnya. Kemampuan seseorang saat menghadapi dan mengatasi kesulitan hidup adalah bekal yang luar biasa untuk menjadikan kita seorang wirausahawan yang tangguh.

  • Pelajarilah cara yang tepat untuk melihat peluang. Peluang memang dapat dikenali dari pengalaman hidup, tetapi juga dapat dilatih dengan memahami persoalan yang muncul sehari-hari. Termasuk di dalamnya adalah persoalan biasa yang dihadapi oleh banyak orang. Peluang muncul karena pernahaman kita akan adanya masalah yang harus diselesaikan. Namun, peluang yang jelas pun tidak dapat ditangkap oleh orang-orang yang tidak siap. Dalam hal ini, Dymas termasuk orang yang siap karena selama mahasiswa menjadi aktivis yang sering kali dilugaskan dalam seksi konsumsi. Dan, Dymas pun mendalami tentang seluk beluk rnembuat ayam bakar dari pekerjaan sebelumnya.

  • Perjalanan Dymas seperti pemula usaha lainnya tentu masih panjang. Tentu saja, dengan cara seperti ini Dymas belum dapat menjadi besar secepat teman-temannya yang memiliki langkah lebih besar. Franchise, misalnya, bisa saja merupakan pilihan yang baik bagi pelaku usaha kuliner lainnya. Sedangkan bagi ayam bakar Ngimbang, sementara ini ia masih harus membuktikan keunikan dan popularitasnya.

  • Untuk mengembangkan franchise, sebaiknya seorang wirausahawan telah menjalani usahanya lebih dari 5 tahun dan berhasil memperoleh keuntungan yang baik Berta memiliki keunikan yang dapat dibanggakan. Belakangan ini ada banyak pengusaha muda yang tergoda untuk men-franchise-kan bisnisnya, padahal syarat tersebut belum terpenuhi. Bila dasar untuk melakukan franchise belum terpenuhi dan sistem yang dijalankan belum menunjang, dikhawatirkan fronchisejustru dapat merugikan franchiser dan franchisee-nya, sehingga berakhirlah kewirausahaan seseorang. Oleh karena itu diperlukan kesabaran, ketekunan, dan kesungguhan dalam membangun usaha yang berhasil. Bila sudah terbukti berhasil dan 'cukup umur', itulah saat yang tepat untuk menjual franchise. Dengan demikian, orang lain pun dapat menikmati keuntungan dari keringat Anda.

  • Seperti pengusaha lainnya, usaha Dymas tentu bisa menjadi besar asalkan ia melakukan investasi pada intangibles, kekuatan reputasi, inovasi, manajemen yang baik, dan kualitas sumber daya manusia. Tanga intangibles, sebuah usaha tak akan pernah menjadi besar.



Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

No comments: