Friday, July 6, 2012

Alvia Alhadi, Pemilik Budidaya Keladi Tikus: Ketika Bisnis danPenyembuhan Bergandengan

Keladi tikus yang ditanam Alvia Alhadi ternyata mengandung khasiat penyembuhan terhadap kanker. Dari hobi bercocok tanam ia bisa memetik laba sekaligus membantu orang lain yang sakit berat.

SETIAP ORANG MEMILIKI kisah tersendiri dalam perjalanan hidup maupun bisnisnya. Ada yang memperoleh titik baliknya secara kebetulan, ada juga yang menemukannya lewat pencarian selama beberapa waktu lamanya. Alvia Alhadi termasuk orang yang beruntung. la tergolong orang di kelompok pertama, walau keberuntungan itu kemudian diimplementasikannya dengan kerja yang tak kalah keras.

Titik balik yang dialami pemuda Pontianak itu terjadi ketika seorang teman ayahnya datang sertandang ke rumah, 5 tahun lalu. Sambil bersilaturahmi, tamu itu melihat-lihal pekarangan luas rumah orangtua Alvia yang banyak ditanami tumbuhan. Hobi Alvia memang bercocok tanam, sehingga dialah yang biasa menanami pekarangan itu hingga hijau dan indah dipandang. Mendadak, tamu itu berhenti di depan tanaman yang saat itu belum diketahui namanya oleh Alvia.

"Teman ayah saya mengatakan bahwa tanaman itu namanya keladi tikus dan punya khasiat penyembuhan yang hebat. Anaknya yang berusia 8 tahun mengidap kanker otak dan bisa sembuh karena mengonsumsinya secara teratur. Ya, tentunya kesembuhan itu atas kuasa Tuhan jua," tutur Alvia, "Karena memiliki bisnis rumahan, yaitu memproduksi kapsul keladi tikus, beliau menawari saya untuk menyuplai keladi tikus seharga Rp40 ribu per kilogram."

Hanya butuh waktu singkat bagi Alvia untuk mempelajari khasiat keladi tikus (typhonium flagelliforme, sp) di Internet. la membaca bahwa tanaman itu telah diakui di negeri jiran, Malaysia, sebagai salah satu penyembuh penyakit berat, terutama kanker. Sudah ada dokter yang meresepkan keladi tikus sebagai obat (lihal boks: Keladi Tikus, Sang Penyembuh). Hal ini membuat Alvia tergerak untuk menjadi petani keladi tikus dari lahan ayahnya yang hanya berukuran 10x24 m.

Tak mudah mencari orang yang benar-benar bisa mengurus tanaman. Kerja tidak benar, malah meminta kenaikan upah.



Dengan modal Rp1 juta, usaha yang dimulai pada 2006 itu kini telah menghasilkan omzet per tahun sampai Rp30 juta dengan keuntungan bersih Rp17 juta setiap tahunnya. la kemudian membuka lahan baru seluas 15x25 m, sehingga panennya setiap minggu dapat mencapai 10 kg. Meski nilai sebesar ini tidak seberapa bila dibandingkan dengan nilai rupiah yang dicapai melalui usaha-usaha yang dirintis wirausahawan-wirausahawan muda lainnya, bagi Alvia Alhadi sudah lumayan.



PETANI KELADI

Tak ada konsep bisnis 'njelimet' dari ketekunan mahasiswa semester 8 program Diploma III Politeknik Negeri Pontianak ini. Ind usahanya adalah menyuplai keladi tikus dari lahan yang dimilikinya. Kendati sesederhana itu, bukan berarti ia mudah menjalankannya. Membagi waktu antara kuliah dan mengurus tanamannya ternyata tidak terlalu gampang. Pekerjaan ini cukup melelahkan karena tanaman keladi tikus membutuhkan perawatan yang teratur.

Padahal, langkah-langkahnya sendiri cukup sederhana. Alvia tinggal mempersiapkan lahan agar kondisinya baik untuk ditanami keladi tikus, melakukan penanaman, perawatan teratur, panen, kemudian pembersihan. Peralatan pertanian dan pupuk tentu saja masuk ke dalam hal-hal yang harus dipersiapkannya.

Walau secara langsung tidak berhubungan, Alvia merasa bahwa ilmu yang diperolehnya dari kampus cukup membantunya berpikir sisternatis, faktual, dan logis. Keuntungan lain dari usaha ini adalah karena ia menjalankan usaha yang merupakan hobinya sejak dulu, yaitu bercocok tanam.

Tapi, kesibukan kuliah membuat Alvia harus mencari orang lain untuk membantu mengurusi lahannya. "Ternyata tak gampang mencari orang yang mau dan bisa melakukannya," ungkap Alvia. "Apalagi awalnya saya tidak mampu memberikan upah yang memadai untuk usaha ini. Pernah saya mempekerjakan pegawai. Eh, dia tidak bertanggung jawab. Diwajibkan datang jam 8, baru muncul jam 9 atau 10 pagi. Janji pulang jam 4, tak tahunya jam 3 sudah pulang. Malah upah minta naik."

BIODATA

ALVIA ALHADI

Pontianak, 5 November 1989

Pendidikan

D3 Teknik Sipil, Politeknik Negeri, Pontianak

Nama Usaha

Budidaya Tanaman Keladi Tikus

Website: www.naturalfresh.co.cc

Alamat: A Pangeran Natakusuma Gg. Siliwangi Pontianak, Kalimantan Barat

Penghargaan

2009 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri

Karena pendidikan pula, Alvia tidak setengah-setengah mempelajari pembudidayaan keladi tikus. Dengan gist ia terus mencari cara Yang benar dalam melakukan bisnisnya. Misalnya, ia kini memahami tata cara pembibitan dan perawatan, serta pengelolaan hasil panen yang optimal. la jadi mengerti bahwa tanaman keladi tikus tidak selalu memerlukan lahan luas. Di pekarangan sekitar rumah atau di dalam pot pun bisa. Yang penting, tidak terkena sinar matahari langsung dan media tanam tidak dalam kondisi basah berlebihan.

"Lahan yang saya miliki saat ini sangat teduh karena ditumbuhi pohon-pohon pisang yang tumbuh subur. Hal ini sangat baik agar tanaman keladi tikus tumbuh subur. Jika ditanam di lahan yang terbuka, maka keladi tikus ini saya lindungi dengan saring untuk menghalangi sinar matahari."

Keladi tikus bisa dipanen setelah mass pemeliharaan 20 hari. Yang siap panen biasanya berukuran 25-35 cm. Menurut Alvia, pangsa pasar obat kanker tersebut meliputi Yogyakarta, Bandung, Malaysia, dan Brunei Darussalam. "Saya dengar orang Malaysia berani membeli tanaman ini dengan harga tinggi. Sayang, saya belum memiliki jaringan untuk menembusnya."

Agar tidak menaruh telur dalam satu keranjang saja, ia membuka usaha lain yang tak kalah bermanfaat.

MENGAJAK TETANGGA

Permintaan tinggi namun hasil panen terbatas membuat Alvia, kelahiran Pontianak, 1989 ini memutar otak lebih kendang. Melihat tetangga di tempatnya tinggal banyak yang tidak memiliki mata pencaharian, ia mengajak mereka melakukan hal yang sama seperti dirinya.

"Saya niatkan usaha ini juga bisa bermanfaat bagi mereka," kata Alvia. "Kebetulan, kebanyakan tetangga adalah pensiunan yang tidak memiliki kegiatan apa pun. Mereka sangat bersemangat menanam keladi tikus walaupun untuk menanamnya diperlukan ketelatenan dan keuletan agar bisa tumbuh subur." Hingga tahun 2010 lalu, sebanyak 10-15 rumah telah menanam keladi tikus dan Alvia menjadi koordinatornya. Dengan demikian, setiap hasil panen mereka kirimkan ke Alvia, lalu diteruskan ke UKM yang mengolah tanaman tersebut menjadi kapsul.

Di sisi lain, Alvia yang mempromosikan usahanya lewat brosur dan situs www.naturalfresh.co.cc ini mengakui bahwa bisnisnya masih perlu mendapatkan lebih banyak perbaikan. la merasa bahwa usahanya belum berkembang dan belum menampakkan kemajuan secara signifikan. "Mungkin karena saya belum berani melakukan gebrakan yang berarti. Saya masih bingung, bagaimana harus melakukan promosi dan kepada siapa. Padahal, selama ini keladi tikus telah diyakini masyarakat yang berada di kawasan saya sebagai obat."

Walau didukung orangtua–mereka jugalah yang memberikan modal awal–dan lingkungan kampusnya, Alvia masih merasa gamang dalam hal mengelola bisnisnya, termasuk cara terbaik dalam manajemen administrasi, keuangan, dan sumber daya manusia. Maka itu, hingga saat ini ia baru mempekerjakan dua pegawai tetap.

Permintaan tinggi namun hasil panen terbatas membuat Alvia memutar otak lebih kendang, la mengajak mereka melakukan hal yang sama seperti dirinya.



Bicara soal pegawai, Alvia juga pernah mengalami kegagalan yang menyakitkan. Alvia pernah membuka lahan yang cukup luas untuk penanaman keladi tikus bermodalkan sejumlah uang yang cukup besar. Sayang, bibit-bibit yang ia tanam tidak bisa tumbuh karena kurang perawatan. Ternyata, pekerja yang direkrutnya tidak bekerja maksimal, sehingga keladi tikus yang dihasilkan kurang memenuhi syarat untuk dijual.

Kegagalan itu membuka mata Alvia bahwa membangun usaha memang tidak segampang membalikkan telapak tangan. "Harus fokus, ulet, kerja keras, dan tanggung jawab. Untungiah hal ini kini sudah tercamkan dengan baik di kepala saya, terutama setelah memperoleh pembinaan dari Bank Mandiri," kata pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2009 itu.

Agar tidak menaruh telur dalam satu keranjang saja, Alvia memutuskan bahwa ia juga perlu melakukan berbagai usaha lain yang bermanfaat. Jadi, tak hanya membudidayakan keladi tikus, ia juga membuka penyewaan mobil dan rumah kos.

Namun begitu, keladi tikus tetap menjadi prioritasnya. Alvia percaya bahwa bisnis tidak selamanya dinilai dengan uang. la beranggapan bahwa uang akan datang sendirinya jika is selalu fokus dan tidak egois serta diniatkan untuk menolong orang lain yang membutuhkan produknya. "Saya yakin, jika saya selalu berpikir seperti itu maka konsumen akan selalu datang," ujarnya optimis.

Cita-cita terbesar anak muda Pontianak itu adalah agar usahanya mampu menolong orang banyak, di antaranya menciptakan lapangan kerja dan menyembuhkan orang yang terkena penyakit dengan menggunakan obat tradisional yang harganya terjangkau. "Saya selalu bermimpi agar usaha saya ini bisa berkembang dan merambah nasional, lalu internasional. Sebab, banyak kalangan berpendapat bahwa manusia berasal dari alam dan akan kembali ke alam. Berdasarkan hal itu, salah satu cars mengobati penyakit pastinya berasal dari alam pula. Tapi untuk mencapai itu tidak mudah. Perlu waktu serta kerja ekstra keras," tambahnya.

Keladi Tikus – Sang Penyembuh Kanker

Posted by kanker on 8th September 20010

KANKER kini tidak lagi rnernatikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman "KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforrne/Rodent Tuber) sebagai tanaman obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan berbagai penyakit berat lain. Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "tanaman ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs. Patoppoi Pasau, orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia. Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr. Chris K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti Sains Malaysia dan juga pendiri Dancer Care Penang, Malaysia. Lembaga perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan pasien dari Malaysia, Amerika, Inggris, Australia, Selandia Baru, Singapura, dan berbagai, negara di dunia.

Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel) untuk menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut. 'Sebelum menjalani kemoterapi, dokter mengatakan agar kami menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan, jelas Patoppoi.

Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan inforrnasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Malaysia untuk mengobati kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Malaysia untuk membeli teh tersebut," ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah toko obat di Malaysia, secara tidak sengaja da melihat dan membaca buku mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan Dr. Chris K.H. Teo terbitan 1996. "Setelah saya Baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut. Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeii teh Lin Qi, tapi langsung pulang ke Indonesia;" kenang Patoppoi sambil tersenyum. Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.

Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat Departernen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat, keluarganya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata, rnereka rnenemukan tanaman itu di sana. Setelah mendapatkan tanaman tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di Malaysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.

Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber 'Dr Jeo mengatakan agar tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat," lanjut Patoppoi. Akhirnya, dengan ltekad bulat dan doa untuk kesembuhan, Patoppoi Mulai memproses tanaman tersebut sesuai dengan Iangkah-langkah pada buku tersebut untuk diminum sebagai obat. Kemudian Paroppoi menghubungi putranya, Boni Patoppoi di Bucluran, Sidoarjo untuk ikut, mencarikan tanaman tersebut. "Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut tumbuh liar di pinggir sungai," kata Bonif yang mendampingi ayahnya saat itu.

Selama mengonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. 'Bahkan nafsu makan ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.

Setelah tiga bulan meminurn obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani pemeriksaan kankernya. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta,' kata Patoppoi. Para dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada isterinva. "Malah mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi, Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar Mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya vang tidak mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. 'Dan pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali diundur menjadi enam bulan sekali. "Tetapi karena sesuatu hal, para dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan tanaman sebagai pengobatan alternatif" sambung Boni sambil tertawa. Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan keadaan isterinya, pada bulan April: 1998, Patappoi Kemudian menghubungi Dr, Teo melalui fax untuk menginformasikan bahwa tanaman tersebut banyak terdapat di Jawa dan mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di indonesia. Kemudian Dr. Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi. Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjermahkan dalam bahasa Indonesia dan disebar luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha nyata membantu penderita kanker di Indonesia.

Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas mengenai meninggalnya Wing Wirvanto, salah satu wartawan handal jawa Pos, Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci Mengenai gejala, pencentaan, pengobatan vang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan tersebut berhasil menyernbuhkan pasien tersebut.

Sumber: http://kankerku.blogdetik.com/?m=20090908

“Saya membina hubungan dengan pelanggan dengan cara selalu berkomunikasi tentang perkembangan penyakit kemudian berdiskusi mengenai hal-hal yang bisa menjadi masukan berharga bagi kehidupan.”

TESTIMONI

Q: Sulitkah mendapatkan bahan baku usaha Anda?

A: Bahan dasar usaha saya adalah tanaman keladi tikus, bahan lain yang menunjang bisnis saya di antaranya adalah tanah basah, pupuk, dan peralatan lainnya. Bibit tanaman itu sangat sulit didapatkan. Tanaman ini memang sepintas banyak terdapat di mana-mana, namun ternyata bukan keladi tikus. Keladi tikus sangat menjanjikan untuk dunia bisnis, pasalnya dari tanaman ini pembeli bisa langsung mengonsumsinya, namun harus dengan cara yang besar sesuai anjuran yang ditetapkan. Bahkan di Malaysia, keladi tikus siap dibeli dengan harga tinggi, namun hingga kini saya belum mendapatkan saluran untuk memasarkannya di sana.

Q: Adakah ciri khas bisnis Anda?

A: Ciri khas dari bisnis saya adalah sangat mengutamakan manfaat bagi para pembeli produk, karena produk yang saya tawarkan berguna bagi penyembuhan berbagai penyakit yang diderita. Sejujurnya tanaman keladi tikus ini sudah lama ada di Indonesia, namun banyak masyarakat Indonesia yang memandang tanaman ini dengan sebelah mata saja. Akibatnya, lama kelamaan tanaman ini jarang ditemukan. Selain itu, mengembangkan tanaman ini tergolong sulit karena penanaman dan perawatan berbeda dengan tanaman lainnya.

TIPS

HUKUM WIRAUSAHA #15

Kejujuran dan Tanggung Jawab adalah Modal Utama

"Rahasia bisnis adalah mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain."

Aristoteles Onassis

MESKIPUN BIDANG USAHANYA tergolong kecil, tapi Alvia memiliki modal dasar untuk menjadi pengusaha besar, yaitu kejujuran dan kejelian melihat peluang. Kejujuran dan tanggung jawab merupakan modal untuk menjadi pengusaha besar, bukan membesar-besarkan kemampuan (bombastic) atau merasa sudah besar, padahal sebenarnya belum apa-apa.

Ketika seseorang memulai usaha, harus jelas betul apa yang dimaksud dengan menjadi pengusaha. Ada orang yang memilih jalan hidup sebagai petani, guru, dosen, pegawai, dan lain sebagainya. Tetapi, ada pula orang yang memilih menjadi pengusaha di bidang pertanian atau pendidikan. Ini adalah hal yang berbeda. Demikian juga Alvia, dia harus memilih apakah ingin menjadi petani keladi tikus, produsen obat-obatan herbal dari keladi tikus, atau ingin menjadi pengusaha di bidang obat-obatan herbal. Keduanya memiliki cara berpikir dan landasan yang berbeda. Berikut ini adalah tips untuk menjadi pengusaha dalam bidang apa pun:

  • Sekali lagi saya tegaskan bahwa apa yang menjadi bisnis kita pada saat awal belum tentu akan menjadi bisnis akhir kita. Dengan demikian, menanarn keladi tikus bagi seorang Alvia haruslah menjadi usaha awal. Namun akhirnya, Alvia harus menjadi pengusaha besar. Oleh karena itu, Alvia harus menyiapkan langkah-langkah besar, jangan terbatas pada creating product, tetapi fokuslah pada creating value. Sebab, seperti yang pernah saya sampaikan pada wirausahawan muda lainnya, diperlukan lompatan yang berbeda untuk menyeberangi parit dan menyeberangi gunung yang tinggi.

  • Menjadi pengusaha berarti menciptakan mata rantai nilai yang merupakan gabungan dari berbagai aktivitas bernilai tinggi. Nilai-nilai itu tidak hanya disusun, tetapi mungkin perlu diciptakan dari nol melalui ilmu pengetahuan, informasi, pengembangan produk, pengembangan jaringan distribusi, dan reputasi. Sekali lagi lakukan value creation.

  • Bangunlah reputasi melalui rangkaian kegiatan yang produktif Jangan takut untuk melakukan investasi pada aspek-aspek intangibles (harta tak kelihalan), seperti keterampilan, paten, dan reputasi. Memang, aspek-aspek ini tidak dapat diperoleh dalam tempo sekejap dan harus diupayakan dengan kerja keras. Namun, setelah dimiliki, aspek-aspek ini akan melekat pada pengusaha itu sendiri.

  • Menjadi pengusaha yang berkaitan dengan obat-obatan herbal dan kesehatan bukan hanya perkara bagaimana membuat produk dan memasarkannya. Diperlukan upaya-upaya lain yang bersifat mengamankan kepentingan pelanggan. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kepentingan kesehatan dan rasa aman dari gangguan-gangguan seperti efek samping yang berpotensi merugikan atau hal-hal yang sebetulnya tidak teruji secara klinis. Maka, untuk pengusaha produk makanan, sebaiknya dalam jangka panjang lengkapi usaha Anda dengan divisi research and development, uji klinis, Serta segala sesuatu yang berbasis pengetahuan.

  • Meski usaha terpaksa dimulai dari volume yang terbatas, pengusaha harus tetap berpikir besar dalam menjadikan usaha menjadi lebih besar, lebih modern, dan didukung oleh teknologi yang memadai. Bila tidak, usaha Anda tidak ada bedanya dengan usaha yang dikembangkan oleh para pembual di kaki lima.

  • Ada pilihan lain yang dapat dieksplorasi, yaitu menjadi pemasok kecil pada satu mata rantai nilai dengan menjadi pemasok bahan baku. Tapi, bila pilihan ini dilakukan, Anda tidak akan bisa menjadi pengusaha besar. Selain itu, usaha Anda akan sangat tergantung pada fluktuasi kondisi alam dan supply-demand.

Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.

6 comments:

Fadhli Kurniawan said...

selamat siang,
saya telah membaca artikel wirausaha ini, saya tertarik ingin mendapatkan informasi lebih lanjut terkait profil dari Alvia Alhadi.
apabila berkenan tolong kirimkan alamat lengkap tempat tinggal beliau, atau kontaknya, atau email atau jejaring sosial apapun yang aktif…
saya tunggu balasan komentar ini, saya berharap bisa mendapatkan info profil beliau tersebut.
Terima Kasih’

okta kurniawan said...

Jual bibit keladi tikus mas ?
Hub. .sy Di no.085255455499 jika ada.
Name .sy okta kurniawan
.sy ingin budidaya keladi tikus dikebun .sy tapi terkendala bibit keladi tikus yg sulit didapatkan didaerah saya dimakassar .

Any purwati said...

Bagaimana cara mendptkan tanaman keladi tks?saya terkena kanker payudaea.

Griya Herbal said...

bila sulit mendapatkan tanaman keladi tikus kami menjual dlm bentuk kapsul. silahkan kunjungi umi-herbal.blogspot.com
menyediakan berbagai obat herbal seperti kapsul keladi tikus, k. kulit manggi, k. daun sirsak dan masih banyak lagi....

graha annur said...

keladi tikus dalam bentuk kapsul, 1 botol isi 60 kapsul harga 50rb

hub 085852004947

Anonymous said...

Yang butuh bibit keladi tikus hub kami 082136712513 atau chasapro@gmail.com @Trims Prabowo Jogja