UNTUK URUSAN MAKANAN atau minuman, konsumen zaman sekarang memang bukan hanya mencari yang sedap di lidah, melainkan juga yang menyehalkan. Cermat membaca keinginan pasar, Jafri pun memadukan dua jenis tanaman berkhasiat untuk menjadi minuman segar sekaligus menyehalkan. la menggabungkan aloe vera (lidah buaya) dan bunga rosella menjadi minuman Aloesella yang warna merahnya dantik menggoda. Minuman ini bahkan sudah masuk ke hotel-hotel sebagai welcome drink. Sementara si empunya gagasan, bisa menangguk rezeki yang lumayan bagi wirausahawan pemula, yaitu omzet Rp108 juta per tahun.
RAMUAN 'AJAIB'
Di daerah Pontianak, minuman yang terbuat dari lidah buaya sudah lama populer. Maklum, di daerah ini tumbuh subur tanaman lidah buaya dalam jumlah tak terbatas. Lalu Apa yang membedakan Aloesella dari produk lain? Jafri mengklaim bahwa minuman ramuannya itu bebas bahan pengawet atau perasa buatan. "Banyak produsen minuman seperTI sayA menggunakan pengawet atau diberi perasa buah. Aloesella berbeda. Rasa rosella yang asam berperan sebagai pengganti pengawet. WarnA merahnya pun dari bunga rosella. Jadi, minuman ini membuat kita sehat luar-dalam," ujar Jafri. Memang, lidah buaya bermanfaat untuk menjaga kesehatan kulit, sementara bunga rosella merupakan antioksidan yang baik.
Antioksidan yang dibicarakan Jafri belakangan ini memang sedang naik daun. Kesehauan–juga kedantikan–adalah insentif bagi orang yang mengonsumsinya. Gaya hidup dan kondisi lingkungan saat ini memang membuat banyak orang mulai memberi perhalian khusus akan kesehatannya. Karena itu, semua artikel dan informasi tentang antioksidan yang dapat membuat tubuh lebih sehat, dengan segera menarik minat kita. Ini karena antioksidan berperan meredam radikal bebas yang mengakibatkan kerusakan dalam tubuh. Kondisi ini dipercaya mengakibatkan penuaan lebih dini.
Tidak ragu memulai usaha di usia muda, bahkan sambil berkuliah. Jafri mampu membuatkan bahwa kuliah dan bisnis bisa berjalan beriringan.
Padahal, radikal bebas sebenarnya merupakan produk yang dihasilkan tubuh–terkait dengan metabolisme tubuh sewaktu memproses makanan yang dikonsumsi serta memproses zat-zat polutan (yang terdapat dalam udara, air, dan tumbuh-tumbuhan yang tercemar pestisida). Radikal bebas juga dihasilkan oleh paparan sinar X, asap rokok, stres, dan pola makan. Para ahli percaya bahwa radikal bebas adalah penyebab utama 68 jenis penyakit, termasuk kanker dan gangguan jantung. Tidak heran bila makanan, minuman, ataupun suplemen yang mengandung antioksidan, berpotensi laris di pasar. Demikian pula halnya dengan minuman yang dijajakan Jafri.
Untung tidak sulit baginya untuk menemukan bahan baku minuman tersebut. Lidah buaya yang merupakan ikon tanaman unggulan Kalimantan Barat mudah ditemui di mana-mana. Ada saja petani yang menanamnya untuk dijadikan komoditas unggulan. Sehingga, Jafri yakin, bisnis ini sangat menjanjikan di masa depan. Namun, ada satu masalah yang timbul karena penyimpanan bahan baku tidak mudah. Salah teknik penyimpanan dapat mengakibatkan bahannya busuk atau berjamur. Inilah yang menjadi tantangan utama bagi Jafri. la harus mencari metode penyimpanan bahan baku, supaya bisa sertahan hingga dua bulan. Dengan begitu, kualitas minuman tetap terjaga tanpa pengawet.
Bekerja dulu di tempat orang lain, karena bisa membuka wawasan sekaligus ajang mencuri ilmu.
BIODATA
JAFRI S. HUT
Pontianak, 14 Maret 1984
Pendidikan
S1 Kehutanan, Universitas Tanjung Pura, Pontianak
Nama Usaha
Aloefresh Pontianak Kalbar (minuman kesehatan kombinasi tanaman Lidah buaya dan bunga Rosella)
Website: www.smallindustry-aloesella.com
Alamat: JI. H. Rais A Rahman Gg. Era Baru No. 24 Pontianak-Kalimantan Barat
Penghargaan
2007 Juara I GKM Terbaik Provinsi Kalimantan Barat
2007 Juara I GKM IKM Terbaik Oleh Kementerian Perdagangan RI di Padang Sumatera Barat
2009 Finalis Nasional Wirausaha Muda Mandiri.
BERBISNIS SEJAK KECIL
Jafri memulai bisnis ini sejak awal kuliah, tepatnya tahun 2002. la memang termotivasi memiliki usaha sendiri dan tidak bekerja pada orang lain sejak dulu. "Sebab, sejak SMP saya sudah bekerja pada orang lain dan lama-lama merasa jenuh. Selama itu, ide-ide kreatif yang saya miliki hanya ada dalam benak saja, tanpa ada kesempatan untuk diwujudkan," katanya.
Kegiatan berdagang sebenarnya sudah tak aneh lagi bagi Jafri. Ketika masih sangat kecil, ia sudah mulai berdagang untuk membantu perekenomian keluarga. Saat duduk di kelas 2 SD, ia sudah dipercaya untuk menjualkan barang dagangan oleh tetangga sebelah rumah. Dengan semangat, Jafri kecil menawarkan buah semangka potong dan jeruk kepada teman-teman di sekolahnya, bahkan pada gurunya.
"Dari hasil penjualan itu, saya diberi sedikit upah untuk biaya sekolah dan uang jajan. Meski sedikit, uang itu sangat berarti bagi saya. Apalagi, guru saya juga mendukung usaha yang saya lakukan untuk membantu orangtua," kata Jafri, yang kemudian juga membantu ibunya menjajakan kue.
Setelah ayahnya meninggal, niatJafri untuk membantu ibunya makin kuat. Seorang kakaknya lalu memutuskan berhenti bersekolah dan menjual bensin eceran di pinggir jalan untuk membantu menghidupi keluarga. Tak hanya itu, kakaknya juga menjadi buruh bangunan. la tak punya bekal pendidikan yang lebih untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Meski penghasilannya tak besar, sang kakak bisa menjadi pengganti kepala keluarga, menyekolahkan adik-adiknya termasuk Jafri, bungsu dari lima bersaudara. Kenyataan ini membuat Jafri sangat sedih. Tapi, ia tak ingin berpangku tangan dan menggantungkan nasib pada kakaknya. Jafri ingin tetap meraih ilmu sebanyak-banyaknya agar bisa menjadi pengusaha sukses, meskipun mimpi itu bertentangan dengan cita-cita ibunya yang ingin agar ia menjadi pegawai negeri.
Mencari ide bisnis dari sekitar. Ide bisnis Jafri muncul karena kota tempatnya tinggal menghasilkan banyak bahan baku yang muclah dicari. la lalu menggabungkan ide tersebut dan melakukan inovasi.
Dalam keadaan nyaris putus sekolah karena ketiadaan biaya, semangat Jafri untuk menuntut ilmu tidak meluntur. la terus belajar dan belajar. Hingga akhirnya ketika kelas 6 SD, ia berhasil mendapat nilai tertinggi di kelas. Menghargai prestasi Jafri, sekolahnya lalu memberikan beasiswa dalam bentuk uang, yang bisa dipergunakan untuk melanjutkan sekolah ke tingkat SMP. "Masih terbayang saat itu perasaan senang yang amat sangat karena tak horns menambah beban pikiran lbu dan kakak dalam mencari uang untuk membiayai sekolah saya," kata Jafri, sedikit sendu.
Saat duduk di kelas I SMP, Jafri semakin rajin menjajakan kue. Sampai-sampai ia sempat dilarang berjualan oleh gurunya, karena khawatir mengganggu proses belajar mengajar di kelas. "Sebenarnya saya tidak berjualan ketika pelajaran berlangsung. Tapi, ada teman saya yang menikmati kue jualan saya di tengah jam pelajaran. Saya lalu berusaha meyakinkan guru saya bahwa kegiatan berjualan ini tidak akan mengganggu pelajaran. Untunglah guru itu bisa memahami dan kemudian malah memberi masukan berharga, agar saya menitipkan kue itu di kantin sekolah agar bisa fokus belajar," tambah Jafri, mengenang masa kecilnya.
BELAJAR DARI BISNIS TETANGGA
Setahun kemudian, seorang tetangga Jafri memperkenalkan dia pada seorang pengusaha rumahan Halo de coca, Syahrizal. la diminta untuk membantu usaha tersebut. Jafri kemudian beralih `profesi'. la tidak lagi berjualan ketika sekolah, melainkan bekerja di usaha rumahan tersebut sepulang sekolah. Cukup lama Jafri menjalani pekerjaan itu, hingga ia lulus SMA.
la memulai bisnis dari hobi. Karena hobi menggali sesuatu yang baru dari kuliner, Jafri menekuni bisnis kuliner ini dengan senang hati.
"Sampai sekarang Pak Syahrizal menjadi inspirasi dalam hidup saya. Saya mendapatkan banyak sekali ilmu yang sangat berharga darinya. Dengan bimbingannya, keinginan untuk menjadi pengusaha mulai menunjukkan titik terang. Saya makin termotivasi untuk berbisnis," kata Jafri, yang menganggap Syahrizal sebagai ayah angkatnya.
Selepas SMA, Jafri memutuskan untuk bekerja terlebih dulu agar bisa menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Beruntung, ia mendapat pekerjaan sebagai waiter di salah satu hotel tak berbintang di Pontianak. Kebetulan, ada karyawan yang sedang off dan ia menggantikan karyawan tersebut. "Gajinya cukup lumayan untuk ditabung, walaupun saya hanya bekerja pada hari Sabtu dan Minggu. Selain itu, saya juga bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu masjid terbesar di Pontianak," tutur Jafri, yang mengaku bahwa hobinya adalah berdagang dan jalan-jalan, mencari hal baru yang berhubungan dengan kuliner.
Meski begitu, ia tetap menjalin hubungan baik dengan Syahrizal. Bahkan, Syahrizal juga kerap memberi tahu Jafri, kalau ada pelatihan yang bogus. Syahrizal rupanya juga berharap agar Jafri bisa meneruskan usaha nota de coco miliknya. Namun, Jafri tahu diri, karena Syahrizal memiliki anak yang mungkin ingin menggantikan ayahnya. Di nisi lain, karena Bering mengikuti pelatihan, Jafri jadi mengenal banyak orang di lingkungan pemerintahan, khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Pontianak. Tawaran pekerjaan untuk membantu pengembangan industri lidah budaya yang saat itu sedang digalakkan di Pontianak, mengalir.
Gairah untuk berbisnis semakin berkobar. Untuk bekal berusaha, mulailah Jafri mengikuti pelatihan kewirausahaan dan seminar tentang hak paten. Merasa sudah punya cukup modal ilmu, tahun 2002 Jafri memberanikan diri untuk rnembuka usaha minuman lidah buaya. Namun, keinginan untuk melanjutkan sekolah juga tinggi. Sebuah keputusan besar dan berani diambil oleh Jafri. Ia merintis usaha sekaligus melanjutkan sekolah. la harus 'berakrobat' membagi waktu untuk kuliah di Jurusan Manajemen Kehutanan Fakultas Kehutana Universitas Tanjungpura, Pontianak dan melakukan bisnisnya.
Meski masih baru di dunia bisnis, putra Pontianak kelahiran 1984 itu memahami pentingnya melakukan promosi. Agar minuman lidah buayanya dikenal banyak orang, ia rajin memamerkan produknya di berbagai pamerar baik yang berskala kecil maupun nasional, seperti SMESCO 2003, Pangan Nusa 2004, Pameran Produk Indonesia 2009, bahkan sampai ke Malaysia (2009). Ta disangka, masyarakat pun menyambut baik minuman kesehatan ini. Namanya mulai dikenal sebagai pengusaha yang sukses.
Satu demi satu kerjasama dengan perusahaan lain pun terjalin. Jafri mulai memasok minumannya ke salah satu pusat olahraga. Tak berselang lama, sebuah perusahaan dari Surabaya mengajaknya bekerja sama dalam hal pengiriman gel lidah buaya. la juga diminta oleh Dinas Koperasi dan Usah Kecil Menengah di Jawa Tengah untuk menjadi instruktur pengolahan lidah buaya. "Selain itu, usaha saya juga diikutsertakan dalam perlombaan di tingkat provinsi dan nasional untuk kategori industri kecil dan menengah di bidang penemuan sistem kerja melalui alat sterilisasi produk di Malang (2004) dan Padang (2007)," kata Jafri, yang terpilih sebagai Juara UKM Terbaik di Padang.
Menjadi pengusaha juga memerlukan pendidikan tinggi. Pendidikan itu digunakan untuk mengembangkan ide inovasi serta mendapatkan persaingan yang sehat dalam berwirausaha
Modal sejuta rupiah yang ditanamnya mulai berbuah. Padahal, harga jual minuman produksinya itu tidak terlalu mahal. "Satu botol kecil ukuran 330 ml untuk sirup, hanya dijual Rp6 ribu," katanya. "Kalau untuk langsung minum, harganya mencapai Rp5 ribu. Khasiatnya lumayan. Karena mengandung vitamin C dosis tinggi, antioksidannya tinggi, juga bisa menurunkan berat badan dan tekanan darah tinggi, demikian menurut penelitian yang saya baca di internet," tambah Jafri.
Usaha ini memberikan dampak yang luar biasa terhadap kehidupan pribadi Jafri. Jafri yang dulunya hidup dalam kekurangan, kini sudah bisa menghidupi keluarganya, terutama membahagiakan ibunya. la pun kini sudah memiliki 5 pegawai tetap, plus 7 pegawai tidak tetap yang slap membantu sewaktu-waktu dibutuhkan—baik saat berproduksi atau ketika akan mengikuti pameran. Dari kampus tempatnya bersekolah, Jafri juga mendapat dukungan yang baik. Apalagi, ia melakukan inovasi dengan memadukan bunga rosella dalam minumannya. "Melalui Program Mahasiswa Wirausaha 2009, saya diberi tambahan modal oleh kampus untuk mengembangkan usaha. Minuman saya pun dijadikan minuman pembuka di berbagai kegiatan kampus," tutur Jafri yang akhirnya lulus kuliah tahun lalu dan berniat berkeluarga pada tahun 2012.
Sukses Jafri ini tak lepas dari kegigihannya mencari cara untuk berproduksi lebih banyak. Selama ini, alat sterilisasi yang dipakai dalam pengolahan lidah buaya hanya mampu menghasilkan produksi sebanyak 70 cup. Bersama ketiga teman bisnisnya, Budi Lesmana, Erik Alfian, dan Arferianto, ia membuat sebuah alat yang disebut pasteurisasi. Dengan alat itu, sterilisasi dapat menghasilkan 350 cup, atau 5 kali lipat hasil alat biasa. Maka, bukan keajaiban bila kreativitas anak-anak muda ini menghasilkan sesuatu yang lebih sukses yang belum tentu dapat diraih oleh pemuda-pemudi sebaya mereka.
TESTIMONI
Q: Produk minuman berbahan lidah buaya sudah banyak di tempat Anda, mengapa Anda tetap tertarik membuka bisnis ini?
A: Banyak jenis minuman di Pontianak berbahan dasar lidah buaya umumnya memiliki esens atau perasa led Serta menggunakan berbahan pengawet sitrun dan keasaman. Saya menciptakan produk minuman aloesella ini tanpa bahan pengawet. Pewarnanya berasal dari warns merah alami, sementara keasaman bunga rosella menjadi pengganti pengawet sitrun. Jadi, makna dari minuman aloesella ini adalah sehat luar dalam karena kandungan lidah buayanya bermanfaat menjaga kesehatan kulit dan kandungan bunga rosella merupakan antioksidan bagi tubuh. Nilai lebih ini saya jelaskan untuk meyakinkan pembeli dan menjadikannya sebagai minuman oleh-oleh khas Kalimantan Barat.
Q: Mengapa pengusaha perlu memiliki pendidikan tinggi?
A: Saya berusaha meyakinkan diri bahwa—tidak seperti gambaran orang selama ini—tidak selamanya orang yang pendidikan tinggi itu mudah menjadi pegawai negeri. Sebaliknya, menjadi pengusaha juga perlu berpendidikan tinggi agar lebih dapat berinovasi dan menciptakan persaingan yang sehat dalam berwirausaha. Saya bangga dengan hasil yang saya dapatkan, sukses di pendidikan dan sukses di usaha.
“Tiap hari setelah pulang sekolah, saya selalu bekerja. Saya senang dengna pekerjaan itu karena selain hasilnya lumayan untuk diri sendiri dan keluarga, kehidupan saya selalu mendapat perhalian dari bapak angkat saya. Tapi dampaknya, saya dianggap kurang bergaul dengan teman yang lain karena setiap pulang sekolah saya langsung pulang dan bekerja, padahal dalam hali kecil saya ingin bermain setelah pulang sekolah.”
HUKUM WIRAUSAHA #14
Mengimbangi Peran Pengusaha Nasional
“Keberhasilan atau kegagalan dalam bisnis lebih disebabkan oleh sikap mental dibandingkan oleh kapasitas mental."
— Walter Scott
PENGUSAHA DARI DAERAH tentu saja memiliki kapasitas yang lebih terbatas dan tidak bisa disamakan dengan pengusaha dari pusat atau daerah lain yang memiliki potensi pasarnya lebih besar. Di Kalimantan Barat terdapat potensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan, tapi local market-nya sangat terbatas. Padahal, serangan dari produk-produk berskala nasional begitu kuat dan hal ini dihadapi oleh setiap pengusaha lokal. Oleh karena itu, untuk sertarung di ceruk pasar yang terbatas dan menjadi pemula diperlukan sejumlah teknik khusus. Teknik-teknik ini tidak boleh 'kalah bersaing' dengan teknik yang diterapkan oleh para pemain nasional. Dengan teknik ini pengusaha lokal dapat mengimbangi peran pengusaha nasional dalam kancah perekonomian Indonesia. Beberapa tips yang dapat diberikan:
- Usahakan untuk memodernkan komoditas lokal ke dalam sebuah produk akhir yang dipersepsikan berkualitas tinggi oleh pasar. Dalam hal ini, lidah buaya yang selama ini dikenal sebagai komoditi lokal diolah oleh Jafri menjadi minuman yang mengandung sejumlah khasiat. seperti misalnya mengatasi masalah lambung dan panAs dalam. Tentu saja lidah buaya tidak hanya dapat dibuat dalam bentuk minuman, melainkan juga dalam bentuk lain. Misalnya ekstrak yang dapat dipakai untuk pengobatan dan perawatan kulit serta rambut.
- Mengisi semua ceruk sedemikian rupa sehingga tidak ada ruang bagi para pendatang baru untuk mengisi pasar yang sudah kecil dan mempersempit pasar yang sudah kecil. Kalau Anda adalah rusa, Anda harus berlari lebih cepat dari serigala yang siap menerkam. Berlari lebih cepat dalam kewirausahaan dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan kualitas internal yang lebih tinggi, seperti quality control yang lebih baik, sumber daya manusia yang lebih handal, dan jaringan distribusi yang lebih luas.
- Bangunlah jaringan mata rantai baik distribusi, produksi, maupun sumber-sumber ketersediaan bahan baku. Hal ini perlu dilakukan agar bahan dan pasar yang terbuka lebar itu tetap akan memberikan prioritas pada produk Anda. Bentuknya bisa berupa aliansi atau co-production. Ini adalah pekerjaan yang sangat memakan waktu bagi wirausahawan pemula. Namun, sekali Anda dapatkan maka Anda akan memiliki kekuatan.
- Jangan menyerah untuk menumbuhkan usaha Anda menjadi perusahaan nasional. Meskipun memulai dari pasar yang kecil, namun karena tekanan begitu besar, Anda akan mampu menjadi pemain nasional yang tangguh. Ingatlah bahwa seindah apa pun tujuan Anda tidak akan pernah tercapai jika Anda tidak melakukan langkah-langkah untuk mendekatinya.
- Terus kembangkan produk-produk turunan baru dari produk inti yang sama. Anda mungkin saja melakukan diversifikasi usaha dari produk-produk turunan tersebut. Kalau hal tersebut membutuhkan teknologi yang lebih tinggi, jangan takut memanfaatkan teknologi dengan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak terkait. Ingatlah mahasiswa dikelilingi oleh orang-orang hebat dan teknologi pengolahan yang maju, yaitu semua yang tersedia di kampus. Dekatilah dan jajaki kemungkinan-kemungkinannya untuk dipakai dalam usaha Anda.
Dari Buku: Wirausaha Muda Mandiri Part 2: Kisah Inspiratif Anak-anak Muda Menemukan Masa Depan dari Hal-hal yang Diabaikan Banyak Orang. Oleh: Rhenald Kasali Penerbit: Gramedia.
No comments:
Post a Comment